Sudah masuk ke dalam kamar. Zona
berbahaya kalau Saga sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Saga menjatuhkan diri di sofa, Daniah menyusul
ikut duduk di sampingnya. Dia melihat laki-laki itu mendesah dan masih terdiam,
bahkan memejamkan mata sambil menyenderkan kepala.
“ Kenapa memelototiku.” Saga
menjentikan telunjuknya di kening Daniah. Padahal dia masih memejamkan mata.
“ Maaf suamiku.” Cih, aku bahkan
sudah fasih memanggilnya begitu. “ Apa anda tidak mau turun dan berbincang
di bawah?” berusaha untuk kabur dari situasi yang canggung ini. Akan jauh lebih
baik berbincang dengan orang-orang yang ada di bawah. Walaupun mendengar sindiran-sindiran adik ipar
jauh lebih baik dari pada berduaan seperti ini.
“ Kenapa?” Saga berhenti menunggu
jawaban sepertinya. Namun Daniah tidak menjawab “ Aku dengar kau tertarik
sekali dengan Ele.”
Eh, darimana dia bisa tahu. Apa
sekertaris sialan itu yang melaporkan kalau aku beberapa kali kepergok
menanyakan tentangnya.
“ Tidak, hanya saya pikir anda
sudah lama sekali tidak bertemu dengannyakan. Pasti banyak yang bisa anda
bicarakan dengannya.” Alasan yang masuk akal diberikan.
“ Aku sudah bicara banyak dengannya
di galery, bukankah kau lihat tadi aku bicara dengannya berdua.” Saga
mendekatkan wajahnya ke arah Daniah. Gadis itu terperanjak dan memundurkan
kepalanya.
Katakan kau cemburu! Katakan kau
cemburu. Gumam Saga sambil menatap Daniah lekat.
“ Hehe, benar juga. Jadi apa anda
sudah mau tidur?” Daniah mengeser duduk
dan kepalanya lebih ke belakang.
Sial, bahkan kau masih bisa
tersenyum begitu. Kau sama sekali tidak marah aku dekat dengan wanita lain.
Huff.
“ Tidur, kenapa aku mau tidur. Aku mau menyiksamu dulu. Minggir!”
Apa! Kenapa dia marah? Aku salah
apa coba. Kenapa minta dipijat lagi si.
Sudah duduk sambil bersandar
di tempat tidur, meletakan kaki dipangkuan Daniah.
“ Kau sudah mulai kelas memijat.” tanyanya biasa, tapi kalau Daniah menjawab belum pasti marah lagi.
“ Saya baru mendaftar hari ini dan mulai kelasnya minggu depan.”
“ Baguslah, buat dirimu berguna, aku sudah memberimu makan.”
“ Baik suamiku.” menjawab cepat, setengah ketus dan malas.
“ Kau sedang kesal padaku!”
“ Haha, tidak mana mungkin saya berani.” Tertawa, lalu tersenyum secerah mentari dan melanjutkan memijat lagi.
“ Terus kenapa kau menekan kakiku!”
“ Maafkan saya.”
Pijatan di kaki selesai, naik ke arah
paha. Setelah itu menyodorkan tangan kiri. Daniah sudah naik ke atas tempat
tidur, duduk bersimpuh di samping Saga. Saga
meyentuh bahunya, agar Daniah juga memijatnya.
Hei panggil tukang pijak sana!
Katamu kau tidak suka disentuh dengan orang, tapi ini apa! Setiap hari aku
mengerayangimu. Ya walaupun kamu tampan tetap saja ini menyiksa tahu. Hiks.
“ Lumayan juga.” Saga mengoyangkan kepalanya, puas dengan hasil pijatan Daniah.
Apanya yang lumayan bedebah, aku
sudah kelelahan. Cium tangan untukmu wahai pemijat profesional. Hidup anda
sungguh sangat mulia, aku akan cium tangan kalau habis pijat.
“ sandal, aku mau ke kamar mandi.”
“ Baik.”
Haha, baiklah mulai sekarang aku
akan menghabiskan uangmu tuan Saga, akan kupakai kartu kreditmu tanpa belas
kasih. Aku akan menggangapnya sebagai gajiku sebagai pembantumu. Haha.
Lemas Daniah menyeret kakinya ikut
masuk ke ruang ganti, mengambilkan pakaian dan menunggu di dekat pintu. Saga
keluar dari kamar mandi langsung menganti pakaian dengan yang dipegang Daniah.
Eh, dia melemparkan baju ke dalam keranjang.
Bukan ke mukaku. Ada apa dengannya.
“ Kemarilah.”
Eh ada apa?
Daniah mendekat, Saha menyentuh
dagu Daniah, gadis itu terkejut, tapi belum sempat dia mundur tangan itu sudah
mencengkramnya.
“ Ini hadiah untuk kerja kerasmu hari ini.”
Daniah mendorong tubuh Saga, tapi
malah dia yang terjerembah jatuh
terduduk. Wajahnya merah merona. Terkejut sekaligus marah.
“ Wah, wah, ternyata kamu sesenang
itu dengan hadiahmu. Wajahmu sampai merah begitu.” Saga bicara sambil tertawa.
Gemetar-gemetar menahan geram.
Siapa yang sedang senang!!
“ Bersikap manis dan patuhlah, aku
akan memberimu hadiah lagi nanti.” Saga menyentuh bibirnya, lalu tergelak dan
meninggalkan ruangan dengan santai.
Sialan! Kenapa kamu menciumku seenaknya.
Hadiah! Siapa yang mau hadiah ciuman darimu bedebah gila. Inikan ciuman
pertamaku. Hiks, hiks. Aku menjaganya bahkan walaupun punya pacar aku belum
pernah berciuman. Dan, dan dia sudah mengambilnya dariku.
Daniah mengusap bibirnya berulang
kali di kamar mandi. Setelah mengosok gigi dia kumur-kumur lebih lama. Kali ini
dia bahkan mengosok bibirnya juga dengan sikat gigi. Memandang wajahnya sendiri
di pantulan cermin.
Kenapa kau sampai bersemu merah
bodoh. Akukan terkejut. Ya, ya, aku hanya sangat terkejut tadi. Siapa juga yang
senang dicium olehnya. Berapa ratus wanita yang sudah dicium bibir itu. cih.
Sementara itu di luar ruang
pakaian, Saga yang sudah tiduran tertawa terbahak tanpa suara.
Aku pasti sudah gila, bagaimana aku
bisa sesenang ini hari ini.
Diapun lupa, ada seseorang di
lantai bawah, gadis bernama Helena yang selama ini ia rindukan kehadirannya.
bersambung