Kejadian menghilangnya Daniah di
waktu pesta ulang tahun ibu menjadi titik balik perubahan hubungan Daniah dan
Saga. Saat ini Saga sudah memakai panggilan sayang untuk Daniah jauh lebih
sering. Sudah jarang berteriak padanya, sudah jarang menuding kening Daniah
dengan kesal. Terkadang mereka sudah bicara layaknya manusia normal. Walaupun
hubungan mereka belum bisa di sebut wajar, namun setidaknya sudah tidak
seekstrem dulu lagi.
Seminggu berlalu, ibu belum kembali
menampakan diri di rumah. Jen mengatakan kalau Ibu pergi untuk menghindari
pertengkaran dengan kak Saga.
Kenapa? Memang salah ibu apa?
“ Kak Saga marah pada ibu karena
bukannya memperkenalkan kakak ipar malah memperkenalkan Helena waktu di pesta.”
Jadi karena itu, tapi seharusnya
tuan Saga tidak perlu sampai semarah itukan. Aku saja sudah memaafkan ibu kok.
Daniah sekali mengungkit masalah
ibu pada Saga, agar suaminya itu mau membuka hatinya. Tapi alhasil, dia bahkan
tidak tidur semalaman meladeni kekesalan Saga. Akhirnya diapun tidak pernah
mengunkit perihal perginya ibu. Biarkan semua berjalaan dengan normal dengan
sendirinya.
“ Berikan aku waktu, aku akan
memaafkan ibu nanti.” cuma itu yang di ucapkan Saga.
Karena pada akhirnya keluarga akan selalu saling memaafkan. Apapun kesalahan yang di lakukan.
Malam yang belum larut, beberapa
pelayan masih terlihat menyelesaikan pekerjaanya.
Sehabis makan malam tuan Saga
menghabiskan waktu di ruang kerjanya bersama pak Mun. Daripada Daniah menunggu
sendirian di dalam kamar dia memilih pergi ke rumah belakang. Dia bertemu
dengan beberapa pelayan laki-laki yang langsung bergerak menghindarinya. Maya
mendekatinya saat dia datang.
“ Nona ada apa? bukankah tuan muda
ada di rumah.”
“ aaa, dia senang bekerja. Aku
hanya bosan. Mau makan es cream?” Daniah mengangkat satu cup besar es cream di tangannya.
“ Ayo makan di sana.” Daniah menunjuk sebuah kursi kosong tidak jauh dari
tempat mereka berdiri sekarang.
Mereka duduk di dekat taman, sambil
menikmati pemandangan malam dan semilir angin yang menerbangkan rambut mereka.
Taman yang indah, yang mungkin nyaris tidak pernah di nikmati pemilik rumah
ini. Bahkan Daniah hanya sekedar melewatinya di pagi hari.
“ Jen sudah mulai magang, jadi
setiap pulang ke rumah dia selalu mengeluh kelelahan dan akhirnya langsung
ambruk tidur, sofi juga demikian, kuliahnya sedang padat-padatnya.” Daniah
mulai bercerita, mengeluh sebenarnya. Karena dia kehilangan teman yang bisa di
ajak bicara di rumah ini.
“ Nona Jenika dan nona Sofia memang
pekerja keras.” Maya mengatakan pujiannya.
“ Benar, padahal Jen magang di
perusahaan kakaknya, tapi aku dengar dia tidak mendapatkan keistimewaan
apa-apa. bahkan tidak ada yang tahu kalau dia adik dari pemilik perusahaan.”
Satu hal ini membuat Daniah takjub pada Jen, padahal dia sempat berfikir kalau
Jen termasuk anak manja yang akan memanfaatkan posisinya sebagai adik tuan
Saga. Toh dia memang adik yang di sayangi tuan Saga. Tapi ternyata tidak, Jen
bekerja keras dengan namanya sendiri.
Eh magang ya, apa Jen dan Raksa
pernah bertemu ya. Tapi tidak mungkinlah, perusahaan Antarna Group itukan
banyak sekali. Ntah mereka ada di perusahaan yang mana.
