Daniah berlutut sambil melepaskan sepatu Saga. Dia
melakukannya jauh lebih hati-hati dari sebelumnya, Karena sedari turun dari mobil Saga sudah membisu. wajahnyapun terlihat sedang kesal. Ditambah lagi satu kalimat yang
diucapkan sekertaris Han membuatnya berdebar sepanjang menaiki tangga memasuki
kamar.
“ Suasana hati tuan muda sedang
sangat buruk, jangan membantah apapun yang dikatakannya.”
Memang kapan aku berani membantahnya secara terang-terangan coba, mau suasana hatinya sedang baik sekalipun aku selalu patuhkan.
Kenapa? Anda kenapa lagi si? Kalau
sedang kesal kenapa pulang, kan aku yang harus kena imbasnya. Apa kesal lagi masalah Helena?
Daniah selesai melepas sepatu, dia
meletakan sandal rumah di bawah kaki Saga. Saat dia mau bangun, suaminya menyentuh
bahunya. Setengah menekan. Membuatnya kembali berlutut. Daniah mulai dirasuki perasaan tidak nyaman. Ini bukan hanya sekedar suasana hatinya yang sedang buruk, tapi sepertinya dia benar-benar sedang marah.
“ Kau bertemu Ele hari ini?” suaranya terdengar dingin.
Deg! Bagaimana dia bisa tahu. Aku
bertemu dengan Helena. Apa dia benar-benar mengawasi setiap pergerakanku di luar
sana. Apa Han membuntutiku. Bagaimana dia bisa tepat membaca pergerakanku. Selama ini bahkan Han sepertinya mudah sekali tahu apa yang hanya sekedar aku pikirkan.
“ Ia suamiku.” Daniah terbata. Dia
masih menundukan kepala. “Saya pergi minum kopi dan berbincang dengannya.” Takut melihat sorot mata Saga.
“ Hah!” Saga mencengkram lengan
baju Daniah, Gadis itu terperanjak. Sorot mata Saga penuh kemarahan.
Kenapa? Kenapa kamu marah?
Saga melepaskan baju Daniah, sekarang
dia mencengkram dagu gadis itu.
“ Kau mau bercerai dariku?” Daniah
mulai bisa meraba arah pembicaraan Saga. “Dan kamu mau memakai Ele untuk
membuatku melepaskanmu.”
Sekertaris sialan apa yang kamu
katakan pada majikanmu hah! Kenapa kamu membeberkan hipotesa yang sudah
kubantah kemarin. itukan hanya rencana di kepalaku, kenapa kamu mengadukanku. memang niat itu kejahatan apa? niat itu belum bisa masuk ranah pidana tahu.
“ Jawab!” Saga berteriak.
“ Ti, tidak suamiku.” Saga
menjatuhkan tubuh Daniah di sofa, di sampingnya. Gadis itu meringsek mundur
ke belakang. “ Saya hanya bicara dengan Helena, saya hanya ingin berteman
dengannya.” sekujur tubuh Daniah sudah bereaksi mengingatkan, kalau Saga sedang dalam kondisi tidak stabil emosinya. salah menjawab sedikit saja, habislah dia.
“ Berteman. Kenapa?”
“ Karena dia sangat cantik.
Begitulah perempuan suamiku, kami senang punya teman wanita cantik, karena
dengan berteman dengan sicantik siapa tahu membuat kami cantik juga.” tambahkan tawa dan senyum di bibirmu Daniah, biasanya berhasilkan. Begitu dia berfikir.
“ Hahaha.” Saga tergelak. “ Kau pikir aku bodoh?” Daniah semakin meringsek, mengeser tubuhnya sampai terbentur ujung kursi.
“ Tidak suamiku.”
Bagaimana ini, kenapa dia semarah ini si. Tunggu, apa dia marah karena aku sok-sokan ingin menjodohkannya dengan Helena lagi. Aku melakukan sesuatu terlalu awal, padahal dia masih belum memaafkan Helena. Benar, aku yang salah strategi, seharusnya aku menunggu amarahnya pada Helena mereda baru bertindak.
“ Kau benar-benar ingin membuatku marah ya.”
“ Tidak suamiku, tidak, saya tidak berani. Saya mohon maaafkan saya.” memohon, tubuh Daniah sudah merinsek semakin merapat di pojokan.
Kenapa anda marah? Hiks. hiks. Aku
tidak tahu kenapa anda marah. Apa karena aku ingin bercerai. Apa
karena aku ingin mencoba merajut ikatan cinta antara kalian. Atau karena aku
bilang ingin berteman dengan Helena. Tapi saat ini sorot matanya sangat
menakutkan. Aku benar-benar takut dia akan melakukan hal yang buruk, tidak hanya
padaku, tapi juga pada keluargaku.
“ Kau tahu kenapa aku menikahimu?”
Daniah menggangukan kepalanya
berulang. Dia tahu, tahu dari Helena tadi alasan sebenarnya.
“ Anda hanya ingin membalas Helena.
Saya tidak apa-apa suamiku, anda sudah memberi keluarga saya kesempatan untuk
hidup kedua kalinya. Jadi apapun alasan anda itu tidak masalah buat saya.”
Biarkan sakit hati ini yang merasakan hanya aku, toh setelah aku terlepas dari semua ini aku bisa mencari kebahagiaanku sendiri.
Saga menarik tubuh gadis itu mendekat. mencengkram dagu Daniah. Lalu secara paksa dia
mencium bibir daniah. Kali ini bukan hanya kecupan di bibir, tapi lebih dari
itu. " Buka mulutmu!"
Digigitnya bibir Daniah yang tidak mau terbuka. Akhirnya gadis itu kalah.
Saga melumat habis pertahanannya gadis di depannya. Ciuman itu
berlangsung lama. Ada buliran airmata yang membasahi pipi Daniah. Tangannya mencengkram sofa gemetar.
“ Itu hukuman untukmu karena sudah berfikir lancang.” Saga sudah duduk, menyentuh bibirnya lalu menatap masih dengan sorot mata tidak bersahabat.
Apa! Apa salahku. Di mana salahku. Katakan letak kesalahanku di mana? biar aku bisa memohon dan tidak mengulanginya lagi.
“ Pak Mun! Masuklah!”
Pintu terbuka, Daniah mengusap
bibir dan membetulkan rambutnya yang terburai.
“ Panggilkan 2 pelayan wanita untuk membantu nona muda bersiap-siap untuk nanti malam.”
Bersiap untuk nanti malam, memang aku mau apa nanti malam?
“ Baik Tuan muda.” Pak Mun setelah
mengangukan kepala lantas keluar dengan cepat, menutup pintu tanpa suara. Setelah pak Mun keluar Daniah sudah selesai merapikan rambutnya. Mencoba memberanikan diri bertanya.
“ Su, suamiku.”
“ Bersiaplah untuk malam pertama
kita.” Daniah terperanjak. “ Aku akan mencabik-cabikmu malam ini, bukankah ini yang kamu inginkan juga? Tidur denganku.”.
dipeganggnya dagu Daniah lagi, Saga mengusap bibir yang merah bekas gigitannya tadi, seringai dingin muncul di wajah Saga.
Tidak perduli kata-katanya sudah
seperti petir disiang bolong yang menyambar tubuh Daniah, dia beranjak keluar
kamar membanting pintu dengan suara keras. Daniah meloncat terkejut.
Kenapa? Kenapa ini? Bukankah selama
ini aku sudah bisa hidup dengan baik. Kenapa kamu benar-benar marah hari ini. Dimana salahku? Malam pertama? mencabik-cabikku. Ibu! Ibu tolong aku.
Bersambung................