Saat ini berciuman sudah menjadi
santapan Daniah sehari-hari. Tidak bisa menolak, tidak boleh menawar juga. Tapi
sepertinya dia menikmati. Buktinya debaraan keras dadanya seperti mau
berloncatan keluar. Walaupun dia terlihat mengepalkan tangan. Apa lagi ciuman
selamat pagi di dalam kamar, yang tidak akan pernah di lewatkan Saga. Sudah
seperti sarapan wajib saja. Saat sudah keluar kamar Saga menarik tangan Daniah
agar berjalan mensejajarinya menuruni tangan.
“ Sayang, akhir pekan ini aku boleh
pergi?” memilih bertanya saat situasi sedang kondusif. Setelah ciuman selamat
pagi Saga selalu terlihat bersemangat soalnya.
“ Hemm.” Jawaban yang meminta
penjelasan. Ntah bagaimana caranya Daniah tahu cara menafsirkannya sekarang.
Sepertinya keahlian sekertaris Han sudah sedikit menular padanya. Tapi kenapa
sampai hari ini dia masih bebal menafsirkan perasaan tuan Saga, itu masih
menjadi misteri.
“ Aku mau mengajak karyawanku
liburan dan juga Maya.” Akhir pekan menyenangkan tanpa tuan Saga, itu point
utamanya.
“ Siapa Maya?”
Akukan sudah pernah mengatakan
perihal Maya padanya.
“ Dia pelayan di rumah belakang.”
Sampailah di meja makan. Pak Mun sudah menarik kursi Saga, dia duduk di sana.
Mengambil sandwich di depannya ke depan mulut Daniah. Gadis itu mengigit lalu
menerima dengan kedua tangannya.
“ Pergilah. Kembali sebelum jam
enam sore.”
Wajah Daniah berbinar senang. Jawaban
Saga adalah hal terbaik yang terjadi menyambut pagi ini.
“ Baiklah, terimakasih ya.” Dia
juga menunjuk sandwich yang di pegangnya. Terimakasih untuk yang ini juga
maksudnya. “ Makanlah sayang.” Mendekatkan piring milik Saga.
Sarapan hanya bertiga, Sofi memilih
menjadi pengamat sambil menelan makanannya, Jen sejak mulai magang tidak pernah
sarapan bersama lagi. Tidak sempat. Dia bisa terlambat kalau harus menunggu
Saga keluar dari kamar. Alhasil dia selalu sarapan duluan di meja dapur sebelum
semua orang turun.
“ Aku berangkat ya.” Mencium kepala
Daniah, lalu memasuki mobil.
Daniah mengeryit bagaimana sikap
Saga bisa begitu natural ketika melakukan apapun. Bahkan untuk hal yang baru
dia lakukan. Dia menoleh pada sekertaris Han yang mengangukan kepala, lalu
masuk ke mobil. Mobil melaju meninggalkan Daniah yang masih memandang dari
kejauhan.
“ Han.”
“ Ia tuan muda.”
“ Siapa Maya dari rumah belakang?”
“ Maya pelayan di bagian pakaian
tuan, dia berteman dengan nona muda sejak pertama kali nona masuk ke rumah ini.
Apa anda tidak senang dia bersama nona.” Masih mengemudikan mobil dengan
tenang. Hanya melirik spion sebentar.
“ Pastikan latar belakaangnya,
kalau dia beteman dengan Daniah tanpa maksud apa-apa, biarkan dia.”
Saga ingat beberapa kali nama Maya
muncul dalam perbincangan Daniah, sepertinya wanita itu menjadi teman yang
cukup di sukai istrinya. Dia hanya ingin memeriksa, apakah wanita itu
benar-benar tulus berteman atau karena maksud tertentu.
“ Baik tuan muda.”
Bahkan sekarang aku harus memeriksa latar belakang
pelayan yang dekat dengan nona.
“ Apa nona menerima Leela sebagai
sopirnya.” Han mengalihkan pembicaaraan. Karena sepertinya tadi reaksinya saat
bertemu tidak terlihat kesal.
Atau dia tidak menduga, ide sopir
itu dariku.
“ huh! Tentu saja setelah aku
mengancam akan mengurungnya di rumah dia tertawa senang dan berterimakasih aku
memberinya sopir.”
