Sinar matahari masuk melalui
jendela kamar yang sudah terbuka, bias cahayanya jatuh ke atas tempat tidur.
Menghangatkan ruangan. Seseorang di bawah selimut mengeliat pelan. Terdengar
gumaman pelan dari sana. Dia mengeliat lagi, menarik selimut dan mengulungnya
dengan badan. Berguling ke kanan dan kekiri. Percayalah, ini kebiasaanya dulu
ketika tidur sendirian di ruko. Dia mengumpulkan separuh nyawanya dengan cara
ini.
“ Huammm.” Dia menguap, dan menarik
selimut.
“ Kau sudah bangun?” Suara Saga di
pagi hari yang selalu terdengar lebih kencang dari biasanya.
Daniah menjatuhkan selimutnya ke lantai
karena terlonjak kaget, dia mengambil bantal menutupi dirinya lalu mengintip.
“ Sayang.” Memanggil dengan suara
pelan, memastikan kalau itu benar suaminya.
Aku di mana? Di mana aku sekarang? Hei, bukankah aku seharusnya di ruko. Di ruko
milikku, dan seharusnya aku sendiriankan!
Sudah panik, berusaha mengingat
kejadian semalam.
“ Bangun dan bersihkan dirimu sana!”
“ Ba, baik.”
Daniah masih mengintip di balik
bantalnya, menyapu ruangan dengan seksama. Jendela kaca, tempat tidur yang
besar. Suaminya sedang duduk di sofa memakai jubah handuk. Daniah mengoyangkan
kepalanya pelan. Menggingat-ingat kenapa dia bisa ada di tempat ini dan bersama
Saga. Ada kejadian apa semalam sampai dia bisa bersama Saga tidur di tempat
asing ini. Tidak menemukan jawaban sekeras apapun dia berfikir.
Daniah turun dari tempat tidur.
Kamar mandi, kamar mandi, dimana
pintunya. Ah, itu dia.
Tanpa menoleh atau melirik Saga dia
berjalan cepat menuju kamar mandi. Mengunci pintu. Sekarang dia berdiri di
depan cermin, melihat penampilannya. Pakaian yang dia pakai sama persis dengan
yang dia pakai saat menghadiri pesta ulang tahun ibu. Pesta ulang tahun yang
menyedihkan yang membuatnya kabur tidak pulang, dan memilih pulang ke ruko.
Benar, semalam aku tidur di roko
karena tidak mau melihat tuan Saga yang menyebalkan itu. Tapi kenapa sekarang
aku bahkan bersamanya.
Daniah berusaha membongkar memori
di kepalanya, sambil menatap bayangannya di dalam cermin. Kira-kira apa yang
terjadi semalam. Wajahnya berangsur terlihat pucat di dalam cermin. Ketika
otaknya telah berhasil merangkai simpul kejadian semalam. Sedikit demi sedikit
semua terputar kembali di kepalanya. Kejadian semalam.
“ Tidak!”
Teriakan keras, sambil ia terkulai
terduduk di lantai.
Jadi yang semalam itu bukan mimpi!
Meraih dinding sebagai pijakan
untuk bangun, lalu bersandar di dinding. Ia membenturkan kepalanya sendiri
pelan.
“ Bodoh! Bodoh! Bagaimana ini. Apa
ini akhir hidupku.”
Jekrek, jekrek. Suara pintu di buka
secara paksa. Namun karena Daniah mengunci pintu, jadi tidak terbuka. Sekarang
sudah berganti gedoran keras di pintu.
“ Keluar dalam sepuluh menit, kalau
tidak habis kau!”
Setelah mengucapkan itu terdengar
langkah kaki Saga menjauh.
Bagaimana ini!
Bahkan tidak punya waktu untuk
berfikir. Bergegas melepaskan baju dan juga mandi, karena tidak ada baju ganti
diapun memakai jubah handuk yang tergantung di dinding. Keluar dari kamar mandi
sambil mengeringkan rambutnya. Dia mengintip di balik pintu, mencari di manakah
Saga berada. Laki-laki itu sedang duduk di sofa. Di depannya sudah ada makanan
terhidang.
