Yang pasti malam belum berakhir
untuk penghuni kamar sebelah sini.
Daniah yang sudah selesai mandi di
kamar mandi di luar. Rebahan menunggu di tempat tidur. Sementara itu masih
terdengar jatuhnya air dari kamar mandi. Tuan Saga sedang ada di dalam sana,
mandi setelah tadi mengumpat kesal, protes dengan kondisi kamar mandi yang
sempit.
Jangan bandingkan rumahmu dan
rumahku! Dan ini lagi, Pak Mun! Kenapa membawakanku baju tidur juga si, dia
pikir aku mau melakukan apa disini. Aku ingin baju tidur lamaku kembali! Aku mau
protes! Tapi aku protes pada siapa. Hiks, hiks.
Tapi karena tidak mungkin memakai
pakaian pesta yang dia pakai tadi, atau bahkan seberani itu memakai pakaiannya
sendiri yang masih ada di rumah ini. Akhirnya Daniah memakai juga baju
tidurnya. Baju tidur Saga saja normal kenapa bajuku begini si. Daniah mengomel
sambil menarik-narik bajunya seperti anak kecil protes.
Pintu kamar mandi terbuka.
“ Anda sudah selesai?” Daniah
bangun dari tempat tidur saat Saga keluar dari kamar mandi.
“ hei kenapa tempat ini sempit sekali!” Masih
meneruskan kekesalannya yang tadi. “ Keringkan rambutku.” Saga berjalan duduk
di tempat tidur. Sementara Daniah duduk bersimpuh di belakangnya. Mengambil handuk
kecil yang menempel di bahu Saga.
Tumben dia tidak melemparkannya
padaku. Tapi kenapa anda bertelanjang dada, pakai baju anda kenapa. Kumohon
normallah, inikan bukan di rumahmu.
“ Maaf, kalau anda tidak nyaman
bagaimana kalau kita pulang saja.” Bicara pelan sambil mulai mengeringkan
rambut dengan handuk kecil. Daniah memberi pijatan lembut di kepala. Teori
memijat kepala sudah dia dapatkan, berusaha mengingat kembali penjelasan guru
di sekolaah memijatnya.
“ Kenapa? Bukanya ini rumah
keluarga kesayanganmu. Seharusnya kamu senangkan aku mengizinkanmu menginap.”
Saga mengoyangkan kepalanya, menikmati setiap sentuhan Daniah. “ Apa mereka
memperlakukanmu dengan baik, sebelum aku datang?” pertanyaan Saga membuat
Daniah terkejut. Dia terdiam.
Eh kenapa ini, apa dia datang
karena perduli padaku. Dia pasti tahu, ya Han pasti tahu bagaimana aku
diperlakukan oleh keluargaku sebelum menikah. Dia bahkan tahu nama mantan
pacarku. Mengerikan sekali. Jadi tuan Saga datang karena dia perduli padaku?
Tapi, benarkah?
“ Kenapa anda datang sayang.
Bukankah anda sangat sibuk hari ini?” Saga menyentuh tangan Daniah yang sedang
menyentuh kepalanya. Tidak menjawab. Lalu dia tiduran tengkurap. Daniah
binggungkan, mau apa laki-laki ini pikirnya.
“ kenapa lagi, seharian ini aku
bekerja sangat keras dan tubuhku sakit semua. Aku datang karena mau kau
memijatku.” Dia menepuk bahunya beberapa kali. “ Pijat aku!”
Apa! Sia-sia aku sudah aku sedikit
tersentuh tadi. Benar. Dia ini tuan Saga, Daniah, memang apa yang kamu
harapkan.
“ cepat! Kenapa benggong!” sudah
naik satu oktaf nada suaranya.
“ Ia sayang.” Mulai menyentuhkan
tangannya di punggung Saga.
“ Awas kau, kalau pijatanmu masih
seperti dulu.” Belum apa-apa sudah mengancam. Padahal ya, padahal ya dari dulu
dia juga sudah senang dengan hasil pijatan Daniah.
