Malam yang sejuk.
Semilir angin menerbangkan ujung
rambut Daniah. Dia sudah mengikatnya rapi, tapi tetap saja rambut
bergelombangnya tidak bisa jatuh manis di belakang punggungnya. Menyenbul
kemana-mana. Kalau saja dia bisa mengikat rambutnya tinggi seperti saat di luar rumah.
“ Maaf nona membuat anda menunggu.” Senyum gadis itu bersinar tulus.
Maya berlari mendapati Daniah yang
sedang duduk di area istirahat rumah belakang. Ada beberapaa pelayan yang
sedang istirahat dan bermain dengan hp mereka. Tapi tentu saja mereka memilih
menghindari Daniah, daripada harus terlibat urusan yang panjang dengannya.
“ Ada beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan malam ini.”
“ Gak papa kok, cuma mau kasih ini.” Daniah menyodorkan tas di tangannya.
“ Apa ini? Maya terlihat binggung.
Dia membuka tas yang di serahkan Daniah. “ Nona, saya tidak pantas mendapatkan
hadiah dari nona.” Sesungguhnya dia senang, tapi dia harus tahu dirikan, siapa wanita di hadapannya ini. Walaupun kerap kali dia mengatakan kalau mereka teman. Tapi Maya tetap harus menjaga sikap dan jarak.
“ Ambilah, aku tidak sengaja
mengambilnya di toko karena memikirkanmu. Hehe. “
“ Tapi nona, saya .”
“ Aku masuk ke rumah ya, takut tuan Saga sudah selesai.”
Benar saja, baru saja mengatakan, belum beranjak masuk Pak
Mun sudah muncul dari rumah utama. Mendekati Daniah.
“ Nona, tuan muda sudah kembali ke kamar dan menunggu anda.” Pak Mun mempersilahkan Daniah masuk ke rumah utama.
“ Eh ia pak. Maya aku pergi ya.”
“ Ia nona, terimakasih atas hadiahnya. “
Pak Mun melirik Maya, dan melihat
tas yang ada di tangannya. Lalu melangkah mengikuti Daniah. Tanpa ekspresi apapun.
Saat masuk ke rumah utama Daniah
tidak melihat ketiga wanita penghuni rumah, dia berlari menaiki tangga, karena
sepertinya dia sudah membuat sang raja menunggu. Terengah ketika membuka pintu,
dia bahkan melihat Saga sudah berganti baju. Keluar dari ruang ganti.
Habislah aku.
“ Keluyuran ke mana kamu?” Hardiknya saat Daniah masuk, dia bisa mendengar suara nafas terengah Daniah.
“ Maaf suamiku, tadi saya ketemu Maya sebentar.”
“ Siapa maya?”
“ Teman saya.” menjawab singkat.
“ Teman?” Saga malah makin penasarankan.
“ Ah, dia pelayan di rumah belakang tadi.”
“ Ganti bajumu" Malas mendengarkan Daniah saat bicara tentang orang lain " dan naik ketempat
tidur cepat, kalau membuatku menunggu lagi, habis kamu!” Daniah tidak berani menjawab,
langsung masuk ke ruang ganti. Masuk ke kamar mandi lalu menuju lemari mau mengambil pakaian tidur.
Lho, di mana baju tidurku yang
biasanya. Kenapa baju tidurku ganti modelnya semua. Sekertaris Han! Apa kamu
yang melakukan ini. Sial! Siapa lagi kalau bukan kamu. Memang kamu pikir aku
mau mengoda tuanmu di tempat tidur apa.
“ Daniah!
“ Ia suamiku.” Secepat kilat
menyambar baju, lalu keluar ruangan. Dengan tertunduk sambil membisikan mantra
agar tidak terlihat. Berjalan mematikan lampu, lalu naik keatas tempat tidur.
“Suamiku.”
“ Hemm.”
Idih, tidak, tidak, jawab begitu saja lalu tidurlah dengan tenang.
“ Apa anda menganti semua pakaian tidur saya.”
“ Kenapa aku kurang kerjaan menganti baju di lemarimu.” menjawab dengan suara ketus seperti biasanya.
“ Maksud saya bukan begitu, apa
anda meminta sekertaris Han untuk menganti baju tidur saya. Kenapa sekarang
baju tidur saya seperti ini semua.”
Saga menendang selimutnya sampai
terongok di lantai lagi. Daniah paham maksuknya, dan dia sudah mengumpat di dalam hati.
“ Mungkin Han pikir kalau kau
memakainya, aku akan lebih mudah melepaskannya.”
Apa! Apa! Sudah gila ya, kalimatmu
barusan itu menakutkan tahu. Tapi bagaimana bisa kau ucapkan sesantai itu. Dan
untukmu sekertaris Han, seleramu buruk sekali memilih baju tidur. Kumohon
hentikan!
Daniah berusaha mengeser
tubuh. Terlambat, Saga menarik tubuh Daniah agar miring menghadapnya. Dia
membenamkan wajahnya ke dada Daniah.
Sekertaris sialan jadi ini maksudmu
memberiku baju tidur terbuka begini, untuk membuat majikanmu semakin mudah
menyiksaku. Stempel kepemilikan sekarang bukan hanya di leher lagi. Setelah
erangan kecil akhirnya Saga menghentikan kelakuan gilanya
“ Kau suka.”
