Chapter 67 3 wanita penghuni rumah

Kenapa si dua orang ini bertingkah

seperti bukan mereka yang biasanya. Tuan Saga bahkan tersenyum dan melambaikan

tangan. Membuatku merinding saja. Dan lihat itu, bedebah itu sama sekali tidak

merasa bersalah padaku. Dia bahkan juga terlihat sama senangnya dengan

majikannya.

Daniah masuk kembali ke dalam rumah

setelah mengantar kepergian Saga. Berdialog sebentar dengan hatinya di luar

rumah. Baru saja masuk melewati pintu dia sudah disambut oleh  tiga wanita penghuni rumah. Dua adik ipar

berdiri di samping ibunya. Menunggu tanpa mempersiapkan kesabaran. Terlihat dari

raut wajah mereka.

“ Kakak ipar, bisa kita bicara.”

Jenika mewakili mereka bertiga.

“ Saya mau berangkat bekerja Jen.”

Tersenyum. Biar cepat urusannya.

Kenapa lagi si mereka bertiga, tidak ada habisnya.

“ Ibu mau bicara.” ibu bicara

singkat, lalu dia berjalan menuju ruang keluarga, mau tidak mau Daniah

mengikuti. Lalu dibelakang Daniah menyusul dua adik ipar yang berjalan saling

mendorong.

Sudahlah Daniah, ikuti saja mau mereka. Biar semua cepat selesai.

“ Bagaimana ini, kita harus minta

maafkan.” Sofia mendorong tubuh Jenika dengan lengannya. Masih berjalan

mengekor ibu dan Daniah. “ Kitakan sering kurang ajar sama kakak ipar.”

“ Sofi diam, kitakan sedang mencari

tahu kebenaran. Sikap kita akan ditentukan dari jawaban kakak ipar nanti.”

Jenika menghardik supaya Sofia menutup mulutnya.

Ibu sudah duduk, Daniah juga

demikian. Sementara Jenika dan Sofia memilih berdiri tidak jauh dari mereka.

Tetap bisa mendengar pembicaraan ibu dan Daniah, tapi tidak mau terlibat

langsung dengan kejadian apapun yang bakal berlangsung. Mencari aman.

“ Ada apa bu?” Daniah membuka

pembicaraan setelah ibu hanya memandangnya. Sepertinya ibu sedang menganalisis

dan mengamatinya.

“ Bagaimana hubunganmu dengan Saga?”

Kenapa ini? Apa ibu menyadari tanda

merah di leherku. Sial! Sudah pasti dia menyadari perubahan tingkah anaknyakan.

Apalagi tadi tuan Saga bahkan mengandengku, dan mengusap saos di bibirku.

“ Apa maksud ibu apa saya melayani

tuan Saga dengan baik. Ibu tidak usah risau saya tahu kewajiban saya pada tuan

Saga. Saya menjalankan kewajiban saya pada tuan Saga sebagai istrinya dengan

baik.”

Yang dimaksud melayaninya dari dia

bangun tidur, menyiapkan air untuknya mandi, membantunya memakai sepatu sampai

melayaninya makan. Itukan maksudnya.

“ Apa kamu bermimpi bisa

mengantikan posisi Helena? Sampai hari ini kamu tahukan, bahwa aku tidak

mengakuimu sebagai menantuku.” Akhirnya kata-kata ibu yang ingin ia lontarkan

pada Daniah saat pertama kali masuk ke rumah ini keluar juga. Selama ini dia

menahannya, karena berfikir umur pernikahan anaknya dengan gadis kampungan

bernama Daniah tidak akan seumur jagung. Tapi, setelah hari ini sepertinya

diamnya selama ini adalah kesalahan.

Lelahnya. Kenapa ibu mencercaku si. Katakan itu pada tuan Saga. Dia rajanya, yang menentukan hidup dan keluarnya aku dari rumah ini.

“ Saya tahu bu, saya juga tidak

mengharapkan kasih sayang ibu. Saya tahu ibu tidak menyukai saya. Jadi

berjuanglah bu.”

“ Apa!” Ibu mertua belum menangkap

pembicaraan Daniah, tapi sepertinya dia kesal dengan jawaban Daniah.

“ Berjuanglah untuk menyatukan

kembali Helen dan tuan Saga.” Daniah menjawab yakin. Sambil menatap wajah ibu.

“ Apa? Jadi kakak ipar tidak

mencintai kak Saga.” Jenika mendekat, duduk di sebelah ibunya. Tidak percaya

mendengar ucapan Daniah barusan. “ kakak ipar tidak menyukai kakakku?”

Mereka kenapa si, apa mereka tidak

tahu alasanku menikah dengan tuan Saga. Aku ini hanyalah alat untuk menebus hutang perusahaan ayahku. apa kalian tidak tahu?

“ Tunggu!” jenika berdiri,

meringsek, mendekati Daniah. Menyentuh lengan baju gadis itu. Daniah terkejut

dan refleks menepis tangan adik iparnya.

“ Apa yang kamu lakukan Jen?”

Daniah tersungkur duduk di sofa, Jenika menunduk di depannya. Tangannya sudah

menempel di leher, matanya memeriksa dengan teliti.

“ Tanda merah di leher kakak ipar ini apa? Ini ciuman dari kak Sagakan?”

Apa-apaan si mereka. Kenapa kakak beradik ini, apa mereka sama-sama maniak. suka sekali mengerayangi tubuh orang lain.

