Saga menatap pintu menuju ruang
baju, istrinya sudah beberapa menit masuk ke dalam untuk meletakan bajunya. Tapi belum ada tanda batang hidungnya muncul.
Kenapa dia belum keluar juga.
Karena penasaran Saga bangun dan
mendekat ke pintu, membukanya sedikit. Dia melihat Daniah berdiri mematung di dekat keranjang pakaian.
Apa yang dilakukannya sekarang
Saga kembali ke tempat tidur.
Pikirannya yang sedang campur aduk semakin kesal saja. Sepulang dari Galery
sampai makan malam tadi dia sedang menahan diri. Rasa gusarnya saat Daniah bisa
bicara dengan begitu akrabnya dengan Noah benar-benar mengusiknya. Bagaimana Noah bisa mengenal Daniah, dan apa itu tadi panggilannya. Matahariku. Saga selimut benar-benar kesal.
“ Daniah!”
Gadis itu muncul dengan tergesa dari ruang baju.
“ Ia suamiku.”
“ Apa yang kau lakukan di sana? Kenapa lama sekali.”
“ Maaf.”
“ Naik.”
“ Saya akan kembali tidur di sofa.” Daniah menunjuk sofa.
Suasana hatimu sedang buruk, kalau kau menindihku sampai mati bagaimana.
“ Kau mau kupukul, aku sedang kesal sekarang, jangan buat aku mengulangi kata-kataku.”
“ Baik.” Secara otomatis nyalinya menciut.
Daniah bergegas naik ke tempat
tidur, menarik selimut dan bergeser agar dia tepat berada di pinggir. Semalaman
dia dipeluk laki-laki gila ini, dia tidak mau kejadian semalam terulang. Mereka
terdiam, mencoba untuk memejamkan mata.
“ Suamiku apa anda tidur?”
Kenapa aku harus memanggilnya
dengan pangilan mengelikan ini si, dan kenapa juga kamu sepertinya senang
kupangil begitu. Ini pasti kamu tahukan karena aku tidak suka panggilan itu. kamukan selalu menyukai hal yang tidak kusuka.
“ Hemm.”
“ Apa anda senang hari ini?”
“ Kenapa?”
“ Hemm, tidak, andakan suka dengan lukisan dan.”
“ Dan apa? Aku juga suka dengan pelukisnya.”
Eh, aku harus menjawab apa ini. kenapa kata-katanya telak begitu.
Nada suaranya si tidak terdengar kesal. Tapi kalau aku lanjutkan dia marah
bagaimana?
“ Kau pasti tahu aku dan Ele pernah punya hubungan yang spesialkan?” Saga mengambil guling yang ada di sampingnya, membuat Daniah terperanjak dan mengeser tubuh. sepertinya dia tidur sambil mendekap guling, apa itu kebiasannya ya. gumam-gumam takut kejadian semalam terulang.
“ Kenapa anda tidak mencoba untuk kembali dengan Helena, bukankah anda masih mencintainya.”
“ Berani sekali kau mengatakan itu.” kata-katanya mulai bernada setengah tinggi.
“ Maafkan saya tuan.”
“ Hemm.” mengeram karena panggilan Daniah.
“ Maksudnya maafkan saya suamiku.”
Sensitif amat si ini laki-laki.
“ Kenapa aku harus kembali padanya, bukankah aku sudah punya istri”
Haha, kenapa aku merinding ya.
Karena gelap aku tidak bisa melihat seringai di bibirnya, tapi kok aku merasa
takut dengan kalimatnya yang barusan. istri? siapa yang istrimu, akukan pembantumu.
“ Andakan bisa me.” Kata-kata Daniah belum selesai, sudah dipotong oleh ucapan Saga.
“ Hati-hati dengan kata-katamu! Kau belum pernah melihatku benar-benar marahkan?”
Daniah menutup mulutnya, benar dia
sudah terlalu berani bicara secara terbuka. Laki-laki ini, sangat sulit ditebak suasana hatinya. kalau dia marah, Daniah yakin dia bisa melakukan apapun. bahkan bisa jadi dia membeli rumah hanya untuk dibakar olehnya. tidak ada yang tahu pikirannya kecuali dia dan Tuhan.
“ Maafkan saya, selamat malam suamiku, semoga anda mimpi indah.”
Daniah menarik selimutnya sampai
ke leher. Hari ini sudah cukup di sini saja. Jangan melangkah lebih jauh.
Benar, aku belum pernah melihatnya
benar-benar marah seperti apa. Aku berharap, aku tidak akan pernah melihatnya.
“ Hei kamu sudah tidur.” Saga
memanggil dengan suara yang agak keras. “ Daniah!” yang dipanggil sudah
terlelap, diam di bawah selimut.
Tangannya terulur menyentuh kepala Daniah. tepukan lembut beberapa kali dia berikan. " Baiklah, tidurlah, kau sudah bekerja keras hari ini." Dia tidak memindahkan tangannya untuk waktu yang lama.
Kenapa tangan laki-laki ini hangat ya.
Daniah merasa nyaman, bahkan dia merasa sentuhan itu lembut dan ingin melindunginya. Hingga akhirnya yang awalnya pura-pura tidur, membuatnya sungguhan terlelap.
BERSAMBUNG