Aku lapar. Aku lapar.
Daniah memandang makanan di meja.
“ Kemarilah, habiskan sarapaanmu,
kita perlu bicara setelahnya.” Menepuk kursi di sebelahnya.
Aaaaa, dia mau bicara apa? setelah
kau mengatakan begitu apa di pikir aku masih bisa makan.
Tapi dalam sekejap jus buah dan sandwich
di piring sudah tandas. Lagi-lagi ikutan, bicaramu tidak sesuai perbuatanmu.
“ Kau pasti kelapaaran ya?”
mengusap saus yang menempel di bibir Daniah. “ Mau makan punyaku?” Saga
menyodorkan miliknya, yang sudah bekas dia gigit. Daniah mau menolak, tapi dia
urungkan. Dia mengangukan kepalanya.
Aku sudah melakukan kesalaahan
fatal padanya, jadi aku harus menjilatnya supaya tidak marahkan.
“ Terimakasih sayang.”
Karena gelisah dan merasakan cemas
semalam di pesta aku tidak makan dengan
baik.
“ Sudah selesai? Sudah kenyang?”
“ Ia sayang terimakasih.” Daniah
sudah mau beringsut dari duduk. “ sayang kita dimana sekarang.” Tapi Saga
menarik tangan Daiah yang mau beranjak dari duduk. Senyum tipis lagi-lagi
mengisyaratkan hal buruk akan terjadi.
“ Dimana kita? Apa kau tidak ingat
kejadian semalam?” menarik handuk pelan dengan telunjuknya, bahu putih Daniah
tersibak. Gadis itu merona lalu menariknya lagi, mengembalikan ke posisinya
semula.
“ Haha, semalam, tidak terjadi
apa-apakan semalam?” Tapi wajahnya sudah pucat pasi. Karena menyadari apa yang
telah terjadi semalam. “ Sayang, apa tidak ada baju yang bisa kupakai.”
“ Baju? Untuk apa, kau tidak
membutuhkannya sekarang.” Lagi-lagi menarik handuk dengan telunjuknya sampai
bahu daniah terbuka. “ kau benar-benar tidak ingat kejadian semalam.” Daniah
ingin mengembalikan posisi handuk ketempatnya, tapi tangannya di gengam saga. “
Tidak ingat?” Saga mengulangi pertanyaannya.
“ Ti, tidak sayang, aku tidak ingat
apa-apa.” mengelengkan kepala berulang dengan wajah sepolos mungkin.
“ Ternyata ada untungnya Han
merekam kejadian semalam ya. Bisa jadi bukti sikap kurang ajarmu.” Tertawa
senang melihat wajah panik Daniah mendengar kata merekam.
“ Merekam!”
Bedebah sialan itu bagaimana bisa
kepikiran merekamku si.
“ Sayang maafkan aku kalau aku
melakukan hal kurang ajar padamu semalam.” Memeluk Saga kuat. Seperti berkata,
aku tidak akan melepaskanmu walaupun kau mendorongku.
“ Lepaskan aku! Kau benar-benar
kurang ajar ya.”
“ Tidak mau! Maafkan aku. Maafkan
aku. Maaafkan aku dulu.” Memeluk sambil memohon. Membenamkan wajah ke dada Saga
dengan tidak tahu malu.
“ Memang apa salahmu? Kau bilang
tidak ingat kejadian apa-apa semalam.” Menyeringai, sambil meraih dagu Daniah.
Bagaimana ini? Kenapa dia pandai
sekali memutar balikan keadaan begini. Kalau aku mengaku ingat, aaaaa, aku
pasti sudah gila. Habislah aku.
“ Apa aku memukulmu dengan keras?”
akhirnya mengaku. Siap menerima apapun yang akan terjadi dalam kepasrahan
tingkat tinggi.
