Hari bersejarah itu datang, hari
ini Daniah telah bertekad akan memulai misi menyelamatkan hidupnya. Ia ingin
hidup lepas dari Saga namun tetap bisa menyelamatkan keluarganya. Dan inilah
jalan satu-satunya. Hari ini akan menjadi awal rencana besarnya, bertemu dengan
Helena dan membuat hubungan baik dengannya. Kalau melihatnya dari sosial media
dan mendengar dari pelayan, sepertinya dia wanita yang baik. Semoga jalan yang
akan dia tempuh lebih mudah.
Misi pertamanya untuk bisa lepas secara
baik-baik dengan Saga adalah dengan mempertemukan kembali cinta antara mereka.
Daniah sudah memakai pakaian yang
diberikan sekertaris Han, merias wajah dengan dandanan yang elegan. Ya, tentu
saja ini dibantu dengan pelayan di rumah besar ini. Karena kalau untuk berdandan
full make up dia memang tidak mampu melakukannya sendiri. Sedari pagi dia sudah
bersiap diri. Saga sudah menunggu di ruang tamu.
Setelah memastikan semua sempurna,
dan mengucapkan terimakasih pada dua pelayan yang membantunya, dia keluar
kamar. Menuruni tangga dan menjumpai Saga.
“ Kau mau mati ya? Kenapa dandan
begitu lama sekali.” Wajah Saga memerah saat melihat Daniah mendekatinya. Sebelum
gadis itu menyadari. Dia langsung memalingkan wajah.
Sial! Tenyata dia cantik juga.
“ Maaf tuan.” Daniah menundukan kepalanya berulang.
“ Ayo jalan, beraninya membuatku menunggu.” Gusar membalikan tubuh dan melangkah dengan cepat. Tapi senyum di bibirnya tidak bisa berbohong. dia sedang senang.
“ Maaf.” Daniah berjalan di belakang
Saga dengan wajah kecut.
Akukan gak bisa dandan, malah disuruh berpenampilan
begini. Ya pasti lamalah. Ini saja kalau tidak dibantu sampai besok mungkin
belum kelar.
Sekertaris Han sudah menunggu di dekat mobil. Matanya
lekat tertuju pada Daniah. Dengan penampilan seperti itu ternyata anda sangat
terlihat berbeda ya nona. Gumamnya lirih sambil membukakan mobil.
Didalam mobil.
“ Tuan Saga apa saya harus berada di samping anda sepanjang acara?” bertanya dengan halus.
“ hemm.”
Bisa tidak si menjawab normal, kalau ditanya jawabnya cuma hemm, hemm saja. Tapi kalau bertanya tidak dijawab jelas pasti marah.
“ Tapi saya tidak tahu menahu mengenai
lukisan.” Berusaha mencari alasan, supaya bisa kabur ditengah keramaian.
“ Memang kamu disuruh jadi kritikus lukisan.” Saga mendengus.
Karena mendengar jawaban kesal dari
Saga Daniah tidak mau bertanya lagi. Dia mengeluarkan hp dari tasnya, belum menghubungi
Tika kalau lagi-lagi dia tidak bisa datang ke toko.
“ Hei, aku bilang apa kemarin, ganti hp mu.” Saga menunjuk benda yang dipegang Daniah.
“ Ia tuan.”
“ Ia, ia, tapi kamu masih pakai hp jelek itu juga.” Sudah kesal suaranya. Meninggi.
“ Sayakan belum sempat beli tuan, kemarinkan saya menemani anda karena anda sakit.” Menyampaikan fakta.
“ Han, belikan dia hp baru, mataku sakit melihat benda ketinggalan zaman itu.”
“ Baik tuan muda.”
Hei, hei, siapa juga yang suruh kamu lihat. Daniah dengan cepat mengetik pesan kepada Tika dan segera memasukan hp ke dalam tas lagi daripada mengundang masalah.
Apalagi ini. Hei berhenti menyentuh rambutku seenaknya.
“ Ternyata dandanan begini lumayan juga.”
“ Terimakasih tuan atas pujiannya.”
memundurkan kepala supaya mereka tidak terlalu dekat. Saga mengibaskan tangannya dan tergelak menyeringai.
“ Aku tidak memujimu, aku memuji pakaian dan makeup mu.”
Ia, ia aku tahu, aku jelek dan tidak sesuai seleramu. Daniah melengos. Sementara Han, tersenyum mendengar
pertengkaran di kursi belakang sambil terus melajukan kendaraan.
“ Kalau begitu besok kamu ikut
sekolah makeup juga, biar tampang jelekmu itu bisa diminimalisir.” Wajah Saga
yang tampan semakin tampan saat dia tersenyum dan merasa senang. Menemukan cara
baru menindas Daniah lagi.
“ Tapi tuan, saya jugakan sudah mau
ikut sekolah memijat.” Aku bahkan belum mencari tahu dimana sekolah memijat,
sekarang disuruh tambah makeup juga.
“ Lakukan keduanya.” Seenaknya menjawab.
“ Tapi sayakan bekerja juga tuan, bagaimana kalau satu-satu dulu.” Daniah menjawab lagi, lupa sudah aturan untuk tidak membantah apapun yang Saga katakan.
