Di depan tangga Saga mendorong
tubuh Harun. “ Sudah pergi sana!”
Dokter Harun tidak mengubris dia
mendorong Saga menuruni tangga. Lalu dia menoleh pada Jen dan Sofi yang
mengikuti mereka. “ Tidur sana! Kulit kalian bisa keriput kalau begadang
nanti.”
“ aaaa, ia kak kami tidur. Selamat
malam kak Saga, selamat malam kak Harun.” Tahu kalau keberadaan mereka tidak
diinginkan.
“ Ia, ia sudah pergi kekamar kalian
sana.” Harun yang menjawab melalui lambaian tangannya.
Pak Mun sudah menunggu di bawah
tangga, para pelayan sudah dibubarkan untuk kembali ke kamar mereka
masing-masing. Kedatangan dokter Harun sekalipun tidak melakukan apa-apa sudah
menyelamatkan ketenangan rumah ini.
“ Pak Mun antar dia keluar.” Saga
ingin segera mengusir Harun dari pandangannya. Dia ingin segera kembali ke
kamar dan memeluk istrinya.
“ Hei aku mau bicara denganmu.”
“ Besok lagi, tidak lihat tadi. Aku
mau menemani istriku.” Menyingkir kau jomblo begitu teriak Saga.
“ Ini masalah penting, tentang
kakak ipar.” Berjalan menuju ruang kerja Saga. Dia tahu, kata-katanya barusan
pasti sudah bisa memancing Saga mengikutinya.
“ Sudah ku bilang dia bukan kakak
iparmu!”
Pak Mun mengikuti langkah kaki
keduanya, dia ikut masuk ke dalam ruang kerja Saga. Berdiri di samping sofa.
“ Apa kau menyuruh istrimu minum
pil kontrasepsi penunda kehamilan?” Pertanyaaan Harun langsung menyambar, wajah
Saga terlihat sangat marah mendengarnya.
“ Apa maksudmu? Apa Daniah minum
pil kontrasepsi?” pertanyaan yang tidak percaya bisa dia tanyakan. Tidak, dia
bahkan tidak percaya kalau Daniah sampai punya keberanian untuk melakukan itu.
“ Jadi tidak ya. Sepertinya dia
minum secara diam-diam di belakangmu.” Lirih menjelaskan, walaupun dia sendiri
punya perasaan tidak enak mengatakan ini.
Saga sudah terlihat sangat marah.
Dokter Harun sudah panik, apa dia akan meneruskan kalimatnya atau tidak.
Gawat! Aku pasti salah bicara.
Sialan! Seharusnya aku tidak perlu mengatakannya tadi.
“ Tunggu, tapi aku belum seratus persen
yakin juga. Aku hanya memeriksa tangan istrimu, pil KB terkadang menimbulkan
efek tertentu di kulit. Mungkin karena jenis kulit sensitif iatrimu jadi itu
semakin mudah di lihat. Tapi aku belum bisa meastikan benar-benar.”
“ pak Mun!” Sorot mata Saga menakutkan.
“ Saga, tunggu apa yang mau kamu
lakukan.”
Kamu tidak akan menyeret istrimu
kemari dan menanyakan langsung apa dia pakai pil kontrasepsi atau tidakkan.
“ Pindahkan Daniah ke kamar tamu di
lantai atas. Dan bawa pelayan memeriksa setiap sudut kamar. Temukan apapun
itu.” Brak! Dia mengembrak meja. “ Temukan pil atau apapun itu yang dikatakan
Harun.”
“ Baik tuan muda.” Pak Mun merasa
kuatir meninggalkan ruangan.
Dan tertinggalah Harun yang sama
kuatir dan paniknya. Pak Mun baru saja memegang gagang pintu.
“ Tunggu!” Pak Mun berbalik “
Bawakan baju tidurnya juga, katakan padanya untuk menganti bajunya dan
menungguku.”
“ Baik tuan muda.”
Bagaimana ini? Aku benar-benar
merasa bersalah padamu Daniah. Dokter Harun semakin panik saat mendengar
perintah Saga barusan.
Saga menendang meja kesal, bahkan
benda itu sudah mau terjungkal kalau Harun tidak memeganginya.