“ Tuan muda memang mendidik nona
Jenika dan nona Sofia dengan disiplin yang ketat.” Maya menutup mulutnya merasa
apa yang dia bicarakan sudah lancang. “Maafkan saya nona, saya sudah lancang.” Aturan
rumah ini melarang para pelayan membicarakan apapun yang terjadi di rumah ini,
bahkan dengan sesama pelayan sekalipun. Apalagi sampai membicarakan keluarga tuan Saga.
Aku ingat, waktu para pelayan
membandingkan aku dan Helen, dan saat itu sekertaris Han menghukum mereka.
“ Gak papa, bicaralah santai
padaku. Ayo makan lagi.” Sesuap es cream masuk ke mulut, lumer, dingin, lembut
dan manisnya menyatu di dalam mulut. “ Jangan bersikap sungkan padaku” Maya
hanya tersenyum.
Anda adalah nona muda kami,
bagaimana aku bisa tidak sungkan. Pak Mun saja sering kali mengingatkanku untuk
menjaga sikap. Tidak boleh menyapa anda duluan jika anda tidak menyapa.
“ Maya punya hari libur kapan?”
Pelayan mendapatkan jatah libur seminggu
sekali, yang jadwalnya berbeda setiap orang, semua di susun sesuai jadwal oleh
pak Mun. Ternyata pekerjaannya banyak sekali ya, Daniah meghitung jumlah
pelayan yang ada di rumah ini, ntah jumlahnya berapa. Diapun tidak terlalu hafal
wajah mereka.
“ Dua hari lagi saya libur nona.
Lusa.”
“ Lusa ya, berarti pas akhir pekan,
baiklah, nanti aku atur jadwal dengan yang lainnya ya. Kamu kosongkan jadwal
liburan kamu ya, aku ingin kita pergi.”
“ Nona.” Sudah merasa kuatir karena
kebaiakan Daniah sudah melebihi batas kewajaran.
“ Jangan menolak ya.” Menepuk bahu
Maya. “ Ayo berteman dengan tulus denganku.”
Pak Mun muncul dari rumah utama.
Maya langsung mengeser posisi duduknya agak menjauh. Pak Mun Menghampiri Daniah
dan Maya di dekat taman.
“ Nona, tuan muda meminta anda ke
ruang kerjanya sekarang.” Pak Mun memperhatikan, mencari tahu apa yang sedang
di lakukan Daniah dan Maya. Dia melihat satu cup besar es cream dengan dua
sendok di sana. Lalu dia terlihat menatap Maya yang kemudian menundukan
kepalanya.
“ Eh, kenapa pak? Apa dia sudah
selesai?”
“ Silahkan ikuti saya nona.” Hanya
mempersilahkan Daniah dengan tangannya tanpa menjawab pertanyaan Daniah.
Selalu deh, tidak menjawab kalau urusannya
perintah tuan saga. Kalau sekertaris Han lewat sorot matanya pasti mengatakan.
Sudahlah, jangan banyak bicara dan ikuti saja saya. Begitu pasti kalau dia.
“ Aku pergi dulu ya. Habiskan es
creamnya. Selamat malam maya.”
Maya bangun dari duduknya dan mengangukan
kepala. “Selamat malam nona.”
Daniah memasuki ruang kerja Saga. Pak
Mun hanya mengantarkan sampai di depan pintu. Laki-laki itu sedang duduk di
sofa. Di dekatnya berdiri seorang wanita. Dia memakai stelan rapi dan celana
panjang, sepertinya bukan pelayan wanita di rumah ini. Karena seragam pelayan
tidak seperti itu. Sepertinya ini pertama kalinya Daniah melihatnya juga.
“ Sayang.” Mendekat.
“ kemarilah!” Saga mengulurkan
Tangannya agar Daniah mendekatinya. Mau tidak mau Daniah menerima uluran tangan
itu dan duduk rapat di samping Saga. “ Kau habis makan apa?” Mengusap bibir
Daniah, sepertinya masih ada sisa es cream di sana. Kecupan lembut di bibir Daniah.