“ Baik, saya sudah mulai kelas memijat,
sudah dua kali. Saya mulai ya?”
“ Baguslah, buat dirimu berguna.”
Daniah mengepalkan tangannya,
membuat gerakan meninju di udara. Tepat di belakang kepala Saga. Dua kali sambil
mulutnya maju beberapa centi.
“ Kau sedang memakiku sekarang?”
“ Haha, sayang mana mungkin. Bagaimana
apa anda merasa nyaman?” berusaha mengalihkan topik. Tangan Daniah menyusuri
punggung dan Tengkuk Saga. Memberi tekanan yang normal seperti yang dia
pelajari ketika kelas memijat.
Orang ini, kenapa dia sempurna
begini si. Tubuhnya juga sangat harum. Hei, otak apa yang kamu pikirkan. Sebelum
memujinya pikirkan semua hal jahat yang sudah dia lakukan padamu. Dia bahkan
meniduriku semaunya. Bukankah kamu memang istrinya? Hei hati kumohon kamu
hatiku bukan si, kenapa membelanya. Akukan cuma bilang kalau kamu istrinya,
wajarkan dia tidur denganmu. Keluar kau, keluar dari tubuhku sekarang. Masuk
saja kehatinya dan berdiam diri di hatinya yang dingin itu.
Sejenak hati Daniah kembali tenang.
Pijatan tangan Daniah sudah mulai turun ke kaki.
Eh, apa dia tidur. Ya tuhan apa
pijatanku seenak itu. Apa perlu aku buka panti pijat sekalian ya. Hiks, mata
duitan amat aku ini. Baiklah, ini talenta yang harus aku jaga. Kalau tuan Saga
menendangku suatu hari nanti aku bisa memakai kemampuan tanpa modal ini untuk
hidup. Aku harus giat belajar memijat sekarang.
Daniah mendekatkan kepalanya ke
wajah Saga. Mengintip. Benar, laki-laki itu sudah terlelap. Hembusan nafas
pelan terdengar dari mulutnya. Tenang. Wajahnya yang tampan terlihat sangat
tenang, membuat yang melihat pasti jatuh hati.
Kecuali aku ya! Pantas dia diam
saja, kalau sedang tidur kamu kelihatan tampan. Aku ingin mencubit pipi itu.
Daniah mencegah tangannya yang sudah
mau menyentuh pipi Saga. Bisa mati kalau sampai laki-laki ini bangun. Dia
beralih menyentuh kepala Saga lalu mengusapnya pelan. Lalu menjatuhkan diri dan
ikut berbaring di samping Saga. Menghembuskan nafas perlahan, sambil menatap
langit-langit kamar .
Ini kamar tamu, kalau kamarku
sendiri ada di mana. Ada di ujung ruangan, kamar paling kecil. Ibu selalu ingin
mengasingkanku sejauh mungkin, jadi dia memberiku kamar sempit itu. Kadang aku
memilih tidur di ruko, walaupun sepi yang mencekam dan udara dingin, lebih baik
tidur ditempat itu. Sekarang aku bisa tidur ditempat yang hangat. Tapi...
Daniah melirik laki-laki
disampingnya. Lalu dia memiringkan tubuhnya memandang punggung yang mulus dan
bersih itu. Tanpa dia sadari, dia sudah menempelkan telunjuknya di punggung
Saga. Saga tidak bereaksi, sepertinya dia benar-benar terlelap. Lalu seperti
mendapat maian baru Daniah membuat tanda titik-titik di punggung Saga. Membuat
bentuk sebuah kata. “Sayang.” Dia nyengir sendiri, bagaimana bisa memakai
panggilan semacam itu, pada laki-laki yang bahkan tidak dia sukai.