“ Han.” Saga beralih bicara pada Han.
“ Ia tuan muda.”
“ Beli semua baju ditoko pembangkang ini, jangan sisakan satupun. Kalau tokomu gak ada stok barang kamu
gak ada kerjaankan.” Tangan Saga sudah menunjuk kening Daniah, memberi intonasi
kata pembangkang lebih gereget.
“ Baik tuan muda.”
Grab, tangan Daniah sudah menyentuh
tangan Saga erat. Daniah tahu situasi yang sedang mengancamnya.
“ Maafkan saya tuan, saya akan ikut kursus makeup dan juga sekolah memijat seperti apa yang tuan katakan. Tapi saya mohon batalkan perintah anda.” Intervensi Saga ke dalam tokonya adalah hal yang
harus dihindari.
“ Lepaskan! Aku bosan mendengarmu memohon tapi tidak mematuhiku.” Saga mengibaskan tangannya.
“ Maafkan saya tuan, saya akan patuh.” Daniah tetap memegang erat tangan yang digengamnya. Daniah melirik kaca spion. “ Tolong batalkan perintah anda pada sekertaris Han yang barusan.”
Semakin erat gengaman keputusasaan.
“ Kau mau mati ya, lepaskan tanganmu.” Berteriak sambil mengibaskan tangan.
“ Tuan.” Sorot mata jinak dan memelas yang bisa dia tampilkan, akting.
“ Ia, ia. Kamu dengar Han, aku batalkan perintahku tadi.” Tertipu dengan sorot mata Daniah yang menghiba.
“ Baik tuan muda.”
Huh! Dasar sekertaris sialan. Bisa tidak si membantah sedikit atau memberi penolakan halus. Kamukan bukan aku yang terikat kontrak mematikan dengan laki-laki ini. Kamukan laki-laki bebas. Cih,
aku jadi penasaran sekali berapa gajimu.
Beberapa lama semua membisu setelah
urusan kursus selesai, namun Daniah segera menemukan satu pertanyaan penting
yang sudah dia pikirkan lama saat mandi. Yang bisa menguncang, paling tidak dia
bisa melihat reaksi spontan Saga.
“ Apa semua lukisan di galeri nanti milik pelukis Helena?”
Saga yang tadinya menatap kaca menoleh pada Daniah. Daniah tidak menujukan pertanyaan itu khusus untuk Saga sebenarnya, hanya ingin mengetes saja. Kalau Saga yang menjawab itu lebih baik, kalau Han yang menjawab juga tidak masalah.
“ Nona Daniah nanti anda hanya
perlu berada di samping tuan Saga.” Han yang sedang mengemudikan kendaraan
memotong pembicaraa, Daniah tahu, pasti karena dia menyebut nama Helena.
Sekarang dia bahkan ingin menyebut nama Helena berulang-ulang karena ingin
melihat reaksi Saga. Tapi tentu saja dia tidak punya keberanian untuk itu.
Mobil terus melaju, Saga membisu.
Daniahpun memilih untuk menatap kaca dan menyusun strategi lebih lanjut.
Saga bersatu kembali dengan Helena.
Aku bisa pergi dari sisinya dan kembali pada keluargaku. Perusahaan ayah
selamat. Aku akan kembali fokus pada toko onlineku. Sempurna, itu sempurna
sekali. Baik, ayo kita pelan-pelan jalankan rencana.
Sampailah mobil di tujuan.
Aaaa, aku sudah merasa pusing saat
memasuki pintu galery. Aku benar-benar buta akan dunia yang satu ini. Keindahan
apapun yang ada dibenda mengantung di dinding itu tidak pernah bisa lihat apalagi sampai bisa kurasakan.
“ Tuan, apa saya perlu ikut masuk.”
Saga melirik dengan tatapan
mengancam. Baiklah, kau rajanya. Daniah berjalan di samping Saga. Saat
kedatangan Saga langsung tercipta kesibukan, beberapa orang datang menyambut
dan membungkukkan kepala dengan sopan. Sementara laki-laki di samping Daniah
masih saja bersikap dingin seperti biasanya.
Han mengisyaratkan agar mereka
tidak mengikuti Saga, dan ajaibnya kerumunan semut itu benar-benar bubar.
Daniah berdecak kagum dalam hati. Sekertaris Han memang layak untuk mendapat
pujian.
Saat Saga dan Daniah berjalan tanpa hambatan masuk ke dalam galery. Sebuah
sapaan lembut dari seorang gadis seperti membuyarkan semua konsentrasi.
“ Saga sudah lama ya.”
Seorang wanita berambut indah
berdiri dengan sangat anggun. Kakinya jenjang, pinggangnya ramping. Dan
tangannya juga indah. Daniah menatap wanita yang seperti selebriti di
hadapannya. Dia menelan ludah takjub.
“ Sudah lama ya, dua tahun.” ucapnya lagi.
Dialah pelukis Helena, wanita yang
beruntung mendapatkan cinta tuan Saga.
Helena mendekat memeluk Saga tidak perduli banyak
orang yang memperhatikan, lebih tidak perduli ada seorang wanita yang juga
berstatus istri sah Saga di sampingnya.
BERSAMBUNG.....................