Sepertinya dugaan kalau Leela
adalah sekertaris Han versi cewek salah, karakternya 180 derajat sangat berbeda
dari laki-laki yang hanya menunjukan ekspresi melalui senyum itu.
Leela bekerja dengan sangat sigap.
Diapun mudah berbaur dan bergaul dengan karyawan lainnya. Namun setiap
pembicaraan mengenai pertanyaan tentang tuan Saga hanya dibalas senyuman
olehnya tidak lupa dia meminta maaf karena tidak bisa menjawab apa-apa. sebenarnya
karyawan pada kecewa tapi segera terobati karena sifat Leela yang ceria.
“ Tika, aku mau ketemu dengan
calon suplayer baru yang menawari pakaian anak. Mau lihat sample dulu.” Leela langsung
bangun meninggalkan pekerjaannya tanpa diminta. Padahal Daniah berharap agar
anak itu berdiam diri di ruko saja. “ Lee bagaimana kalau kamu menunggu di sini
saja, aku tidak akan lama kok. Bantu yang lainnya di sini saja. ” Berharap
Leela akan menurut.
“ Maaf nona, saya harus berada di
samping nona selama nona meninggalkan rumah. Ini perintah dari.”
“ Hentikan! Ayo ikut.” Tidak
membiarkan dia menyelesaikan kalimatnya. Daniah menarik tangan Leela, tidak
lupa dia tersenyum dan melambaikan tangan pada karyawannya. Walaupun lagi-lagi
mereka memberi pandangan penasaran dan tanda tanya. Sesampainya di dalam mobil. “ Leela, bisa
tolong hentikan kata-katamu tentang ini perintah tuan muda. Ini perintah tuan
Saga.”
Itu mantra yang selalu di katakan
sekertaris Han kalau aku banyak bicara sebelum melakukan yang dikatakan tuan
Saga.
Daniah menarik nafas kesal,
sekarang benar-benar yakin kenapa Leela menjadi sopirnya. Untuk apa dia
sebenarnya berada di sisinya.
Hei tuan muda, memang siapa yang
mau kabur dari mu si, kau masih memegang kartu asku. Keluargaku, tidak perlu
sampai melakukan hal sejauh ini juga kali.
Di kafe, bertemu dengan calon
suplayer pakaian anak. Terjadi lagi pristiwa memalukan karena Leela.
“ Maaf tuan anda tidak diizinkan
menyentuh tangan nona muda.”
Laki-laki di hadapan Daniah melongo
bingung, lebih-lebih Daniah. Apalagi saat Leela melepaskan tangan mereka yang
sedang bersalaman. Dengan ekspresi wajah datar.
“ Leela ada apa denganmu. Dia bukan
mau menyentuhku, kami hanya bersalaman. Tahu, bersalaman.” Daniah memberi contoh dengan kedua tangannya. " Inikan tanda sopan santun di negara kita."
“ Tapi nona ini.”
Daniah menempelkan jarinya di bibir isyarat untuk diam,
tahu Leela akan bicara apa. “ Duduk diam disitu ya. Jangan bicara apa-apa.”
Daniah malu sendiri. Leela menganguk dan
benar, dia hanya duduk, diam dan memperhatikan.
“ Siapa dia mbak, lucu juga?”
“ Bukan siapa-siapa mas, jangan
perdulikan perkataaanya barusan.”
Laki-laki itu mengambil tas cukup
besar yang tadi dia letakan di bawah. Lalu dia mengeluarkan isinya dan
menyusunnya di atas meja.
“ Ini contoh produk yang kami
produksi mbak. Kami memang baru, tapi kami bisa memastikan bahwa produk yang
kami hasilkan itu berkualitas, Silahkan mbak Daniah lihat.”
" Kenapa anda memanggil nona kami dengan sebutan nama?" lagi-lagi bicara yang mengagetkan semuanya. Daniah mengeram. mencubit tangan Leela. " Maaf nona, tapi dia menyebut nama anda."
" Bisa diamkan? mau kusuruh pergi sekarang."
" Maaf nona, tapi saya harus menjaga anda."
" Kalau begitu diam ya. jangan bicara apapun, jangan menyela. cukup lihat aku saja. Oke, mengerti." Leela mengangukan kepala. Daniah menarik nafas frustasi. "Maaf ya mas, tadi sampai mana?"
" Ia mbak." menoleh pada Leela.
Dia ini siapa, aku menyebut nama Daniah saja sudah memandangku dengan sorot mata membunuh begitu.
Dia beralih dengan barang yang berjajar diatas meja. tidak memperdulikan pandangan wanita yang sedang menatapnya tajam itu.
Daniah juga memeriksa setiap detail
produk di bawah pengawasan mata tajam Leela, sampai terdengar dia menghembuskan
nafas kesal sambil menoleh pada gadis itu. Leela seperti tidak merasa bersalah
sedikitpun bahwa keberadaanya sudah membuat suasana tidak nyaman. Dia hanya
tersenyum ketika Daniah menataapnya semakin jengah.
Selesai juga kesepakatan, mengakhiri
perbincangan. Kali ini tidak ada jabat tangan, Daniah hanya menggangukan
kepala. Dia akan menghubungi dan memberikan keputusan jadi atau tidaknya kerja
sama beberapa hari nanti. Dia perlu merundingkan dengan karyawannya, lebih
penting untuk membandingkan produk sample dengan apa yang sudah di jualnya.
