Kejadia sore hari setelah peresmian
danau hijau, hari yang menyedihkan untuk seorang pelukis cantik bernama Helena.
Sebuah mobil berhenti jauh dari
keramaaian danau hijau. Lalu lintas lancar, hanya karena kepulangan para
pekerja yang tetap bekerja di akhir pekan atau orang-orang yang ingin
menghabiskan waktu membuat jalanan cukup ramai tapi tetap terpantau lancar.
Helena gemetar memegang kemudi.
Pikirannya sedang sangat kacau. Saat ini hanya satu nama yang terlintas di
pikirannya.
“ Sekertaris sialan! Apa kau sudah
mencium semua yang ku lakukan. Rencana ku semua gagal pasti karenamu.” Setengah
mati dia berusaha mendekati EO acara peresmian, tapi semuanya menguap dan tidak
berbekas apapun. “ Wartawan itu juga.”
Helen masih berusaha menghubungi no
telfon wartawan yang sudah menipunya. Tidak diangkat. Saat dia mau membanting
hpnya bunyi pesan masuk.
“ Maaf nona Helen saya tidak berani
menulis artikel apapun tentang anda, lawan yang anda hadapi bukanlah lawan
sepadan yang bisa saya tandingi. Saya akan mentransfer kembali uang anda.
Kirimkan no rekening anda. Jangan hubungi atau mencoba menemui saya lagi.”
Apa! Sialan! Bagaimana ini bisa
terjadi.
Kegagalan hari ini adalah akhir
dari semua usaha yang coba ia tempuh untuk bisa mendekati Saga. Tapi, apa ia
benar-benar akan menyerah. Melepaskan Saga yang seperti tambang berlian di
tangannya.
Kenapa? Kenapa aku bodoh sekali.
Helen memecah jalanan kembali,
masih berusaha menepis semua pikiran buruk di kepalanya. Ia kembali berusaha
membangun kembali harapan. Bagaimanapun melepaskan Saga adalah pilihan tidak
masuk akal yang tidak akan dipilih oleh wanita manapun termasuk dirinya.
Helen memarkir kendaraannya. Lalu
sepanjang menuju lift dia sudah mulai terisak dan menitikan airmata.
Sesengukan nafasnya. Ini hanya akting ya. Percayalah, dia tidak sebaik itu.
Ketukan keras di pintu saat dia
tidak sabar setelah membunyikan bell. Pintu berderik seorang wanita muncul
membuat Helen terkejut.
“ Noah!” padahal dia sudah mulai
mengeraskan suara tangisnya, tapi yang muncul malah seorang wanita di
hadapannya.
“ Maaf, anda siapa?” wanita yang
membukakan pintu itu tampak bingung karena mendapati seseorang menangis di
depan pintu kekasihnya. Lebih-lebih dia perempuan.
“ Sayang siapa?” dari dalam
terdengar suara laki-laki, langkah kakinya terdengar mendekat. “ Helen!”
terkejut saat mendapati siapa yang ada di depan pintu. Lebih-lebih ketika melihat
penampilan Helen terlihat sangat berantakan. Riasan yang luntur, rambut yang tidak
lagi indah tergerai. Dan yang lebih dramatis tentu saja menangis. “ Masuklah!”
Noah menarik lengan Helen masuk ke dalam rumah.
“ Dia Helen, teman yang aku
ceritakan padamu. Pacar temanku Saga.” Noah melingkarkan tangan di pinggang
kekasihnya yang sepertinya masih belum bisa menerima fakta ada wanita menangis
di depan rumah kekasihnya. Tapi setelah mendengar nama Helen yang di sebut raut
wajahnya terlihat tampak tenang. Sepertinya Noah sudah sangat terbuka berbagi
kisah hidupnya dengan kekasihnya.
“ Noah, siapa dia.” Helen mengusap
airmata disudut mata indahnya dengan tangan.
“ Dia kekasihku. Tamara, kau bisa
memanggilnya Tama.” Tama yang diperkenalkan mendekat dan menjawab tangan helen.
“ Noah sudah banyak cerita tentang
anda. Panggil saja saya senyaman anda. Sayang, ambilkan nona Helen air.” Noah
yang masih mematung tersadar. Lalu ia tertawa seperti dia yang seharusnya. Lalu
menuju dapur. Mengambil sebotol minuman dingin dari dalam kulkas.
“ Ada apa?” Dia menyerahkan botol
lalu duduk di samping Tama. Menyandarkan dagunya pada gadis itu. “ Aku
melihatmu di peresmian danau hijau, apa Saga mengundangmu?”
Reaksi Helen seperti apa yang sudah
dia rencanakan, tapi kali ini semua yang ia rencanakan di dalam mobil kandas.
Ia bahkan tidak bisa memeluk Noah dan menangis di dadanya. Karena laki-laki itu
malah bersandar di bahu wanita lain. Sekarang dia hanya memakai air matanya
sebagai senjata.
“ Dia jahat sekali.”
“ Helen.” Bagaimanapun Noah merasa,
perbuatan apapun yang akan di lakukan Helen pada Saga hanyalah perbuatan
sia-sia.
“ Dia jahat sekali, bagaimana dia
bisa lupa sepenting apa danau hijau bagi kami.” Berteriak keras. Tama di
sampingnya menepuk bahu Helen seperti memberi simpati, tapi malah membuat
suasana hati Helen semakin buruk.
