Kenapa si dua orang ini bertingkah
seperti bukan mereka yang biasanya. Tuan Saga bahkan tersenyum dan melambaikan
tangan. Membuatku merinding saja. Dan lihat itu, bedebah itu sama sekali tidak
merasa bersalah padaku. Dia bahkan juga terlihat sama senangnya dengan
majikannya.
Daniah masuk kembali ke dalam rumah
setelah mengantar kepergian Saga. Berdialog sebentar dengan hatinya di luar
rumah. Baru saja masuk melewati pintu dia sudah disambut oleh tiga wanita penghuni rumah. Dua adik ipar
berdiri di samping ibunya. Menunggu tanpa mempersiapkan kesabaran. Terlihat dari
raut wajah mereka.
“ Kakak ipar, bisa kita bicara.”
Jenika mewakili mereka bertiga.
“ Saya mau berangkat bekerja Jen.”
Tersenyum. Biar cepat urusannya.
Kenapa lagi si mereka bertiga, tidak ada habisnya.
“ Ibu mau bicara.” ibu bicara
singkat, lalu dia berjalan menuju ruang keluarga, mau tidak mau Daniah
mengikuti. Lalu dibelakang Daniah menyusul dua adik ipar yang berjalan saling
mendorong.
Sudahlah Daniah, ikuti saja mau mereka. Biar semua cepat selesai.
“ Bagaimana ini, kita harus minta
maafkan.” Sofia mendorong tubuh Jenika dengan lengannya. Masih berjalan
mengekor ibu dan Daniah. “ Kitakan sering kurang ajar sama kakak ipar.”
“ Sofi diam, kitakan sedang mencari
tahu kebenaran. Sikap kita akan ditentukan dari jawaban kakak ipar nanti.”
Jenika menghardik supaya Sofia menutup mulutnya.
Ibu sudah duduk, Daniah juga
demikian. Sementara Jenika dan Sofia memilih berdiri tidak jauh dari mereka.
Tetap bisa mendengar pembicaraan ibu dan Daniah, tapi tidak mau terlibat
langsung dengan kejadian apapun yang bakal berlangsung. Mencari aman.
“ Ada apa bu?” Daniah membuka
pembicaraan setelah ibu hanya memandangnya. Sepertinya ibu sedang menganalisis
dan mengamatinya.
“ Bagaimana hubunganmu dengan Saga?”
Kenapa ini? Apa ibu menyadari tanda
merah di leherku. Sial! Sudah pasti dia menyadari perubahan tingkah anaknyakan.
Apalagi tadi tuan Saga bahkan mengandengku, dan mengusap saos di bibirku.
“ Apa maksud ibu apa saya melayani
tuan Saga dengan baik. Ibu tidak usah risau saya tahu kewajiban saya pada tuan
Saga. Saya menjalankan kewajiban saya pada tuan Saga sebagai istrinya dengan
baik.”
Yang dimaksud melayaninya dari dia
bangun tidur, menyiapkan air untuknya mandi, membantunya memakai sepatu sampai
melayaninya makan. Itukan maksudnya.
“ Apa kamu bermimpi bisa
mengantikan posisi Helena? Sampai hari ini kamu tahukan, bahwa aku tidak
mengakuimu sebagai menantuku.” Akhirnya kata-kata ibu yang ingin ia lontarkan
pada Daniah saat pertama kali masuk ke rumah ini keluar juga. Selama ini dia
menahannya, karena berfikir umur pernikahan anaknya dengan gadis kampungan
bernama Daniah tidak akan seumur jagung. Tapi, setelah hari ini sepertinya
diamnya selama ini adalah kesalahan.
Lelahnya. Kenapa ibu mencercaku si. Katakan itu pada tuan Saga. Dia rajanya, yang menentukan hidup dan keluarnya aku dari rumah ini.
“ Saya tahu bu, saya juga tidak
mengharapkan kasih sayang ibu. Saya tahu ibu tidak menyukai saya. Jadi
berjuanglah bu.”
“ Apa!” Ibu mertua belum menangkap
pembicaraan Daniah, tapi sepertinya dia kesal dengan jawaban Daniah.
“ Berjuanglah untuk menyatukan
kembali Helen dan tuan Saga.” Daniah menjawab yakin. Sambil menatap wajah ibu.
“ Apa? Jadi kakak ipar tidak
mencintai kak Saga.” Jenika mendekat, duduk di sebelah ibunya. Tidak percaya
mendengar ucapan Daniah barusan. “ kakak ipar tidak menyukai kakakku?”
Mereka kenapa si, apa mereka tidak
tahu alasanku menikah dengan tuan Saga. Aku ini hanyalah alat untuk menebus hutang perusahaan ayahku. apa kalian tidak tahu?
“ Tunggu!” jenika berdiri,
meringsek, mendekati Daniah. Menyentuh lengan baju gadis itu. Daniah terkejut
dan refleks menepis tangan adik iparnya.
“ Apa yang kamu lakukan Jen?”
Daniah tersungkur duduk di sofa, Jenika menunduk di depannya. Tangannya sudah
menempel di leher, matanya memeriksa dengan teliti.
“ Tanda merah di leher kakak ipar ini apa? Ini ciuman dari kak Sagakan?”
Apa-apaan si mereka. Kenapa kakak beradik ini, apa mereka sama-sama maniak. suka sekali mengerayangi tubuh orang lain.
