Pekerjaan harian yang dilakukan
Daniah, dalam ruko dua lantai di kawasan perkantoran. Profesi yang dia jalani
dengan sepenuh hati, baik sebelum dia menikah atau sampai hari ini setelah dia
menikah dengan Saga. Dia menggantungkan impiannya di tempat ini, berharap setelah
bisa melarikan diri dari Saga tempat inipun yang akan menjadi pegangan
hidupnya.
Tumpukan pakaian sudah dipisahkan,
sesuai dengan status orderan. Sudah menempel dimasing-masing tumpukan, kertas
bertuliskan nama pemesan. Dipisahkan ke dalam boks yang sudah transfer dan baru
sekedar keep barang, alias menunggu transferan. Di setiap lantai ruko melakukan
aktivitas yang Sama. Daniah sebagai penanggung jawab pakaian anak di lantai atas,
dan lantai bawah Tika sebagai penanggung jawab pakaian dewasa.
Daniah sedang membalas chat orderan.
“ Kaos ogree size s sama l yang
motif mobil, sama motif superhero.” Karyawannya sigap mengambilkan stok, lalu
menempelkan kertas di atasnya begitu seterusnya.
Daniah menguap beberapa kali,
menutup dengan tangan. Mengusap airmata yang muncul di ujung matanya.
Kenapa sekarang aku gampang lelah
begini si, biasanya juga sekuat baja. Gara-gara harus berjuang bertahan hidup
menghadapi tuan Saga sepertinya energi kehidupanku makin hari makin berkurang
saja. aku bisa mati bukan karena dia membunuhku, tapi karena aku tidak punya sisa energi untuk bertahan hidup.
Daniah melirik hpnya, ketika sebuah
pesan masuk. Dia lalu menyerahkan hp toko dan berjalan menuju tempat tidur,
benda ini ternyata berguna juga, gumamnya sambil ambruk dan menjatuhkan diri.
Daniah membuka pesan.
“ Nak ini ibu, apa kamu bisa pulang
ke rumah waktu ulang tahun ayahmu, dan bisakah kamu mengajak tuan Saga untuk
makan malam di rumah?”
Daniah langsung terbahak setelah
membaca pesan di hp. Ibu penyihir mengirimi pesan.
Dia memanggilku apa? Nak? Aku sampai merinding. ini pertama kalinya dia menyebutku dengan panggilan nak. sepertinya hari ini akan hujan deras di bumi.
Daniah meraba tangan dan tengkuknya
sendiri, wanita itu telah kehilangan harga diri yang ia jaga dengan baik selama
ini. Demi bisa membawa tuan Saga dia bahkan mengirim pesan dengan bahasa yang
baik pada Daniah. Walaupun tidak tahu bagaimana rautnya saat mengetikan pesan.
Tapi demi memikirkan itu berhasil membuat Daniah terpingkal diatas tempat
tidur.
Daniah bangun dari tiduran karena
mendengar Tika memanggil dari lantai bawah, gadis itu turun dengan tergesa.
Mematung di tangga, saat melihat siapa yang sudah berdiri di depan pintu kaca.
Kenapa dia kemari lagi, mana tuan
muda yang selalu merasa benar itu. Apa dia sedang bersembunyi di mobil dan
menunggu untuk memberi kejutan.
Han menggangukan kepalanya sopan.
“ Selamat siang nona muda, saya datang untuk menjemput anda.”
Semua penghuni toko sudah
berkerumun antusias, yang dari lantai atas sudah menuruni tangga, sementara
Tika dan yang lainnya sudah berbisik penuh spekulasi dengan sok tahunya.
“ Mbak Niah keren ya.”
“ Ia, dia dipanggil nona muda.”
“ Bagaimana tidak, suami mbak Niahkan tuan Saga.”
“ Ahh, ia, ia. Luar biasa ya, kita bahkan menghirup nafas yang sama dengan wanita yang dicintai oleh tuan Saga.”