Terkejut sekaligus malu, bagaimana Jenika bisa menanyakan hal seperti ini langsung tanpa malu sedikitpun.

“ Kalian ini kenapa? Lepaskan aku Jen.  Aku mau berangkat bekerja.”

“ Kakak ipar tunggu. Sofi bantu aku

pegang kakak ipar.” Jenika berteriak pada adiknya untuk mendekat. Dia sudah

menahan bahu Daniah. Sofia datang memberi bantuan, memegang tangannya. Ibu diam

menonton ulah anaknya.

“ Hei apa yang kalian lakukan,

lepaskan aku Jen!” Daniah berteriak marah. Tapi dua lawan satu. Dan postur

tubuh Jenika yang setinggi Saga membuatnya kalah tenaga. Dia terpojok terduduk

di sofa. Jenika memeriksa leher dan sudah mau menarik baju depan Daniah.

“ Jen lepaskan aku!” Berteriak.

Apa yang kalian mau lakukan hah! Menelanjangiku!

Daniah bersyukur bisa selamat karena mendengar langkah kaki mendekat.

“ Nona Jenika, nona Sofia, apa yang sedang anda lakukan?”

Jenika langsung membeku mendengar

suara pak Mun yang dingin. Habislah aku pikir Jenika. Pak Mun berdiri

memandang dengan sorot mata tidak suka. Daniah segera bangun ketika Jenika

menyingkir. Dia merapikan pakaiannya.

“ Pak Mun, kami hanya ingin bicara dengan kakak ipar.” Jenika sudah kembali normal.

“ Minggir!” Daniah menepis tangan Jenika. Sofia sudah sedari tadi mundur. “ Kamu kenapa si?”

“ Kakak ipar tolong katakan pada

Mun aku hanya main-main, aku hanya ingin lihat tanda kecupan di leher kakak

ipar.”

Wajah Daniah langsung merona malu.

“ Tolong katakan padanya aku tidak

menyiksa kakak ipar. Kumohon.” Seperti tak tahu malu Jenika memeluk Daniah.

Daniah berontak melepaskan pelukan tubuh Jenika. “ Habislah hidupku kakak ipar,

kumohon katakan pada pak Mun kalau kita cuma sedang bercanda tadi.” Jenika

bicara menghiba ditelinga Daniah. Wajahnya sudah hampir menangis putus asa.

“ Baiklah lepaskan aku dulu.”

Jenika melepaskan pelukannya.

Daniah lalu meninggalkan mereka dan meminta pak Mun mengikuti. Walaupun tidak

paham kenapa sampai Jenika memohon begitu tapi sesampainya di dapur dia meminta

pak Mun jangan menceritakan peristiwa pagi ini pada tuan Saga.

Kenapa keluarga ini semua orangnya

tidak waras si. Hiii, Jenika lagi. Membuatku merinding semua. Ia, ia ini bekas

kecupan kakak tersayang kalian. Lantas anehnya di mana. Seperti dia baru pertama

kali  dia tidur dengan perempuan saja.

Daniah menaiki tangga bersiap untuk

pergi bekerja.

Sementara di ruang keluarga.

“ Habislah kita kak, pak Mun pasti

mengadu pada kak Saga. Lagian kenapa kamu mau mencekik kakak ipar tadi.” Sofia bukannya menenangkan malah hanya memperkeruh suasana.

“ Siapa yang mau mencengkik kakak

ipar, memang aku sudah gila. Aku hanya ingin memeriksa tubuhnya. Lehernya

jelas-jelas dipenuhi tanda kecupankan.” Jenika ikut nyolot karena disalahkan.

“ Tapi mungkinkan hanya sampai disitu.” Sofia membuat hipotesanya lagi.

“ Apa?”

“ Ya sekedar kecupan di leher saja.” jawabnya yakin.

“ Tidak mungkinkan!” Jenika kesal

sendiri. “ Memang kamu gak pernah dengar cerita kak Helen, kalau hubungan dia

dan kak Saga sejauh ini baru sampai batas ciumam di bibir.”

Ibu yang sedari tadi diam mendesah.

“ Panggil Helen kemari.” katanya kesal. ibu tahu dia sudah kalah, tapi tentu tidak mau menyerah. dia ingin punya menantu yang berkelas yang bisa dia pamerkan di pergaulan sosialita.

“ Bu, kalau kak Saga memang sudah

tidur dengan kakak ipar sebaiknya ibu menyerah saja.” Jenika berusaha menyakinkan fakta penting itu.

“ Panggil Helen kemari!” ibu

mengulangi kata-katanya lagi dengan intonasi lebih keras. “ Mana mungkin ibu

menyerah dan membiarkan menantu yang tidak selevel itu hidup dengan Saga dan

melahirkan penerus keluarga ini.”

“ Tapi ibu tahu sendirikan, kalau

kakak belum pernah tidur dengan perempuan manapun. Dan kalau memang benar dia

tidur dengan kakak ipar itu artinya apa?”

“ Itu artinya mulailah bersikap

baik dengan nona muda dari sekarang.” Pak Mun muncul seperti hantu mengagetkan

semua orang. Wajah Jenika pias. Pak Mun mengangukan kepalanya, menunduk hormat. pada ketiga wanita penghuni rumah.

“ Saya permisi mau mengantar nona Daniah bekerja.”

Wajah mereka bertiga pias, sejauh apa kepala pelayan itu mendengar pembicaraan mereka.

BERSAMBUNG