Maaf nona, ini adalah upaya saya
meringaankaan beban pekerjaan saya. Semoga anda tidak akan tahu kalau ide sopir
itu dari saya.
Daniah menuruni tangga setelah
mengambil tas dari kamarnya, bertemu dengan Sofi yang juga sudah bersiap pergi
kekampus.
“ Kakak ipar punya sopir baru ya?”
Sofi mendekat, mengandeng lengan Daniah. Mereka berjalan beriringan.
“ Kau sudah tahu ya.” Cemberut. “
Jen dan kamu saja bisa bawa mobil sendiri tanpa sopir, tapi tuan Saga
mengancamku, kalau aku gak mau bawa sopir aku gak boleh keluar rumah.” Rasanya
seperti iri, kesal, dan benci. Apalagi melihat Sofi yang masih mahasiswa saja
bisa sebebas ini.
Dasar menyebalkan.
“ Itukan karena kakak ipar kabur
waktu itu.” Duarr, Daniah memukul tangan Sofi yang melingkar di lengannya.
“ Hei, siapa yang kabur. Akukan cuma
mau menenangkan diri, itupun aku cuma di ruko tidak kemana-mana.” Protes dengan
sebutan kabur yang di sematkan Sofi. Memang dia mau kabur kemana juga. Memang
dia punya keberanian sebesar itu di dadanya untuk kabur. Kalau dia bisa dia
sudah dari awal lari dari pernikahan.
“ Kakak iparkan menghilang tanpa
jejak. Tidak izin ataupun pemberitahuan juga. Itukan namanya kabur.” Sofi masih
ngotot, kenapa, karena kelakuan kakak iparnya telah membuat seisi rumah
dipenuhi ketegangan dan kepanikan.
Daniah kehabisan kata-kata. Mau membantah,
tapi dia tau diri kalau dia memang salah. Tidak di bantah harga dirinya rasanya
tercabik-cabik.
“ Tapi kak Saga kuatir sekali tahu
kakak ipar. Dia sampai marah sama kami yang membiarkan kakak ipar pergi. Hiks,
aku sudah lama tidak melihat dia semarah itu. Kak Jen saja sampai tidak berani
bicara apa-apa.”
Apa! kenapa si, tahu tidak semua
sikapmu itu membuatku semakin binggung saja tuan muda. Apa kau benar-benar
kuatir padaku. Apa kau benar-benar perduli padaku.
“ Sofi tapi bagaimana ibu, sampai
kapan ibu mau pergi.” Mengalihkan topik, malas kalau ujung-ujungnya dia yang di
salahkan karena perkara kabur.
“ Sebentar lagi, kakak ipar tidak
perlu kuatir. Kalau ibu melakukan kesalahan memang seperti ini. Dia harus pergi
dan menghilang, kalau suasana hati kak Saga sudah baik, dia juga akan menyuruh
pak Mun menghubungi ibu. Kakak ipar tidak perlu kuatir, ibu juga sedang
bersenang-senang pasti sekarang.” Dia yang anaknya saja bisa bicara setenang
itu, lantas kenapa Daniah yang di posisi menantu tidak dianggap merasa kuatir.
“ Benarkah?” tidak percaya.
Sofia mengeluarkan hpnya.
Menunjukan foto-foto ibunya. Banyak sekali fotonya.
Apa! dia sedang belanja-belanja
dengan wajah riang gembira begitu. Sia-sia sudah kecemasanku selama ini.
“ Aku berangkat ya kakak ipar, ahh
itu Leela ya, sudah kuduga kak Saga akan memberikan dia untuk kakak ipar.” Sofi
menunjuk seseorang yang sudah berdiri di samping mobil. Dia sedang bicara
dengan pak Mun.
“ Kau kenal dia?” Daniah
menghentikan langkah kaki Sofi, mau meminta penjelasan lebih lanjut. “Siapa
dia?”
“ Dia?” terdengar Sofi mendesah
tidak suka. “Dia sama menyebalkan dan sama kakunya seperti sekertari Han. Pokoknya
dua itu sudah seperti pasangan sejati.”
Banyak praduga bermunculan di
kepala Daniah.
