Sebenarnya apa si maunya? Membawaku
kesuatu tempat, tempat apa itu? Makan siang, ya mungkin makan siang. Tapi tuan
Saga tidak pernah mengajaku makan siang. Kecuali kalau sedang akhir pekan. Apa
aku akan dieksekusi hari ini ya. Tapi apa salahku. Kalau dia kesal dengan
Helena kenapa melampiaskannya padaku.
Daniah keluar dengan membawa tas.
Menyeret langkahnya mendekat ke mobil. Sekertaris Han sudah membukakan pintu
mobil. Dia masih berdiri di samping pintu sambil melihat hp. Daniah langsung masuk
ke dalam mobil tanpa bicara. Setelah Daniah masuk, Sekertaris Han mengikuti.
Mobil menyala lalu keluar dari area parkir.
Luar biasa, dia benar-benar tidak
bicara sepatah katapun. Aku sudah gatal ingin bicara padanya. Tuhan, kunci
mulutku, kumohon. Harga dirinya pasti pasti melambung ke angkasa kalau aku bertanya duluan, juga belum tentu dia jawabkan.
Lebih baik aku diam.
“ Sekertaris Han.”
Aku angkat tangan dan menyerah kalah. Aku penasaran setengah mati.
“ Ia nona.”
Gila! Semudah itu kamu menjawab, ngobrol kenapa dari tadi?
“ Kita mau pergi ke mana?”
pertanyaan penting yang harus ditanyakan.
“ Anda akan tahu nanti setelah kita
sampai.” Tidak berhasil, ternyata jawabannya masih sama. Daniah menatap kepala
Han yang tertutup kursi mobil. Dia ingin menjambak rambut itu melalui lubang
sandaran kursi.
“ Apa tuan Saga menunggu di sana?” Ternyata dia tidak punya keberanian untuk itu.
“ Tidak.”
Syukurlah gumam Daniah, tapi Han mendengarnya.
“ Tidak ada yang pernah membuat tuan muda menunggu, biasanya dia yang selalu
ditunggu.”
Haha, lucu sekali kamu sekertaris
compleks.Ya aku tahu, diakan yang mulia raja. Semua orang menunggunya. Kalau ada
yang berani membuatnya menunggu kau pasti sudah menebas leher mereka. Untung aku
tidak hidup dijaman kekaisaran, kalau ia kepalaku pasti sudah lama melayang.
Daniah meraba lehernya,
berterimakasih kepada Tuhan, hidup di zaman ini.
“ Sekertaris Han apa anda punya pacar.”
Akhirnya daripada bertanya sesuatu
yang tidak akan dijawab oleh orang yang mengemudikan kendaraan itu, lebih baik
dia bertanya sesuatu yang bisa membuatnya sedikit saja tahu tentang sekertaris Han
“ Maaf nona, saya tidak akan menjawab pertanyaan pribadi mengenai saya.”
“ Huh! Pelit.” Ternyata sama sekali tidak berhasil.
Apa dia bilang pelit. Han melirik
kaca spion yang menunjukan apa yang sedang dilakukan Daniah. Gadis itu hanya
duduk sambil menyandarkan kepala.
“ Kalau begitu saya ganti
pertanyaan saya. Apa Jenika dan Sofia punya pacar.”
“ Punya.” Menjawab singkat.
“ Waaah dijawab ya. Kalau begitu
apa ibu mertua juga punya pacar?” Kehidupan sosialita ibu mertuanya diluar daya
nalar rakyat jelata seperti dirinya. Dia terkadang sangat penasaran, tapi
karena lelah menghadapi Saga membuatnya lupa tertarik untuk hal yang sebenarnya
menarik. Gaya hidup janda sosialita, bukankah itu sesuatu yang mengiurkan untuk
jadi bahan pergosipan.
“ Saya tidak perduli dengan
kehidupan nyonya.” Wajah Daniah berkerut, mendengar jawaban Han.
“ Jahat sekali, kenapa anda tidak perduli.”
“ Karena tuan muda juga tidak perduli.”
Haha, biarkan aku tertawa saja. Kau
tidak perduli karena tuan Saga tidak perduli. Wahai penduduk bumi jangan-jangan
manusia yang dicintai oleh sekertaris Han adalah tuan Saga. Dia bukan hanya
selalu menempel dan menghirup udara yang sama. Tapi dia sudah terobsesi dengan
tuannya.
“ Apa anda mencintai tuan Saga?”
Berani sekali aku menanyakannya. Persetan!
Kumohon jangan marah sekertaris Han, kata tuan Saga kamu jauh lebih menakutkan
darinya.
“ Tentu saja, diakan majikan saya.”
“ Maksud saya bukan begitu. Tapi perasaan
seperti tuan Saga dan Helena. Cinta yang seperti itu?”
