Selang beberapa hari, sebelum ulang
tahun Ayah Daniah. Waktu bergerak seperti jatuhnya air dari pegunungan, mengalir deras tidak perduli pada apapun. Ya, ia berputar tanpa memihak pada siapapun. Dengan durasi yang sama 24 jam bagi semua manusia.
Pagi ini tingkatan penyiksaan yang dilakukan Saga naik. itu yang ada dipikiran Daniah, bagi Saga ini bukti semakin dalamnya perasaannya.
Saga meminta ciuman selamat pagi sebelum keluar dari kamar.
“ Kenapa? Tidak mau?” jari telunjuk
Saga sudah menunjuk kening Daniah. Membuatnya terdorong mundur selangkah.
Daniah tersenyum ceria. Akting.
“ Tentu saja saya senang sekali
suamiku. Ciuman selamat pagi di pagi hari, tentu saja, akan saya lakukan setiap
hari dengan penuh kebahagiaan.” Wajahnya secerah matahari yang mulai memanaskan bumi.
“ Dasar mencari kesempatan,
sesenang itu menciumku sampai melakukannya setiap hari. Padahal aku hanya mau
hari ini saja tuh.” Menyeringai licik. “ Karena kamu yang memohon, baiklah,
lakukan setiap hari.”
Gemetar-gemetar kesal sambil
menuruni tangga mengikuti langkah kaki Saga.
Sambil memaki Daniah melajukan
mobilnya dengan perlahan, memasuki gerbang tinggi universitas ternama di kota
ini. Dia memarkir kendaraannya di tempat parkir khusus untuk tamu universitas.
Bertanya kepada satpam yang sedang berjaga. Satpam memberikan penjelasan dengan
menunjuk area yang ditanya Daniah.
“ Terimakasih ya pak.” ucap Daniah sopan.
“ Sama-sama mbak, mau cari siapa?”
“ Adik saya. Saya permisi ya pak.” tersenyum sekenanya.
“ Ia mbak.”
Daniah menyusuri jalan setapak
dengan langkah kecil sambil menikmati pemandangan sekitar.
Senangnya ya, anak-anak muda yang
baru memulai mimpi dan belajar untuk memperjuangkan mimpi. Belajar yang rajin ya
adik-adik. Nikmati hidup kalian dengan benar, dan jadilah orang sukses yang bisa
membuat bahagia untuk diri kalian sendiri dan orang-orang yang kalian sayangi.
Daniah melihat beberapa anak sedang
mengerombol, berbicara dengan ribut. Ah, manisnya gumamnya. Inilah kehidupan
normal itu. Aku harus berusaha sekuat tenaga agar Raksa tetap bisa menikmati
kehidupan normal semacam ini.
“ Kak Niah!” teriakan seseorang
membuyarkan pikiran Daniah. Dia melihat adiknya melambaikan tangan dari
kejauhan. Dia terlihat berpamitan dengan dua teman di sampingnya lalu berlari
mendekati Daniah. “ Kak Niah sampai kemari, kitakan bisa janjian ketemu di mana
gitu.”
“ Gak papa, sekalian biar gak
tunggu-tungguan. Yuk jalan.” Daniah menarik lengan adiknya, melingkarkan tangan
lalu berjalan bergandengan. “ Mau makan siang dulu gak?”
“ Kak Niah mau makan di kantin
kampus gak, makanan di sini lumayan enak lho. Ada kantin di dekat danau juga.” Raksa menjelaskan dengan bersemangat, sambil menunjuk kantin di dekat danau kampus.
Wajah Daniah langsung berbinar
senang, kapan lagi bisa makan dengan sesama manusia di tempat yang
pemandangannya indah. Dia mengangukan kepala, Raksa tertawa paham kalau kakak
perempuannya sedang antusias. Lalu dia menarik lengan Daniah mengajaknya
mengikuti langkah kakinya.
“ Benarkan? Kak Niah suka?” Raksa menyenggol lengan Daniah.
“ Hehe, ia. Suka sekali. Kak Niah jadi ingin kuliah di kampus kamu dek.”
“ Haha, ayo foto kak.” Raksa
mengeluarkan hpnya, lalu mereka berfoto dengan pemandangan danau sebagai
backgroun. “Baguskan, aku kirim ke kak Niah ya.” Daniah menggangukan kepala.
Lalu dia juga mengambil beberapa foto Raksa sendirian dan pemandangan danau
yang indah.
Danau ini sepertinya danau buatan,
karena batu-batu pondasi di setiap pinggirnya. Tapi tetap saja membuat hati
rasanya nyaman, sambil ditiup angin lembut. Pepohonan di sekitar danau juga
membuat udara segar. Terasa sejuk dan nyaman. Dimana-mana tempat indah dan
makanan adalah sesuatu yang saling berhubungan. cukup ramai juga yang makan di sini. Pastilah begitu, gumam Daniah. Kalau dia kuliah di sini ini pasti jadi tempat favoritnya di kampus.
