Lihat dia, tersenyum seperti orang
bodoh. Seharian ini aku sudah mengerjainya habis-habisan, tapi sekarang dia
masih menonton tv sambil tertawa seperti orang gila. Sial! Sebenarnya apa yang
kulakukan seharian ini. Aku pura-pura sakit hanya untuk puas mengerjainya.
Saga menyandarkan kepalanya.
Mengacak rambutnya sendiri. Hari ini Helena kembali, wanita yang dulu pernah
mengisi kehidupannya. Karena kembalinya wanita itu membuat pikirannya campur
aduk. Ada penasaran yang mengelitik hatinya, namun tertutup dengan ego yang
jauh lebih besar. Membuatnya bukannya pergi menemuinya, malah main
rumah-rumahan dan asik mengerjai Daniah.
Aku malah asik dengannya sampai
melupakan apa yang membuatku malas keluar rumah hari ini. Lihat itu, dia
tersenyum lagi. Kurang ajar, dia bahkan tidak pernah tersenyum setulus itu
padaku. Bisa-bisanya dia tersenyum begitu saat nonton tv.
“ Daniah!” panggilnya keras.
“ Ia.”
Eh, tadi dia menyebut namakukan.
Daniah segera beranjak dari kursi menuju tempat tidur.
“ Apa ada yang anda butuhkan lagi tuan?” Sampai kapan kau akan pura-pura sakit.
“ Duduk! Kakiku sakit.”
Apa! Lagi! Kalau kau sesuka itu dipijat, panggil tukang urut profesional sana.
Daniah duduk dan mulai memijat kaki
Saga dipangkuannya.
“ Kamu sedang apa?” menunjuk kursi sofa yang tadi dia duduki.
“ Menonton tv.”
“ Nonton apa?” bertanya lagi.
“ Lawakan.”
Sial! Kenapa menjawab pendek-pendek begitu hah! Akukan jadi binggung harus bertanya apa lagi.
“ Kau tidak senang merawatku hari ini?” Nada bicaranya sudah mulai kesal.
“ Haha, bagaimana mungkin saya tidak senang tuan, ini sudah merupakan kehormatan sebagai istri anda.”
“ Baguslah kalau kau tahu. Tidak sembarang orang bisa menyentuhku walaupun mereka ingin.” Daniah mengeraskan pijitannya. “ Aww sudah gila ya, kau mau mematahkan kakiku.”
“ Maaf tuan. Kalau seperti ini sudah paskan?”
“ hemm. Ahhh minggir, pijatanmu
sama sekali tidak enak. Pergi ke sekolah memijat sana, biar tanganmu bisa
berguna.”
Daniah diam saja, berfikir kalau itu hanya gurauan.
“ Tidak menjawab?” Dia terkejut karena ternyata Saga serius.
“ Baik tuan saya akan ikut kursus memijat.”
“ Matikan tv berisik itu, aku mau tidur.” Saga sudah menarik selimutnya.
“ Baik.”
Daniah geleng kepala, pusing sendiri tidak bisa menebak suasana hati laki-laki di hadapannya. Dia berjalan
ke sofanya. Mematikan tv lalu mematikan semua lampu.
Sial! Karena hari ini aku harus
melayaninya aku sampai tidak bisa bicara dengan orang lain. Aaaa, aku ingin
bicara dengan sesama manusia.
Daniah melirik tempat tidur, cahaya
remang-remang memperlihatkan kalau Saga sepertinya sudah berbaring di bawah
selimut. Dia berjinjit berjalan ke pintu. Pintu setengah terbuka.
“ Kau mau kemana?”
Hp ditanganya terjatuh karena terkejut.
“ Saya belum mengantuk tuan, jadi mau keluar sebentar.”
“ Tutup pintu dan kemari!” Daniah
menurut mendekat ketempat tidur. “ Naik.” Perintah selanjutnya dari Saga.
“ Na, naik kemana tuan.”
“ Naik ke tempat tidur.” Semakin kesal suaranya terdengar.
“ Ke, kenapa?” Pikiran Daniah sudah kemana-mana, ini level penyiksaaan paling mutahir pikirnya.
“ Kenapa? Malah bertanya. Tidak dengar aku bilang. Aku menyuruhmu naik ke tempat tidur.”
“ ia tuan.” Daniah sudah merasai sinyal merah dari nada ucapan Saga. Dia mulai gusar karena kata-katanya
dibantah.
“ Mulai hari ini, kau tidur di tempat tidur.”
“ Tapi tuan bilang agar saya jangan mimpi untuk tidur bersama anda.”
Daniah sudah tidur divbawah selimut.
Berada di pinggir, di sebelahnya ada bantal guling sebagai pengaman yang
memisahkan.
Saga tergelak “ Aku menyuruhmu
tidur di tempat tidur, bukannya mau menidurimu.”
“ Haha, maafkan saya sudah berharap
lebih.” Tertawa seperti orang yang kecewa. Dia harus benar-benar terdengar
seperti orang yang berharap.
Aku pasti sudah gila, siapa yang mau tidur satu tempat tidur denganmu iblis.
“ Bermimpilah kalau mau aku tergoda oleh mu.”
“ Hahaha.”
Untunglah.
Grab! tidak tahu sekarang jam berapa.
Mata Daniah terbuka, antara sadar dan tidak.
Apa ini, tangan, kaki. Haaaaaa,
kenapa dia memeluku seperti bantal. Aku harus bagaimana ini. Sial, di mana
guling yang memisahkan kami tadi si.
“ Tu, tuan Saga.” Daniah berusaha
mengangkat lengan yang mendekap tubuhnya.
Kenapa berat sekali! Aaaaa,
tolonggg. Dan kaki ini, aku tidak bisa bergerak. Kalau aku dorong tubuhnya
pasti bisa geserkan.
“ Jangan menggangu tidur tuan muda,
itu hal yang paling terlarang di rumah ini.”
Bagaimana ini, aku ingat kata-kata
pak Mun membuatku merinding. Kalau aku mendorongnya dan dia bangun lalu dia
murka bagaimana. Baiklah terserah, anggap saja aku sedang dipeluk gorila. Kalau
aku melepaskan diri malah aku yang akan diterkam. Baik, baik sekaraang pejamkan
saja mata. Besok aku harus pergi ke galeri dan bertemu Helena. Wanita yang bisa
membuatku lepas dari penjara ini.
Nafas Daniah sudah terhembus pelan,
artinya dia mulai memasuki mimpi dan terlelap. Sementara sebuah senyum penuh
kemenangan muncul di bibir Saga yang mempererat pelukannya.
Sementara malam semakin larut sepertinya.
BERSAMBUNG................