“ Haha, tentu saja saya sangat
menyukainya suamiku.” Mencengkram geram dalam kegelapan. Sekarang Saga gantian
membenamkan wajah Daniah kedadanya.
“ Apa yang kau lakukan hari ini?”
Aku tahu, sebenarnya yang kamu
tanyakan ini sebenarnya sudah kamu tahukan. Kamu tahu seharian aku bersama
Raksa. Kalau aku berbohong sedikit saja pasti bakal ketahuankan.
“ Aku pergi membeli kado untuk
ulang tahun ayah. Sekertaris Han bilang anda mengizinkan saya pergi.”
“ Hari ini sepertinya kau bersenang-senang?”
Sial! Sebenarnya aku tidak mau menyebut nama Raksa.
“ Saya pergi bersama Raksa.”
“ Jadi kamu menghabiskan uangku untuk laki-laki lain.”
Apa ini, diakan bilang aku boleh
berfoya-foya dengan kartu tanpa batasku.
“ Anda bilang saya boleh memakai
kartu saya untuk membeli apapun, bahkan anda pernah bilang kalau saya harus
memakai kartu anda lebih dari 20 kali sebulan.”
“ Banyak sekali kamu bicara.”
“ Maaf suamiku.”
Daniah membenamkan wajah ke dada
Saga, lalu melingkarkan lengannya. meminta pengampunan dengan tubuhnya.
“ memang siapa yang mengizinkanmu
menghabiskan uangku untuk laki-laki Hah!.”
“ Tapi dia adik saya.”
Saga malah mendesah kesal mendengar pembelaan Daniah. Dia menarik tangan Daniah, mencium gadis itu agar berhenti menyebut adiknya. Ciuman di bibir berhenti.
" Bernafas bodoh, kamu mau mati!" Daniah tersengal.
Memang aku itu kamu! bisa sesantai itu mencium wanita yang tidak kamu sukai.
" Panggil aku sayang mulai sekarang." Tiba-tiba menjatuhkan bom lagi.
Apa lagi si ini.
" Ini hukuman karena sudah menghabiskan uangku untuk laki-laki lain." kecupan keras di leher Daniah. " Cepat panggil aku sayang!" mulai mengeraskan intonasi suara. Daniah masih terdiam. membuang semua malu yang muncul. Kenapa harus panggilan sayang gerutunya.
" Tidak mau? Baiklah aku bisa menghukum adikmu yang manis itu." Rintihan keluar dari mulut Daniah. Kali ini kecupan Saga menyisa rasa sakit di lehernya. dia benar-benar marah pikir Daniah. " Apa dia tidak mengatakan padamu, kalau permohonan magangnya di Antarna Group diterima."
Deg, benarkan ini memang tidak kebetulan.
Daniah bangun, lalu duduk di atas perut Saga secara tiba-tiba. dia masih bertumpu pada lulutnya. Saga sampai terperanjak terkejut dengan tindakan cepat Daniah. wajahnya merona dalam kegelapan. Tapi karena Daniah tertunduk dan menyembunyikan rona wajahnya sendiri jadi dia tidak melihat, kalau Sagapun sedang tersipu senang.
Apa yang mau dilakukannya sekarang.
" Beraninya kamu!"
" Sayang." lirih terdengar. Daniah merapikan rambutnya ke belakang telinga. " Sayang, maafkan aku yang memakai uangmu untuk Raksa." Daniah menarik pakaian Saga sampai tersibak sampai ke leher. Lalu hal paling memalukan seumur hidupnya dia lakukan untuk menyelamatkan kehidupan magang Adiknya.
" Buahahahaa. sudah hentikan." Saga tertawa terpingkal-pingkal. Dia sebenarnya masih ingin melihat sejauh apa Daniah bisa melakukan aksi mengodanya, tapi dia sudah tidak bisa menahan gelak tawan. Wajah merona malu campur kesal yang samar terlihat di wajah Daniah mengemaskan sekaligus lucu. Saga menarik tubuh Daniah, ambruk terbaring di sampingnya. " Lakukan dengan benar, kalau mau mengodaku."
Tangan Daniah sudah ditariknya ke atas kepala. Dan Saga mengajari bagaimana cara mengoda yang benar, lagi-lagi Daniah hanya bisa memalingkan wajah dan mengigit bibir kelu. Membiarkan Saga melakukan apa yang dia inginkan.
" Apa saja yang kamu belikan untuk adikmu?" Setelah selesai dengan urusannya, Saga kembali memeluk Daniah di sampingnya. menempelkan wajahnya di leher Daniah. Gadis itu memalingkan wajah ke arah yang lain. Hembusan nafas Saga menerpa lehernya.
Daniah menjawab sejujurnya, menyebutkan semua yang ia beli untuk Raksa. Dan anjing gila ini mengigit bahunya saat Daniah selesai menjelaskan. Gusar.
" Lalu untukku apa? kamu beli apa untukku?"
Habislah aku, aku bahkan tidak mau mengingatnya saat aku bersama Raksa tadi.
BERSAMBUNG