Chapter 54 Kehidupan pribadi Han?

Sebenarnya apa si maunya? Membawaku

kesuatu tempat, tempat apa itu? Makan siang, ya mungkin makan siang. Tapi tuan

Saga tidak pernah mengajaku makan siang. Kecuali kalau sedang akhir pekan. Apa

aku akan dieksekusi hari ini ya. Tapi apa salahku. Kalau dia kesal dengan

Helena kenapa melampiaskannya padaku.

Daniah keluar dengan membawa tas.

Menyeret langkahnya mendekat ke mobil. Sekertaris Han sudah membukakan pintu

mobil. Dia masih berdiri di samping pintu sambil melihat hp. Daniah langsung masuk

ke dalam mobil tanpa bicara. Setelah Daniah masuk, Sekertaris Han mengikuti.

Mobil menyala lalu keluar dari area parkir.

Luar biasa, dia benar-benar tidak

bicara sepatah katapun. Aku sudah gatal ingin bicara padanya. Tuhan, kunci

mulutku, kumohon. Harga dirinya pasti pasti melambung ke angkasa  kalau aku bertanya duluan, juga belum tentu dia jawabkan.

Lebih baik aku diam.

“ Sekertaris Han.”

Aku angkat tangan dan menyerah kalah. Aku penasaran setengah mati.

“ Ia nona.”

Gila! Semudah itu kamu menjawab, ngobrol kenapa dari tadi?

“ Kita mau pergi ke mana?”

pertanyaan penting yang harus ditanyakan.

“ Anda akan tahu nanti setelah kita

sampai.” Tidak berhasil, ternyata jawabannya masih sama. Daniah menatap kepala

Han yang tertutup kursi mobil. Dia ingin menjambak rambut itu melalui lubang

sandaran kursi.

“ Apa tuan Saga menunggu di sana?” Ternyata dia tidak punya keberanian untuk itu.

“ Tidak.”

Syukurlah gumam Daniah, tapi Han mendengarnya.

“ Tidak ada yang pernah membuat tuan muda menunggu, biasanya dia yang selalu

ditunggu.”

Haha, lucu sekali kamu sekertaris

compleks.Ya aku tahu, diakan yang mulia raja. Semua orang menunggunya. Kalau ada

yang berani membuatnya menunggu kau pasti sudah menebas leher mereka. Untung aku

tidak hidup dijaman kekaisaran, kalau ia kepalaku pasti sudah lama melayang.

Daniah meraba lehernya,

berterimakasih kepada Tuhan, hidup di zaman ini.

“ Sekertaris Han apa anda punya pacar.”

Akhirnya daripada bertanya sesuatu

yang tidak akan dijawab oleh orang yang mengemudikan kendaraan itu, lebih baik

dia bertanya sesuatu yang bisa membuatnya sedikit saja tahu tentang sekertaris Han

“ Maaf nona, saya tidak akan menjawab pertanyaan pribadi mengenai saya.”

“ Huh! Pelit.” Ternyata sama sekali tidak berhasil.

Apa dia bilang pelit. Han melirik

kaca spion yang menunjukan apa yang sedang dilakukan Daniah. Gadis itu hanya

duduk sambil menyandarkan kepala.

“ Kalau begitu saya ganti

pertanyaan saya. Apa Jenika dan Sofia punya pacar.”

“ Punya.” Menjawab singkat.

“ Waaah dijawab ya. Kalau begitu

apa ibu mertua juga punya pacar?” Kehidupan sosialita ibu mertuanya diluar daya

nalar rakyat jelata seperti dirinya. Dia terkadang sangat penasaran, tapi

karena lelah menghadapi Saga membuatnya lupa tertarik untuk hal yang sebenarnya

menarik. Gaya hidup janda sosialita, bukankah itu sesuatu yang mengiurkan untuk

jadi bahan pergosipan.

“ Saya tidak perduli dengan

kehidupan nyonya.” Wajah Daniah berkerut, mendengar jawaban Han.

“ Jahat sekali, kenapa anda tidak perduli.”

“ Karena tuan muda juga tidak perduli.”

Haha, biarkan aku tertawa saja. Kau

tidak perduli karena tuan Saga tidak perduli. Wahai penduduk bumi jangan-jangan

manusia yang dicintai oleh sekertaris Han adalah tuan Saga. Dia bukan hanya

selalu menempel dan menghirup udara yang sama. Tapi dia sudah terobsesi dengan

tuannya.

“ Apa anda mencintai tuan Saga?”

Berani sekali aku menanyakannya. Persetan!

Kumohon jangan marah sekertaris Han, kata tuan Saga kamu jauh lebih menakutkan

darinya.

“ Tentu saja, diakan majikan saya.”

“ Maksud saya bukan begitu. Tapi perasaan

seperti tuan Saga dan Helena. Cinta yang seperti itu?”