“ Kakak ipar tau kan slogan
hidupnya sekertaris Han, melakukan apapun agar segala sesuatu berjalan dengan
semestinya untuk tuan muda. Kalau wanita ini slogan hidupnya adalah : Mematuhi
semua yang kak Saga katakan tanpa terkecuali. Pokoknya kakak ipar hati-hati
bicara kalau di dekatnya ya.” Sofi melambaikan tangan dan kabur ke mobilnya.
Apa! pasangan serasi sekertaris
Han, satu saja yang itu sudah memusingkan, kenapa harus di tambah lagi dengan
yang ini si.
“ Selamat pagi nona, Silahkan.”
Katanya sopan, saat Daniah mendekat kearah mobil. Dia sudah membukakan pintu
belakang mobil.
Apa-apaan si dia.
“ Aku duduk di depan saja.” Daniah
membuka pintu mobil depan, dan langsung masuk. Leela bergegas mengitari mobil
dan masuk, duduk di belakang kemudi. Tanpa bicara sepatah katapun lagi, dia
mulai melajukan mobil menuju gerbang utama, meninggalkan pak Mun yang kemudian
berbalik dan akan mulai pekerjaan hariannya yang tidak ada habisnya.
Keheningan tercipta di dalam mobil.
Leela hanya fokus mengemudi. Daniah meliriknya beberapa kali. Tapi engan untuk
menyapa juga. Sedikit kesal juga sebenarnya, karena Leela bisa jadi akan
mengawasinya dan melaporkan apaapun yang iaa lakukan pada tuan Saga.
Benar-benar mengingatkanku pada
seseorang ya. Dia tidak mungkin adik sekertaris Han kan, kenapa sepertinya
sifat mereka mirip sekali. Tunggu, dia bukan istrinya sekertaris Hankan. Hal
gila apalagi yang aku pikirkan ini. Tapi Sofi bilang tadi mereka adalah
pasangan serasi.
Leela terlihat sangat manis. Postur
tingginya lebih tinggi dari Daniah. Tapi jaraknya tidak terlalu berarti. Dari
awal dia sudah terlihat menjaga jarak dari Daniah. Memposisikan dirinya pada
tempatnya. Bahwa dia bukanlah teman, dia adalaah sopir yang akan melayani
Daniah sebagai nona mudanya. Istri dari tuan Saga. Orang yang harus dia hormati
dan dia jaga.
Tidak terasa keheningan itu
tercipta sampai mobil memasuki halaman ruko. Daniah terkejut saat terbangun
dari lamunan dan mendapati dirinya di mana.
Eh, dia tahu, padahal aku belum
mengatakan apa-apa. dia ini sekertaris Han versi cewek ya? Tau semua hal yang
harus di lakukan bahkan sebelum aku mengatakan apapun.
Leela keluar dari mobil duluan
dengan sigap berlari membukakan pintu mobil untuk Daniah.
“ Silakan nona.”
Anak ini, baiklah kita bicara
nanti. Aku masih belum punya tenaga untuk bicara denganmu. Sekarang lakukan
saja hal sesukamu. Aku hanyaa minta jangan terlalu norak seperti sekertaris
Han.
Serangan dari dalam ruko saat
Daniah muncul dengan orang asing di belakangnya. Wanita berpakaian rapi yang
muncul dibelakang Daniah. Yang mengikuti seperti ekor tidak terpisahkan tu.
“ Mbak Niah siapa dia?”
“ Mbak Niah nambah karyawan ya?”
“ Siapa dia mbak?”
Dia mata-maata yang dikirim tuan Saga.
“ Saya Leela, saya akan membantu
nona bekerja di ruko ini atas perintah tuan Saga.” Daniah menutup mulut Leela.
Menghentikan apapun yang ingin ia katakan.
“ Dia Leela, akan membantu kita.
Kedepannya tolong akur dengannya ya.” Semua karyawan menjawab kompak. “Jangan
bicara yang aneh-aneh di sini.” berbisik di telinga Leela, lalu dia melepaskan
tanganya saat gadis itu mengangukan kepala paham.
Jiwa-jiwa polos karyawanku tidak tahu kehidupanku yang sebenarnya.
" Jangan bicara yang aneh-aneh!" Leela mengganguk dan tersenyum. Tapi melihat senyuman gadis di depannya malah membuat Daniah semakin kuatir.
BERSAMBUNG