Haha, aku semakin berani saja sepertinya.
“ Saya harus membunuh anda jika anda bertanya lagi tentang masalah ini.”
“ Haha, langitnya sangat cerah ya sekertaris Han, saya penasaran sekali ke mana anda akan membawa saja. Makan mi instan juga sepertinya enak.” Mengoceh kemana-mana tentang cuaca dan hal remeh
temah lainnya, sedang berusaha menyelamatkan nyawanya.
Sambil bicara ke mana-mana, Daniah teringat dengan pesan yang
dikirimkan ibu penyihir padanya tadi. Dia melirik Han, wajahnya tetap tidak
terlihat.
“ Sekertaris Han, akhir pekan,
apakah tuan Saga ada agenda keluar rumah.” Kalau seharian laki-laki itu tidak
keluar, maka dia juga harus terkurung di dalam rumah seharian. Dia juga sedang
berusaha menemukan alasan kalau sampai tidak bisa datang keulang tahun ayahnya.
Dia sedang sok-sokan membangkang
ibu tirinya, tapi tetap dia tidak bisa melakukannya secara mencolok. Kenapa? Karena
kalau sampai dia bercerai dengan Saga mau tidak mau dia harus kembali pada
keluarganya.
“ Kenapa anda menanyakan itu?”
“ Tidak apa-apa, sepertinya saya akan pulang ke rumah.”
Pulang kerumah, maksudnya kerumah orang tua anda. Ternyata anda masih begitu perduli
pada keluarga anda, setelah perlakukan mereka selama ini.
“ Saya akan sampaikan kepada tuan
muda, nona bisa menunggu informasi nanti, apakah tuan muda mengizinkan atau
tidak.” Jawaban Han terdengar seperti petir disiang bolong tanpa ada hujan. Kenapa
dia harus menunggu izin tuan Saga untuk pergi ke rumah orangtuanya.
“ Hei tunggu, kenapa saya harus
meminta izin. Bukankah sudah jelas kalau anda pernah mengatakan kalau saya bisa
tetap melakukan pekerjaan saya, bertemu dengan keluarga dan teman-teman saya
seperti sebelum saya menikah. Anda lupa pernah mengatakannya.”
Bibir Han tersenyum. Tapi tentu Daniah tidak melihatnya.
“ Apa anda lupa, dengan aturan
utama yang anda tandatangani bersama tuan Saga.”
Daniah terdiam, berfikir. Otaknya
secepat kilat memutar kembali kenangan pertemuannya dengan Tuan Saga. Selembar
kertas dengan satu kalimat yang dia tanda tangani.
“ Benar, tuan Saga adalah peraturan
yang harus anda taati, jadi kalau dia mau merubah apapun dalam pasal-pasal
aturan anda tidak bisa menolak.” Seperti menjawab pertanyaan dari diamnya
Daniah.
“ Ha...ha....ha....” tertawa garing
karena sekujur tubuhnya kesal. “Kenapa tuan Saga melarang saya mengunjungi
keluarga saya.”
“ Anda bisa menanyakannya langsung pada tuan muda.”
“ Berhenti bicara seperti itu
sekertaris Han, anda tahu kalimat anda terdengar sangat menyebalkan sekali.
Kenapa? Karena anda tahu kalau saya tidak akan berani menanyakannya. Lihat,
anda pasti sedang tersenyum senang sekarangkan.”
Han diam masih memegang kemudi. Tapi
tidak lama terdengar gelak kecil dari mulutnya. Semakin membuat Daniah geram. Dia
menendang kursi sekertaris Han di depannya. Laki-laki itu tidak bergeming dan
tetap mengemudi.
“ Aku penasaran berapa gaji anda
sekertaris Han, anda sepertinya tidak punya waktu untuk hidup anda sendiri.”
Han masih diam. “Setiap hari selalu di samping tuan Saga, apa anda bahkan punya
impian selain tuan Saga. Aku penasaran sekali.” Han masih diam. “Kenapa anda
tidak menulis buku sekertaris Han, buku biografi, saya rasa banyak orang yang
penasaran bagaimana anda menjalani hidup anda.” Han masih diam. “ Apalagi tentang
cinta anda, saya saja penasaran. Tipe ideal anda itu seperti apa.” Han masih
terdiam.
Daniah mengepalkan tangan geram.
“ Hei, paling tidak jawab dong. Seperti
tuan Saga kalau diajak bicara, paling tidak dia menjawab hemm. Tidak seperti
anda.” Daniah lelah bicara dan akhirnya terdiam.
“ Hemmm.”
Apa!
Gemetar-gemetar, Daniah mencengkram kursi di depannya.
Seharusnya membuat orang jengkel masuk dalam tindakan pidana yang bisa mendapatkan hukuman kurangan penjara atau dendakan?
BERSAMBUNG