“ Apa kau sudah makan?” Noah
bertanya. Dijawab dengan isak tangis. “ Biar aku pesan makanan, kita makan
bertiga. Sayang, kamu gak papakan.”
“ Ia gak papa. Nona Helen sedang
seperti inikan, dia pasti butuh teman.”
Tidak, aku tidak butuh teman, aku
butuh Noah. Cih ternyata ini kekasih Noah yang dibicarakan Clariss.
Noah berjalan meninggalkan dua
orang wanita yaang tidak saling kenal itu ke kamarnya, mengambil hp. Dia akan memesan
beberapa makanan. Tapi langkahnya terhenti.
“ Apakah Helen bersama anda tuan,
jika ia katakan padanya untuk jangan menemui tuan Saga lagi. Atau saya
benar-benar tidak akan bersikap menahan diri lagi.”
Apa yang sudah di lakukan Helen
sebenarnya. Sekertaris menakutkan itu sudah menyampaikan ultimatumnya begini.
Noah kembali duduk di samping Tama.
Melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu.
“ Helen, apa yang terjadi di danau
hijau tadi?”
“ Aku pasti sudah gila karena
memakai semua cara untuk ada di sana dan menemui Saga. Tapi bahkan dia sama
sekali tidak menyapaku.”
“ Kenapa kau melakukannya, kau tahu
kan bagaimana Saga.”berusaha menyadarkan semua hal sekarang adalah salah.
Perjuangan cintamu atau apapun itu adalah salah. Hanya move on satu-satunya jawaban
paling benar.
“ Aku sudah tidak tahu mau
melakukan apalagi!” menangis lagi. Kali ini ia merasa tidak senang saat tangan
Tamara menepuk bahunya. Kenapa gadis di sampingnya ini begitu sok tahu dan
bersimpati padanya, padahal dia sendiri tidak saling mengenal.
“ Sayang jangan memaksa nona Helena.”
Tamara menyentuh tangan Noah.
“ Berhentilah sampai di sini saja." Noah hanya menepuk pungung tangan Tama, tapi tidak menghentikan kata-katanya.
" Kita tidak tahu apa yang bisa di lakukan sekertaris Han. Kamu sudah melangkah
sangat jauh.” Dia selalu merealisasikan ancamannya, hanya itu yang Noah tahu
pasti.
“ Noah, aku mencintai Saga. Dia
juga mencintaiku.” Kalimatnya terhenti.
“ Dulu, itu dulu. Sebelum kepergian
mu dan kedatangan Daniah dalam hidup Saga. Kamu tahukan bagaimana sifat Saga.
Saat bersama mu dulu dia hanya menatap mu, tidak perduli sekeliling mu, tidak perduli
sebanyak apapun wanita yang mengejarnya. Dia hanya menatapmu. Saat ini sama
seperti waktu itu. Keperduliannya, tatapaan Saga dan semua yang dimiliki Saga
sudah menjadi milik Daniah. Dia tidak akan melihat ke arah wanita lain.
Posisimu saat ni tidak hanya lebih sebagai penggangu.”
“ Sayang.” Tamara berusaha
menghentikan Noah yang bicara terlalu jujur. Bagaimanapun Tamara menyadari
sebagai sesama wanita yang di butuhkan Helen saat ini bukanlah kebenaran. Tapi
ia hanya butuh dukungan.
“ Kenapa kau seperti ini?” Helen
mengusap air matany, semakin merasa kecewa. “ Kau jadi sama jahatnya dengan
Saga!”
“ Helen.” Noah sampai pada titik
dimana dia kehilangan kata-kata.
Helen bangun dari duduk, menepis
tangan Tama di bahunya.
“ Karena kau sudah punya kekasih,
jadi kau menganggapku sama sekali tidak penting lagi. Apa yang kau ceritakan
padanya?” melihat sebentar Tamara di samping Noah. “ kenapa dia sangat
bersimpati, apa kau sudah menceritakan kisah menyedihkan aku mengejar-ngejar
Saga.”
“ Helen, ada apa denganmu. Tama
hanya bersimpati padamu.” Noah bangun ingin meraih tangan Helen tapi Helen
menepisnya.
“ Seharusnya aku tidak kemari.” Dia
menyambar tas tangannya di atas meja. Berjalan cepat menuju pintu. Menutupnya
lalu bergerak cepat menuju lift. Saat di dalam lif dia belum menutup pintu.
“Apa! dia tidak mengejarku.” Akhirnya dia menutup lift yang membawanya ke area
parkir.
Bahkan semua orang sudah
meninggalkannya. Noah yang menjadi tumpuan terakhirnya pun sudah punya wanita
penganti di sisinya. Saat ini segala penyesalan merasuki dirinya. Dia masih
mengharapkan Saga sampai melupakan Noah yang sudah ada di sampingnya. Sekarang
saat dia sudah kehilangan Noah hubungannya dengannya di masa lalu ternyata
sangat berharga.
Padahal dulu dia akan melakukan
apapun untuk ku, sekarang dia bahkan tidak mengejarku.
Mobil meninggalkan area parkir,
membawa tangis keras pengemudinya seorang diri. Dalam luka dan kesepian yang menyayat hati.
BERSAMBUNG