“ Kak Niah baik-baik saja?”
Sebenarnya inilah yang sedari tadi ditahan
Raksa, dia tahu Daniah akan selalu memasang wajah tersenyum sepanjang hari
kalau bersamanya. Tapi dia bukan anak-anak yang bisa ditipu oleh senyum itukan.
Dia sudah dewasa sekarang. Tahu bagaimana saatnya harus senang atau ikut
merasakan kesedihan kakak perempuannya.
“ Masih saja kuatir ya?” Mengusap kepala adiknya. “ Kak Niah baik-baik saja.”
Minuman datang, mereka menikmati
pesanan mereka sambil menatap danau yang tenang.
Apa di danau setenang itu tidak ada
kesedihan ya, apa semua makhluk penghuninya benar-benar hidup damai setenang
permukaan air itu.
“ Kak.”
“ hemm.”
eh kenapa aku menjawab dengan kalimat keramat tuan Saga. saking seringnya aku mendengar kata itu sampai spontan terucap.
“ Ayah sangat kesal saat tahu aku
tidak mau magang di perusahaan.” Daniah menghentikan lamunannya dan fokus
menoleh pada adiknya. “ tadinya dia mengancam tidak mau memberiku uang.”
“ Ayah bilang begitu, lalu ibumu?”
tidak percaya ayah sampai sejauh itu pada anak laki-laki kesayangannya.
“ Dengar dulu, tapi setelah aku
bilang kalau pengajuan permohonan magangku diterima Antarna group .” belum
menyelesaikan kalimatnya. Daniah memotong karena terkejut.
“ Apa! Kamu jadi magang di sana?”
Kenapa ini, perasaanku sudah merasa
tidak nyaman begini. Kenapa bukannya bisa melepaskan diri, tapi kenapa sedikit
demi sedikit keluargaku malah semakin terikat dengan Tuan Saga. Aku yang ingin
berlari sekuat tenaga sepertinya hanya upaya sia-sia. Dia mencengkramku dari
segala penjuru.
“ Ia, dari sekitar duaratus ribu
pemohon, aku terpilih tahun ini diantara 200 orang. Belum tahu penempatannya di mana, informasi akan diberikan saat training nanti.”
Ini bukan hanya kebetulankan? Tidak,
bisa jadi ini hanya kebetuan saja. Raksa anak yang pandai, nilainya selalu yang
terbaik di kampusnya. Ini hanya kebetulan, tidak mungkin tuan Saga mengurusi
masalah anak magang. Daniah berusaha meyakinkan dirinya.
“ Lalu reaksi ayah.” Kembali
melanjutkan cerita Raksa, daripada dihantui kepanikan tentang Tuan Saga.
“ Senang sekali, sampai sujud
syukur. Dia memberiku uang jajan dobel. Menyedihkan sekali.” Suara Raksa getir,
meminta maaf pada Daniah.
“ Hehe. Sudahlah dek, nikmati saja
apa yang sudah ayah berikan.” Tertawa menghibur adiknya. Apalagi yang bisa
diharapkan. Toh laki-laki yang jelas-jelas ayah kandungnya itu bahkan rela
menukar anak gadisnya dengan perusahaan miliknya.
“ Kak Niah tau, kak Risya
sekarangkan sudah menandatangani kontrak drama dan iklan.” Raksa melanjutkan
cerita mengenai keluarga. Walaupun Daniah tidak bertanya, tapi memang ini yang
ingin diketahuinya, kalau semua baik-baik saja.
“ Berhasil juga dia rupanya.” balasnya tidak terlalu antusias.
“ Ibu menjual nama Antarna Group.”
“ Apa ibu mengaku pada semua orang
kalau dia punya menantu Tuan Saga.” Daniah merasa kuatir sendiri.
“ Tidak kak, mereka pasti tidak
punya keberanian untuk itu. Sekertaris tuan Saga sudah mengingatkan ibu dan
ayah untuk menjaga sikapnya. Jadi aku yakin mereka tidak akan seberani itu.”
Tapi apa yang dilakukan ibu sampai akhirnya Risya bisa masuk dunia entertrainer.
“ Syukurlah. Jangan bermain-main dengan tuan Saga.”
Bedebah sialan itu bisa melakukan
apa saja diluar batas pikiran manusia normal seperti kita. Sekarang setiap
malam selalu memelukku, mengerayangi tubuhku dengan tangannya, kalau dia sedang berselara, dia akan memintaku
melayaninya. Tapi kurang ajarnya dia selalu menemukan taktik seperti aku yang
merayunya.
Daniah tangannya gemas
sekaligus kesal. Karena nyaris setelah malam pertama dia tidak pernah lagi bisa
tidur dengan tenang.
Tapi kenapa sekarang
hampir tiap malam dia berselera si. Dan sepertinya sekarang gak punya kerjaan.
Setiap hari selalu pulang tepat waktu, sesenang itu menyiksaku.
BERSAMBUNG