“ Tuan Saga lho, pemilik hampir separuh kekayaan negri ini.”
“ Aku iri.”
Tidak! Tidak seperti itu wahai
karyawanku yang berhati polos, kehidupan rumitku tidak akan pernah masuk dalam
pikiran kalian. Berhentilah bicara yang tidak-tidak. Aku tidak mendapatkan
anugrah kemulyaan dari baginda raja Saga Rahardian. Aku hanya gadis penebus
hutang keluargaku. Hiks, andai aku orang yang tidak tahu malu menceritakan
kisah hidupku, kalian pasti akan manangisi nasibku. Dan kita bisa bercucuran airmata bersama. Tapi aku bukan makhluk tidak tahu malu, jadi aku hanya bisa menangis sendirian.
Daniah mengisyaratkan agar semua
kembali keperjaan mereka masing-massing, walaupun tampak kecewa karena harus
melewatkan tontonan luar biasa. Tapi mereka menurut, dan kembali dengan hp
dan stok barang. Sementara Daniah menarik lengan Han keluar dari pintu kaca.
“ Apa yang membuat anda datang
kemari. Eh, tuan Saga tidak adakan?” Daniah mengedarkan pandangan, melihat
mobil yang terparkir, sepertinya benar tidak ada orang di sana. Mobilnya
kosong. Tapi demi meyakinkan diri dia meninggalkan Han dan mendekati mobil,
menempelkan wajah di kaca.
“ Saya datang sendiri nona.” Ketika
Han mulai paham apa yang dilakukan Daniah. Gadis itu celingak celinguk
mengintip dalam mobil, dan mengedarkan pandangan di halaman ruko.
“ Apa yang membawa anda kemari?” berkacak pinggang. Sok menantang.
“ Saya akan menjemput nona.” Menjawab tanpa wajah bergeming.
“ Kenapa?” Suara Daniah masih
terdengar sok, kapan lagi aku bisa bicara semauku padanya kalau dia tidak sedang
sendirian. Gumam-gumam hati Daniah.
“ Membawa nona kesuatu tempat, nona akan tahu nanti.”
Apa! Kau pikir kau siapa heh.
Kamukan sekertaris Han bukan tuan Saga, apa aku harus patuh juga padamu. Tidak
kan. Daniah menatap sekertaris Han. Yang ditatap tajam, sama sekali tidak
terganggu. Dia memang ahlinya menyembunyikan perasaan begitu sorot matanya
mengisyaratkan.
“ Silahkan ambil tas anda nona.” Kata
Han, setelah lama mendapat sorot mata sebal dari Daniah.
“ Tidak mau!”
Apa kamu! Aku berani kalau
menentangmu. Kamu pikir aku takut padamu, ya walaupun sedikit takut si, soalnya
kadang matamu tajam dan menusuk. Tapi akukan tidak terikat kontrak hidup dan
mati denganmu.
“ Ini perintah tuan Saga nona.”
“ Haha.” Plak, Daniah memukul bahu
sekertaris Han, membuat lelaki itu menatap tangan Daniah yang menempel pada
tubuhnya. “ Baiklah Saya ambil tas sebentar ya. Permisi.”
Seharusnya aku tidak menantangnya,
betapa bodohnya aku. Dia pasti datang karena perintah tuan Sagakan, dia tidak mungkin melakukan sesuatu atas inisiatifnya sendiri apalagi urusannya denganku. Aku tidak mau membangkitkan singa yang tidak berperasaan sepertinya. benar, dia menampar tiga pelayan tanpa bergeming. aku memang harus berhati-hati padanya.
Sementara Han berjalan mendekat
ke mobil.
Kenapa anda mudah sekali menyentuh
tubuh orang lain nona, apalagi yang anda sentuh adalah laki-laki. Cih, kedepannya
pasti akan sangat merepotkan, kalau anda tidak bisa menjaga tangan anda.
BERSAMBUNG