“ Ternyata kau ingat ya sayang.”
Intonasi kata sayang dibuat sedramatis mungkin, untuk menginggatkan Daniah
kejadian semalam. Saat gadis itu berteriak menyuruh Saga memanggil sayang
padanya.
Aku merinding, pangilan sayangnya
sangat menakutkan.
“ Mau lihat hasil kekurang ajaranmu
semalam.” Saga melepaskan lilitan handuk di pinggangnya. Daniah ingin
memalingkan wajahnya tapi tangannya sudah menempel di dada Saga yang terbuka.
“Kau lihat?” warna putih dan bidang dada Saga yang biasanya mulus tanpa cela,
menyisa beberapa warna merah. Terlihat sekali itu bekal pukulan benda keras.
Tanganku yang hina, sekeras apa kau
memukulnya si.
“ Maaf.” Daniah meraba perlahan,
menyusuri tubuh Saga. “ Maafkan aku sayang.”
Tubuh tuan Saga yang berharga.
“ Maaf. Apa itu cukup untuk
mengampuni kekurang ajaranmu.”
Hiks, hiks, jadi kau mau apa?
kumohon jangan pukul aku balik.
Daniah pasrah saat Saga menarik
tubuhnya, mendorongnya ke atas tempat tidur hingga dia terjerembah.
“ Bagaimana kalau aku membalasmu
dengan sesuatu yang sepadan. Membuat sekujur tubuhmu memerah juga.” Menarik handuk
melemparkannya begitu saja ke sudut tempat tidur. “ Lihat semerah apa ini.”
Tunjuknya pada dadanya. “ bagaimana kalau kita mulai dari sini, sini dan sini.”
menunjuk bagian tubuh Daniah dengan jarinya.
Habislah aku!
Sementara di bagian ruangan yang lain, Han keluar lagi dari kamar Saga,
menutup pintu tanpa bersuara. “ Kembalilah dua jam lagi kemari.”
Pak Mun dan staff sekertaris
mengangukan kepala. Ntah kenapa mereka paham sekali maksudnya.
Cih
Han mendengus kembali ke kamarnya.
Daniah kembali terlelap di bawah
selimut, tirai jendela di tarik Saga menghindarkan istrinya terkena sinar
matahari. Lalu dia beranjak keluar kamar. Di ruangan terpisah masih dalam satu
kamar, Han sedang duduk sambil menyelesaikan pekerjaannya. Dia bangun dari
duduk saat Saga muncul, masih mengenakan jubah handuk.
“ Selamat pagi tuan muda.”
Sebenarnya ini sudah siangkan. Kalian bahkan belum makan dengan benar, apa tidak lapar? apa sudah kenyang makan cinta.
“ hemm.”
“ Ini pakaian anda dan nona
Daniah.” Han meletakan tas di atas meja.
“ Taruh saja, dia masih tidur.”
Menunjuk kamar dengan ekor matanya. “ Suruh mereka masuk!” Saga duduk di sofa.
“ Baik.”
Selang tidak lama Han masuk lagi,
diikuti oleh pak Mun dan seorang staff sekertaris. Wanita itu bergumam,
pekerjaan melelahkannya kemarin bahkan belum berakhir sampai pagi ini.
“ Han pasti sudah mengatakan kenapa
aku memanggil kaliankan.”
“ Ia tuan.” Mereka menjawab
bersamaan.
“ Han, bawakan aku kopi.” Saga
sepertinya butuh mengembalikan tenaga dan energinya.
“ Baik tuan muda.”
Setelah Han keluar dari kamar.
“ Sekarang mulailah, kau duluan.”
Saga menunjuk staff sekertaris yang berdiri di samping pak Mun. Belum dimulai
pun, ntah kenapa suasana sudah mencekam.