Membuat gadis itu menolak secara spontan, lebih-lebih karena di samping Saga
sedang berdiri seseorang.
“ Sayang, aku habis makan es
cream.” Malu sendiri.
“ Sepertinya enak, aku juga mau.”
Satu kecupan lagi.
Hei, makan sendiri sana, kenapa
merasai dari bibirku.
“ Sayang, hentikan. Dia siapa?”
Daniah menunjuk wanita yang sedang berdiri, wanita itu mengangukan kepalanya
sopan.
“ Ahh, dia. Perkenalkan dirimu!”
Saga menoleh padanya.
“ Selamat malam nona, nama saya Leela.
Silahkan panggil saya senyaman anda.” Katanya memperkenalkan diri dengan sopan.
Hei, kau tidak sedang memberiku
pelayan pribadikan. Memang untuk apa? aku tidak butuh pelayan pribadi atau
sejenisnya. Memang aku ini putri apa. Jen saja tidak mendapatkan pelayan pribadi.
“ Selamat malam, senang
berkenanalan denganmu. Tapi sayang dia siapa?” beralih mencari jawaban pada
Saga.
“ Sopir untukmu.”
Langsung tercipta kepanikan dalam
diri Daniah. Waspada. Tentang rencana apa di balik ini semua.
Sampai kapanpun dia memang tetaplah
tuan Saga yang seenaknya.
“ Sayang, kitakan sudah sepakat
waktu kamu memberiku mobil, kalau aku boleh membawa mobil sendiri tanpa supir.
“
Kalau aku pergi dengan sopir itu
sudah seperti mengawasiku 24 jam full.
“ Ini bukan penawaraan, ini
perintah.” Tegas.
“ Tapi sayang.” Memohon dengan
lembut sambil menyentuh tangan Saga.
“ Kalau tidak mau tinggalah di rumah,
jangan pergi kemana-mana.” Dengan ringannya bicara, padahal kata-katanya jadi
hantaman keras untuk Daniah.
Bagaikan jatuh terjerembah ke dalam
jebakan yang melilit leher. Tanpa sadar Daniah tangan Saga karena
merasakan kesal. Dia melepaskan tangan itu saat Saga mulai mendesah.
“ Maaf! tapi Sayang akukan
bekerja.”
“ Kau bisa pindahkan toko mu di
paviliun depan. Lihatkan rumah di kanan jalan saat kau masuk gerbang utama. Aku
akan suruh pak Mun membereskannya, kau bisa memakainya untuk toko mu nanti.” Lagi-lagi
menjawab semudah dia bernafas.
Kenapa hal seperti memindahkan toko
bisa dengan mudahnya kau bilang, kalau aku bilang ingin buka toko di mall kamu
apa kamu juga akan seringan itu menjawab. “ Baiklah biar Han yang
membereskannya.” Sepertinya memang akan semudah itu ya. Hiks.
“ Baiklah, saya bisa pergi dengan
Leela, dia akan jadi supir dan mengantarku ke toko.”
Puaskan! Kau mau mengikat leherku
sampai sejauh mana heh.
“ Nah begitu donk, kalau kau patuh,
kau kan bisa hidup dengan damai.” Kecupan lembut di leher.
Berhenti menciumiku, kau tidak tahu
malu ada orang berdiri di sana!
“ Tapi dia hanya akan mengantarku
ke rukokan? Setelah itu apa dia bisa pulang.” Memastikan bahwa dia tidak akan
di awasi 24 jam.
“ Kau bisa menyuruhnya melakukan
apapun. Membantumu di toko juga tidak masalah.”
Tuh kan, kau menjadikannya satpam
24 jam mengawasiku. Sebenarnya kamu kenapa si tuan.
“ Tapi gajinya.”
Saga menyentuh telinga Daniah
sambil memainkan giginya gemas. “ aku ingin mengigitmu kalau kau banyak bicara
lagi.”
“ Maaf.” Daniah mengangkat
tangannya melindungi telinganya.