Haha, aku semakin berani saja sepertinya.

“ Saya harus membunuh anda jika anda bertanya lagi tentang masalah ini.”

“ Haha, langitnya sangat cerah ya sekertaris Han, saya penasaran sekali ke mana anda akan membawa saja. Makan mi instan juga sepertinya enak.” Mengoceh kemana-mana tentang cuaca dan hal remeh

temah lainnya, sedang berusaha menyelamatkan nyawanya.

Sambil bicara ke mana-mana, Daniah teringat dengan pesan yang

dikirimkan ibu penyihir padanya tadi. Dia melirik Han, wajahnya tetap tidak

terlihat.

“ Sekertaris Han, akhir pekan,

apakah tuan Saga ada agenda keluar rumah.” Kalau seharian laki-laki itu tidak

keluar, maka dia juga harus terkurung di dalam rumah seharian. Dia juga sedang

berusaha menemukan alasan kalau sampai tidak bisa datang keulang tahun ayahnya.

Dia sedang sok-sokan membangkang

ibu tirinya, tapi tetap dia tidak bisa melakukannya secara mencolok. Kenapa? Karena

kalau sampai dia bercerai dengan Saga mau tidak mau dia harus kembali pada

keluarganya.

“ Kenapa anda menanyakan itu?”

“ Tidak apa-apa, sepertinya saya akan pulang ke rumah.”

Pulang kerumah, maksudnya kerumah orang tua anda. Ternyata anda masih begitu perduli

pada keluarga anda, setelah perlakukan mereka selama ini.

“ Saya akan sampaikan kepada tuan

muda, nona bisa menunggu informasi nanti, apakah tuan muda mengizinkan atau

tidak.” Jawaban Han terdengar seperti petir disiang bolong tanpa ada hujan. Kenapa

dia harus menunggu izin tuan Saga untuk pergi ke rumah orangtuanya.

“ Hei tunggu, kenapa saya harus

meminta izin. Bukankah sudah jelas kalau anda pernah mengatakan kalau saya bisa

tetap melakukan pekerjaan saya, bertemu dengan keluarga dan teman-teman saya

seperti sebelum saya menikah. Anda lupa pernah mengatakannya.”

Bibir Han tersenyum. Tapi tentu Daniah tidak melihatnya.

“ Apa anda lupa, dengan aturan

utama yang anda tandatangani bersama tuan Saga.”

Daniah terdiam, berfikir. Otaknya

secepat kilat memutar kembali kenangan pertemuannya dengan Tuan Saga. Selembar

kertas dengan satu kalimat yang dia tanda tangani.

“ Benar, tuan Saga adalah peraturan

yang harus anda taati, jadi kalau dia mau merubah apapun dalam pasal-pasal

aturan anda tidak bisa menolak.” Seperti menjawab pertanyaan dari diamnya

Daniah.

“ Ha...ha....ha....” tertawa garing

karena sekujur tubuhnya kesal. “Kenapa tuan Saga melarang saya mengunjungi

keluarga saya.”

“ Anda bisa menanyakannya langsung pada tuan muda.”

“ Berhenti bicara seperti itu

sekertaris Han, anda tahu kalimat anda terdengar sangat menyebalkan sekali.

Kenapa? Karena anda tahu kalau saya tidak akan berani menanyakannya. Lihat,

anda pasti sedang tersenyum senang sekarangkan.”

Han diam masih memegang kemudi. Tapi

tidak lama terdengar gelak kecil dari mulutnya. Semakin membuat Daniah geram. Dia

menendang kursi sekertaris Han di depannya. Laki-laki itu tidak bergeming dan

tetap mengemudi.

“ Aku penasaran berapa gaji anda

sekertaris Han, anda sepertinya tidak punya waktu untuk hidup anda sendiri.”

Han masih diam. “Setiap hari selalu di samping tuan Saga, apa anda bahkan punya

impian selain tuan Saga. Aku penasaran sekali.” Han masih diam. “Kenapa anda

tidak menulis buku sekertaris Han, buku biografi, saya rasa banyak orang yang

penasaran bagaimana anda menjalani hidup anda.” Han masih diam. “ Apalagi tentang

cinta anda, saya saja penasaran. Tipe ideal anda itu seperti apa.” Han masih

terdiam.

Daniah mengepalkan tangan geram.

“ Hei, paling tidak jawab dong. Seperti

tuan Saga kalau diajak bicara, paling tidak dia menjawab hemm. Tidak seperti

anda.” Daniah lelah bicara dan akhirnya terdiam.

“ Hemmm.”

Apa!

Gemetar-gemetar, Daniah mencengkram kursi di depannya.

Seharusnya membuat orang jengkel masuk dalam tindakan pidana yang bisa mendapatkan hukuman kurangan penjara atau dendakan?

BERSAMBUNG