“ Nona datang tanpa membawa
undangan, jadi ketika masuk sepertinya nona kebingungan, sampai saya bertemu
dengannya. Lalu saya membawanya keruang tunggu bersama nona Helena dan Nyonya.”
Aku hanya menjelaskan semuanya kan.
Kumohon tuan jangan menghukumku. Aku tidak tau apa-apa mengenai kehidupan rumit
anda.
“ saya mendengar mereka berbincang
dengan akrab pada awalnya tapi saat nyonya mengatakaan kalau nona Helen akan
mengantikan nona Daniah sepertinya susana menjadi semakin tegang.”
Cih
Mati aku, dia baru saja mengatakan
cihkan. Tuhan tolong aku.
“ Tapi nona Daniah menjawab yang
membuat nyonya dan Helena langsung terdiam, dan mereka tidak bicara apa-apa
lagi setelahnya sampai keluar ruangaan.”
“ Apa yang di katakan Daniah?”
“ Nona Daniah mengatakan, kalau
hubungannya dengan anda sedang sangaat baik. Dan mungkin saja dalam waktu
dekat kalian akan memiliki anak.”
Saga tergelak, membayangkan
bagaimana wajah ibunya saat mendengar Daniah mengatakan itu.
Staff sekertaris melanjutkan
penjelasannya tentang kejadian saat pesta berlangsung
“ Nyonya mengandeng tangan nona
Helena sementara nona daniah berjalan di belakangnya saat keluar ruang tunggu.
Sesampainya di aula nyonya memperkenalkan nona Helena sebagai calon menaantu
sempurna yang dia dambakan untuk mendampingi anda.”
Han muncul membawa kopi yang
diinginkan Saga “ Silahkan tuan.” Dia melirik sekertaris yang sedang memberi
penjelasan. Lalu berdiri di belakang Saga. Posisinya jauh lebih mengintimidasi
sebenarnya.
“ Karena beberapa tamu ada yang
tahu bahwa nona Daniah adalah istri anda maka mulailah mereka bergosip dengan
suara keras. Bahkan saya rasa nona Daniah juga mendengarnya.”
Saga minum beberapa teguk kopinya.
Mengisyaratkan agar staff sekertaris itu berhenti bicara.
“ Pak mun apa ibu masih di rumah?”
Berani sekali dia kalau sampai dia
tidak pergi.
“ Pagi ini nyonya membawa tas
pakaiannya, dia bilaang akan pergi menginap di hotel.”
Sejauh ini hubungannya dengan
ibunya cukuplah baik. Saga menuruti semua keinginan ibunya jika hanya terkait
masalah uang. Tapi dia memang tidak mau ikut campur masalah pribadi ibunya,
sama halnya dia tidak mau dicampuri urusan pribadinya. Tapi sepertinya kali ini
sikap ibu sudah sangat kelewatan.
Saga mengisyaratkan agar staff
sekertaris pergi. Wanita itu mengangukan kepala dan terdengar dia bernafas lega
sekali.
“ kembalilah kekantor.” Han bicara.
“ Baik tuan.”
Wanita itu sudah menutup pintu
tanpa bersuara.
“ Han, katakan padanya untuk
menghilang dari hadapanku untuk waktu yang lama.” Saga yakin, kalau sampai ia
bertemu dengan ibunya dia tidak akan bisa menahan diri.
“ Baik tuan muda.”
“ Kalian semua keluarlah, hari ini
aku akan di sini sampai sore. Selesaikan saja urusanmu Han, jemput aku nanti
sore.”
Apa kalian mau menghabiskan hari
hanya di kamar?
Han tidak mau bertanya dan tidak
mau memikirkan jawabannya juga.
Dia keluar ruangan bersama pak Mun.
Banyak sekali pekerjaan yang harus dia bereskan hari ini. Peresmian danau hijau sudah di depan mata. saatnya mengakhiri perjuangan Helena.
aaa, aku bahkan sudah kesal hanya menyebut namanya.
BERSAMBUNG