Chapter 47 Aroma sampo

Selepas mandi berendam dengan sedikit aromaterapi membuat tubuh Daniah rileks.

Aku ingin tidur saja rasanya, cape sekali.

Daniah menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Berguling

ke kanan dan ke kiri. “Nyaman sekali.” Di toko tadi sungguh melelahkan. Daniah

meraih hpnya, sekertaris Han belum memberikan info kapan Saga akan kembali. Tapi Daniah berfikir kalau dia tidurpun pak Mun pasti akan membangunkannya nanti.

Akhirnys gadis itu malah terlelap di atas tempat tidur.

Sementara itu selang waktu tidak lama, mobil milik Saga sudah memasuki gerbang utama. Sekertaris Han sudah memberikan informasi kepada Pak Mun.

“ Nona Daniah sedang tidur  tuan muda.” setelah dia membaca pesan dari Pak Mun.

“ Biarkan dia.”

“ Baik.” Han mengetikan pesan cepat, lalu mengirimkan pada

pak Mun.

Mobil menepi tepat di halaman rumah. Pak Mun sudah berdiri di dekat pintu, berjalan mendekat menyambut Saga. Saga mengisyaratkan agar Han  boleh pergi. sekertaris itu mengangukan kepala. menunggu diam sampai Saga menghilang dari balik pintu.

“ Tuan muda nyonya mengundang seorang tamu untuk makan malam

bersama.” Pak Mun membantu Saga melepaskan jasnya.

“ Persiapkan saja semuanya. Di mana Daniah?” tidak perduli dengan tamu yang diundang ibunya.

“ Nona muda sedang tidur di kamar.”

Pak Mun mengikuti langkah Saga sampai masuk ke dalam kamar,

Saga mengedarkan pandangannya menyapu ruangan, melihat tempat tidur, tersenyum sekilas melihat Daniah tergeletak di sana.

Pak Mun bergegas mengambilkan sandal dan melepaskan sepatu.

“ Apa anda mau mandi?”

“ Keluarlah, aku mau istirahat sebentar.”

“ Baik tuan muda.” Pak Mun mengangukan kepala lalu beranjak keluar kamar.

Lihat ini, beraninya tidur saat aku pulang kerja.

Saga duduk di bibir tempat tidur, menusuk-nusuk pipi Daniah yang kemudian mengeliat. Tidak

tahu apa yang mendorong tubuhnya sampai dia ikut ambruk di samping Daniah.

Mencium pipi gadis yang terlelap itu.

Aku pasti sudah gila! Tapi Saga seperti menikmati raut

nyaman istrinya yang tidur di sebelahnya.

Daniah sudah duduk di sofa. Terjaga dengan terkejutnya. Melihat situasi. Dia mendengar suara air di kamar mandi artinya Tuan Saga sudah kembali.

Aaaa, lagi-lagi aku ketiduran. Padahal jelas-jelas tahu tuan

Saga akan pulang untuk makan malam di rumah. Dia sedang mandikan, bagaimana aku

memberi alasan padanya nanti. Oke, yang penting minta maaf dan tersenyum. Mau

dia melemparkan handuk atau sandal sekalipun aku harus tetap tersenyum

Daniah mengepalkan tangan penuh semangat, untuk

menyelamatkan diri.

“ Kau sudah bangun?” Saga muncul dari dalam ruang baju,

sudah memakai pakaian lengkap, rambut sudah disir dengan rapi.

Kenapa dia bisa tampan begini si. Kalau saja aku bukan pembantunya, eh istrinya, eh istri yang seperti pembantu. Terserahlah aku disebut apa. Aku pasti jadi fansnya.

“ Maaf tuan.”

Saga melotot.

“ Maaf suamiku.”

Kenapa inget aja si kalau aku salah manggil.

Saga menjatuhkan tubuh di sofa, menarik lengan Daniah untuk

duduk kembali. Gadis itu mengeser tubuhnya, lagi-lagi supaya berada di jarak

aman. Baik dari sentilan ataupun aroma parfumnya.

“ Apa yang kau kerjakan hari ini.”

“ Membereskan toko.”

“ Kau suka.” Tersenyum bangga, seperti sudah menaklukan negara dan mendapat kemenangan. padahal mah cuma nyusahin orang aja bisanya.

“ Tentu saja, toko saya jadi lebih indah dan nyaman berkat anda.” Suka kepalamu. “

Saya harus berterimakasih karena keperdulian anda.”

“ Baguslah kau tahu  berterimakasih.”

Hahaha. Tersenyum kecut dan geram.

Apalagi si sekarang, hentikan menyentuh rambutku.

“ Apa yang kau pakai untuk rambutmu ini?” Saga mengulung

lagi rambut Daniah, membuatnya mengeser duduk. Sampai mereka berdempetan. karena kalau dia tidak melakukannya rambutnya tertarik dan dia yang kesakitan sendiri.

“wangi apa ini? kamu pakai sampo apa?”

Apa! Kenapa menciumi rambutku. Inikan rambut yang katamu

jelek dan membuat matamu sakit.

“ Saya pakai sampo di kamar mandi, sama seperti yang anda pakai.”

“ Benarkah, kenapa wanginya beda. Coba cium punyaku.” Saga menyodorkan

kepalanya.

Daniah disampingnya cuma bisa mengeryit, apa-apan dia ini.

“ Cium wangi  rambutku.” menyodorkan kepala.

“ Ba, baik.”

Daniah bangun dari duduk, berdiri di hadapan Saga.mencium

rambut dari kejauhan. Karena tidak terlalu tercium dia mencoba mendekatkan

hidung namun menjauhkan badannya.

“ Gimana wanginya?”

Sok berfikir dan bergumam sebentar. inimah ya jelas sama, kitakan memang pakai sampo yang sama.

“ Sepertinya sama.”

Aaaaaa, hidungku. Kenapa anda bangun si.

“ Hei, aku menyuruhmu mencium aroma sampo di rambutku. Bukan

mencium kepalaku, kau sedang cari kesempatan menciumku?”

Apa! Kan kamu yang bangun tuan muda sialan. Hidungku saja

terbentur, siapa juga yang mau menciummu. Sudah gila apa aku.

“ Anda yang tiba-tiba bangun, hidung saya saja sampai

terbentur.”

“ Sudah mengaku saja, kau memang mau menciumkukan. Banyak alasan “ Saga menunjuk hidung Daniah yang berwajah kesal. "Cium aroma rambutku, bukan cium kepalaku." katanya lagi dengan wajah puas.

“ Tidak Tu.” Saga sudah melotok. “ Tidak suamiku.”

“ Kali ini kumaafkan kamu ya.” Saga bangun dari duduk dan berjalan keluar dari kamar.

Hei, tunggu, luruskan dulu kesalahpahaman ini. Siapa yang

mau menciumu. Aku sama sekali tidak bermaksud menciummu tadi. Kan kamu yang bangun.