Daniah sudah duduk di kursi taman,
dekat area parkir di cafe tadi bertemu dengan calon suplayer barunya tadi.
“ Duduklah! Letakan tas itu,
beratkan.” Daniah menepuk bangku kosong di sebelahnya.
“ Tidak apa-apa nona.”
“ Duduklah, atau kuadukan pada tuan
Saga kalau kau membantah kata-kataku.”
Idih, sudah pintar dan lihai sekali
aku mengancam.
Terbukti Leela berjalan menuju
kursi, dia duduk dan meletakan tas produk contoh itu di pangkuannya. Menjaganya
dengan tangan agar tas itu tidak terjatuh.
“ Taruh saja tasnya di bawah.” menunjuk bawah kursi, toh itu trotoar, plastiknya juga tebal dan tidak akan kotor.
“ Tidak apa-apa nona, inikan barang
milik anda, saya harus menjaganya dengan baik.”
Ya ampun anak ini apa-apaan si.
“ Leela, kamu ini bukan adik atau
saudara sekertaris Hankan?” Sebenarnya bertanya tanpa maksud apa-apa, hanya
merasa jengkel saja.
“ Bagaimana anda bisa tahu nona?”
terkejut, sebenarnya yang jauh lebih terkejut tentu saja Daniah.
“ Jadi benar kalian saudara,
saudara kandung?”
Wahh, wahh, isi kepala Daniah
berlarian. Mencerna informasi penting yang baru dia dapatkan.
“ Bukan nona, saya adik sepupu
sekertaris Han. Saya anak dari adik kandung ibunya sekertaris Han.”
Aku tidak pernah membayangkan kalau
sekertaris Han ternyata benar-benar manusia. Dia juga punya ibu. Ahh, seperti
apa ya ibunya. Pasti cantik.
“ Berarti kamu tahu banyak tentang
sekertaris Han donk.” Antusias, lupa deh tujuannya mendudukan Leela, mendengar
rahasia sekertaris Han dia jauh lebih sangat penasaran.
“ Maaf nona saya tidak bisa
menjawab apa-apa jika nona menanyakan perihal sekertaris Han.”
Menyebalkan, dia bahkan sudah
membentuk dinding yang tinggi mencegahku masuk.
“ Apa dia punya pacar?” Leela diam.
“ Dimana dia tinggal.” Leela diam.
Daniah sudah udara di
depannya. Ternyata sekertaris Han jauh lebih misterius dari apapun, bahkan
tidak ada celah sedikitpun untuk mencari tahu tentangnya.
“ Baiklah lupakan dia, tidak
penting juga.” Aaaaaaa, aku benar-benar penasaran tentang sekertaris Han. “
sekarang aku mau tanya tentangmu.”
“ Baik nona.”
Apa! dia langsung bereaksi.
“ Apa yang tuan saga perintahkan
padamu. Mengawasiku?”
“ Tuan muda hanya meminta saya
memastikan anda beraktifitas seperti biasa dan pulang ke rumah pada waktunya.”
Lugas sekali dia menjawab, seperti
tidak dibuat-buat. Baiklah masih terlalu dini menyimpulkan. “Apa dia memintamu
melaporkan semua hal yang aku lakukan?”
“ Tidak nona.”
“ Jangan bohong! Kau tidak akan
melaporkan aku bertemu dengan laki-laki di cafe ini tadikan?” memastikan lagi.
“ Saya akan menyampaikan kalau tuan
muda menanyakannya.”
“ Itu sama saja kau memata-mataiku
tahu!” kesal sendiri. Tangan Daniah mencengkram bahu Leela “Jangan, jangan
katakan apapun tentang aku bertemu dengan laki-laki lain.”
“ Tapi, bukankah nona akan menjawab
juga kalau tuan muda bertanya? Kalau jawaban saya tidak sama dengan jawaban
nona. Nona pasti tahukan apa yang akan terjadi pada saya.”
Eh, apa artinya aku
menjerumuskannya ke lubang neraka.
“ Baiklah, sekarang bisa perjelas deskripsi pekerjaanmu? Kenapa
tuan Saga menyuruhnya jadi sopirku.”
“ Karena anda pernah kabur.”
Apa kabur lagi, kabur lagi yang jadi alasannya.
“ Jadi perintah umum yang harus saya lakukan hanyalah agar
apa yang anda lakukan tidak membuat tuan muda kesal.”
“ Maksudnya?” binggung.
“ Saya hanya harus memastikan bahwa apapun yang anda lakukan
tidak akan membuat tuan muda marah. Contohnya saat anda bersalaman tadi, tuan
muda pasti tidak suka kalau anda di sentuh laki-laki lain jadi saya melarang
tuan tadi menyentuh anda.”
Apa! dia lebih gila dari sekertaris Han. Dia menyimpulkan semua seenaknya. Siapa sebenarnya
yang merekomendasikan orang gila ini untuk jadi sopirku!
Daniah membisu sepanjang perjalanan, memikirkan siapa yang sudah merekomendasikan leela, dan juga memikirkan bagaimana caranya agar sopirnya ini bisa di pecat.
Maaf leela, tapi aku belum siap menghadapi kegilaan sekertaris Han versi cewek di sepanjang hariku!
BERSAMBUNG