Terkejut sekaligus malu, bagaimana Jenika bisa menanyakan hal seperti ini langsung tanpa malu sedikitpun.
“ Kalian ini kenapa? Lepaskan aku Jen. Aku mau berangkat bekerja.”
“ Kakak ipar tunggu. Sofi bantu aku
pegang kakak ipar.” Jenika berteriak pada adiknya untuk mendekat. Dia sudah
menahan bahu Daniah. Sofia datang memberi bantuan, memegang tangannya. Ibu diam
menonton ulah anaknya.
“ Hei apa yang kalian lakukan,
lepaskan aku Jen!” Daniah berteriak marah. Tapi dua lawan satu. Dan postur
tubuh Jenika yang setinggi Saga membuatnya kalah tenaga. Dia terpojok terduduk
di sofa. Jenika memeriksa leher dan sudah mau menarik baju depan Daniah.
“ Jen lepaskan aku!” Berteriak.
Apa yang kalian mau lakukan hah! Menelanjangiku!
Daniah bersyukur bisa selamat karena mendengar langkah kaki mendekat.
“ Nona Jenika, nona Sofia, apa yang sedang anda lakukan?”
Jenika langsung membeku mendengar
suara pak Mun yang dingin. Habislah aku pikir Jenika. Pak Mun berdiri
memandang dengan sorot mata tidak suka. Daniah segera bangun ketika Jenika
menyingkir. Dia merapikan pakaiannya.
“ Pak Mun, kami hanya ingin bicara dengan kakak ipar.” Jenika sudah kembali normal.
“ Minggir!” Daniah menepis tangan Jenika. Sofia sudah sedari tadi mundur. “ Kamu kenapa si?”
“ Kakak ipar tolong katakan pada
Mun aku hanya main-main, aku hanya ingin lihat tanda kecupan di leher kakak
ipar.”
Wajah Daniah langsung merona malu.
“ Tolong katakan padanya aku tidak
menyiksa kakak ipar. Kumohon.” Seperti tak tahu malu Jenika memeluk Daniah.
Daniah berontak melepaskan pelukan tubuh Jenika. “ Habislah hidupku kakak ipar,
kumohon katakan pada pak Mun kalau kita cuma sedang bercanda tadi.” Jenika
bicara menghiba ditelinga Daniah. Wajahnya sudah hampir menangis putus asa.
“ Baiklah lepaskan aku dulu.”
Jenika melepaskan pelukannya.
Daniah lalu meninggalkan mereka dan meminta pak Mun mengikuti. Walaupun tidak
paham kenapa sampai Jenika memohon begitu tapi sesampainya di dapur dia meminta
pak Mun jangan menceritakan peristiwa pagi ini pada tuan Saga.
Kenapa keluarga ini semua orangnya
tidak waras si. Hiii, Jenika lagi. Membuatku merinding semua. Ia, ia ini bekas
kecupan kakak tersayang kalian. Lantas anehnya di mana. Seperti dia baru pertama
kali dia tidur dengan perempuan saja.
Daniah menaiki tangga bersiap untuk
pergi bekerja.
Sementara di ruang keluarga.
“ Habislah kita kak, pak Mun pasti
mengadu pada kak Saga. Lagian kenapa kamu mau mencekik kakak ipar tadi.” Sofia bukannya menenangkan malah hanya memperkeruh suasana.
“ Siapa yang mau mencengkik kakak
ipar, memang aku sudah gila. Aku hanya ingin memeriksa tubuhnya. Lehernya
jelas-jelas dipenuhi tanda kecupankan.” Jenika ikut nyolot karena disalahkan.
“ Tapi mungkinkan hanya sampai disitu.” Sofia membuat hipotesanya lagi.
“ Apa?”
“ Ya sekedar kecupan di leher saja.” jawabnya yakin.
“ Tidak mungkinkan!” Jenika kesal
sendiri. “ Memang kamu gak pernah dengar cerita kak Helen, kalau hubungan dia
dan kak Saga sejauh ini baru sampai batas ciumam di bibir.”
Ibu yang sedari tadi diam mendesah.
“ Panggil Helen kemari.” katanya kesal. ibu tahu dia sudah kalah, tapi tentu tidak mau menyerah. dia ingin punya menantu yang berkelas yang bisa dia pamerkan di pergaulan sosialita.
“ Bu, kalau kak Saga memang sudah
tidur dengan kakak ipar sebaiknya ibu menyerah saja.” Jenika berusaha menyakinkan fakta penting itu.
“ Panggil Helen kemari!” ibu
mengulangi kata-katanya lagi dengan intonasi lebih keras. “ Mana mungkin ibu
menyerah dan membiarkan menantu yang tidak selevel itu hidup dengan Saga dan
melahirkan penerus keluarga ini.”
“ Tapi ibu tahu sendirikan, kalau
kakak belum pernah tidur dengan perempuan manapun. Dan kalau memang benar dia
tidur dengan kakak ipar itu artinya apa?”
“ Itu artinya mulailah bersikap
baik dengan nona muda dari sekarang.” Pak Mun muncul seperti hantu mengagetkan
semua orang. Wajah Jenika pias. Pak Mun mengangukan kepalanya, menunduk hormat. pada ketiga wanita penghuni rumah.
“ Saya permisi mau mengantar nona Daniah bekerja.”
Wajah mereka bertiga pias, sejauh apa kepala pelayan itu mendengar pembicaraan mereka.
BERSAMBUNG