“ Kau dengar ini, lakukan semua
yang nona katakan.” Bicara tanpa memalingkan wajah dari Daniah.
“ Baik tuan muda.”
“ Sekarang keluarlah!”
“ Baik.”
Daniah mengikuti langkah kaki
wanita muda itu sampai dia menghilang dari pintu. Kebebasannya sedang berjalan
menjauh sama halnya dengan kepergian Leela.
“ Sayang, tapi apa perlu sopir, aku
benar-benar bisa pergi tanpa sopir, aku jugakan selalu kembali sebelum
waktunya.” Masih berusaha memohon.
“ Kau mau mulai lagi! Mau
benar-benar ku laraang keluar rumah.”
“ Tapi Jen juga tidak punya sopir
dia bisa pergi dan pulang sampai malam sendirian.” Membandingkan fakta. Jen
yang usianya lebih muda darinya. Jen yang masih berstatus mahasiswa magang. Jen
yang jauh lebih cantik darinya. Jen yang punya seribu satu alasan untuk dilindungi
dari pada dirinya.
“ Kau membandingkan dirimu dengan
Jen.” Mendorong Daniah sampai ambruk di sofa. Saga duduk di pinggir sofa
sementara tangan kanannya ada di samping Daniah. “ Jen tidak pernah ingin lari
dariku. Jen tidak pernah menghilang dan membuatku kuatir!” setengah berteriak.
Kuatir, apa dia benar-benar kuatir
padaku. Atau hanya karena aku menghilang waktu habis pesta ulang tahun ibu.
Ini hukuman untukku. Karena sudah membuatnya susah. Hei, kenapa kau pendendam
sekali!
“ Sayang, tapi itukan.”
“ Masih mau membatah.”
Daniah mengigit bibirnya agar
berhenti bicara.
Dia sudah mengancamku tadi, kalau
aku membantahnya lagi dia benar-benar melarangku keluar rumah habislah aku.
Saga mendekatkan wajahnya, Semakin
dekat membuat Daniah memejamkan mata.
Muah. Muah.
“ Apa kau berdebar-debar sekarang? Kau
bilang jantungmu ingin meledak kalau aku melakukan inikan.” Ciuman tiba-tiba
datang, Daniah tersengal lagi. Saga menghentikan ciumannya. Sekarang dia
memberikan kecupan lembut tiga kali di bibir Daniah. “ Buka matamu bodoh!”
Sialan! Kenapa aku bisa menggigau
separah itu si.
“ Katakan!” Daniah tahu apa yang
ingin di dengar Saga. Dia terlihat mengepalkan tangannya.
“ Aku mencintaimu sayang.”
Saga membelai rambut dan menyentuh
telinga daniah. Memainkan daun telinga tipis yang mulai memerah itu.
“ Ini terakhir kalinya aku
menyuruhmu mengatakannya.” Mencium lembut bibit Daniah, lalu dia menjauhkan
lagi wajahnya. “ Tapi kalau kau mau mengatakannya sendiri nanti, katakanlah,
jangan menahannya. Katakan kau mencintaiku dengan kemauanmu sendiri.”
Apa! mengatakan karena kemauanku
sendiri, apa dia benar-benar ingin aku mencintainya.
Daniah memejamkan mata saat Saga
lagi-lagi mendekatkan wajahnya.
Eh, kenapa? Kenapa dia tidak
menciumku.
Daniah membuka mata perlahan,
melihat Saga yang sudah berdiri di samping sofa tempatnya berbaring.
“ Apa yang kau lakukan di sana?
Huh! Kau ketagihan aku cium ya. Bangunlah! Aku lelah mau tidur sekarang.” Berjalan
meninggalkan Daniah yang di selimuti malu. Dia menutup pintu pelan, lalu
tergelak tanpa suara. “ Kenapa dia lucu sekali.” Wajah malu Daniah yang
memerah.
Apa! Apa! apa dia sedang
menjahiliku lagi. Aaaaaaa................
BERSAMBUNG