“ Apa nanti saat anda sudah mulai
membuka hati pada helena, anda akan mengusir saya? Tapi bolehkah saya memohon,
jika hari itu datang bolehkan saya pergi tanpa tersakiti. Saya akan mendoakan
kebahagiaan anda. Dan semoga saya juga bisa mendapat kebahagiaan saya juga.”
Daniah mendesah, menghentikan jarinya yang masih menempel di tubuh Saga. “ Selamat
malam tuan Saga, semoga anda mimpi indah.”
Daniah bangun dari tidur, mematikan
lampu kamar. Setelah diam sebentar, sebenarnya dia mau keluar kamar. Tapi
melihat bajunya yang sekarang, dia mengurungkan niatnya. Kejadian tadi saja
sudah sangat parah gumamnya. Apalagi kalau sampai keluarganya melihat pakaian
yang dia pakai sekarang.
Aku akan mengotori mata perawan
Raksa.
Akhirnya dia kembali ketempat
tidur, berbaring lagi di samping Saga. Dia menarik selimut, dan menyelimuti
tubuh Saga yang masih tidur tengkurap. Daniah tidur juga di sampingnya,
ditepatnya tadi. Dia menarik selimut hanya sampai pinggangnya. Lagi-lagi dia
memiringkan tubuh menghadap punggung Saga.
Kenapa menyentuhnya membuatku
ketagihan ya. Haha. Kapan lagikan aku bisa menistakan tubuhnya kalau dia tidak
sedang tidur nyenyak begini.
Tuk, tuk, menusuk-nusuk dengan jari
telunjuk. Sambil memikirkan kalau saja dia punya keberanian, dia ingin
mengambari wajah saga dengan lipstik. Dan mengambar punggungnya, menjadikan
punggung itu kanvas. Dan karena tahu kemampuan melukisnya yang buruk Daniah
cekikikan sendiri membayangkan gambar yang bisa ada di punggung putih bersih
itu. Daniah menempelkan telapak tangannya dipunggung Saga. Tersenyum sendiri
dengan pikirannya.
“ Kau senang?” Daniah terlonjak
kaget, apalagi saat Saga membalikan badan. “ Aku menyuruhmu memijatkukan. Malah
bermain-main dengan punggungku. Mengoceh yang tidak-tidak lagi.”
“ Sa, sayang, karena anda tidur makanya saya berhenti.
Saya tidak mau membangunkan anda.” Berusaha mundur dan mengeser tubuh. Tapi
tangannya sudah di cengkram.
“ Aku belum menyuruhmu
berhentikan?” senyum menyeringai muncul, senyum yang seperti ingin menghabisi
itu.
“ Ma, maaf. Kalau begitu biar saya
lanjutkan.” Daniah mau bangun dari posisinya.
Kaki dan bahu Saga jauh lebih cepat,
menahan tubuh Daniah yang mau bangun. “ Makin hari kamu makin tidak patuh ya.”
Sudah memberikan kecupan keras di leher Daniah, membuat gadis itu mengerang
keras.
“ Kau mau membuat keluargamu
berlari kemari dengan teriakanmu?”
“ Tidak sayang.” Mengigit bibirnya,
apa yang akan dipikirkan Raksa kalau sampai dia benar-benar lari dan mengetuk
kamar, lalu mendapati kakak perempuannya dengan pakaian seperti ini.
Padahal Raksa gak sepolos itu kali.
Wkwkwk.
“ Diam dan terima hukumanmu.”
Berbisik lirih di telinga Daniah.
Beraninya kau masih berpikir untuk
lari dariku. Beraninya masih berusaha menyebut Helen dengan bibirmu. Habis kau
malam ini.
Saga sudah menendang selimut, dia
sudah berada di atas tubuh Daniah dengan bertumpu pada lutut dan tangannya.
Meraih Dagu Daniah dengan jemarinya yang lain. “ Pesta kita baru saja dimulai.”
Aaaaaa, kenapa aku main-main dengan
tubuhnya!
Rintihan masih terdengar di malam yang semakin larut.
BERSAMBUNG