“ Saga tenangkan dirimu.”
“ Diam kau!”
Aaa, mati aku. Bagaimana Han bisa
tahan menghadapinya selama ini. Aku merindukan sekertaris Han. Kenapa aku tidak
menghubunginya tadi sebelum kemari. Bodoh. Bodoh.
Saga bangun dari tempat duduknya.
Dia berjalan menuju kursi kerjanya, yang dikuatirkan Harun terjadi. Semua yang
ada dia ats meja sudah jatuh berhamburan, berserak di lantai. Tidak tahu berkas
penting atau tidak.
Beraninya kau! Pantas saat aku
bicara tentang kehamilan tubuhmu langsung membeku, dan wajahmu berubah.
Ternyata kau benar minum pil pencegah kehamilan.
“ Saga, tenangkan dirimu. Istrimu
pasti melakukan karena dia punya alasan.”
Saga mendekat menginjak
dokumen-dokumen saat melewatinya. Duduk kembali ke sofa. Menatap dokter Harun.
“ Dia pasti hanya ingin melindungi
dirinya.”
“ Melindungi diri?” mencengkram bahu
Harun. “ Memang apa yang sudah kulakukan padanya sampai dia perlu melindungi
dirinya. Aku bahkan sudah memberikan seluruh perasaanku padanya.”
Tapi diakan tidak tahu bodoh kalau
kau menyukainya.
“ Han bilang dia masih berfikir
kalau kau masih menyukai Helen.” Melotot karena Harun menyebut nama helen. “
Baiklah pelukis itu.” Bahkan sekarang mendengar nama Helen sangat menjengkelkan
di telinganya. “ Jadi aku rasa dia hanya ingin melindungi dirinya, karena takut
kau akan membuangnya.”
Ayolah sadarlah, memang begitu
kenyataannya.
“ Saga mengertilah posisinya. Awal
pernikahan kalian seperti apa pasti kamu sendiri yang tahukan. Bagaimana kau
memperlakukannya juga. Dia pasti tidak akan sepercaya diri itu berfikir kalau
kau benar-benar menyukainya.”
“ Sial, sial!” Saga mengacak
rambutnya sendiri kesal. Semua kata-kata Harun tidak ada yang bisa di
bantahnya. Semuanya benar. Bagaimana dia melemparkan surat perjanjian di
depannya. Bagaimana dia memperlakukan daniah sebatas pembantu yaang harus
menjalankan kewajiban sebagai seorang istri tanpa banyak bicara. Tanpa bisa
menolak, tanpa punya hak untuk berkata tidak. Dia bahkan bisa tidur dengan
istrinya karena ancaman. Ya ancaman dia akan menghancurkan keluarga Daniah,
membuat wanita memohon untuk ia tiduri.
Cih
Pak Mun muncul setelah mengetuk
pintu. Dia terlihat ragu saat memasuki ruangan. Mengengam apa yang ada di
tangannya dengan kuat. Dia tahu apa yang dibawanya sekarang bisa jadi akan
meledakkan lava kemarahan dan emosi tuan Saga. Tapi kalau dia
menyenbunyikannya, bisa jadi seluruh rumah ini akan mengalami kekacauan yang
jauh lebih besar.
“ Pak Mun.” Harun bangun dari duduk
saat dia melirik ada sesuatu yang di pegang oleh pak Mun. Laki-laki itu
menyerahkan apa yang ia temukan ke tangan dokter Harun.
“ Tenangkan tuan muda dokter.”
Kalau tidak akan ada badai besar di rumah ini. Pak Mun bicara lirih di telinga
Harun.
“ Saga.” Harun mendekat.
“ aaa, kalian menemukan pil itu.
Apa benar itu yang kamu katakan, kontasepsi penunda kehamilan.”
Harun menganguk ragu, menyerahkan
satu tablet pil itu ke tangan Saga. Saga langsung membantingnya ke atas meja.
“ Saga kendalikan dirimu.”
“ Diam kau!” Berteriak keras.
“ Ku mohon kendalikan dirimu.
Ingatkan, kau mencintai istrimu. Kau mencintainya.”
“ Huh!!”
“ Pak mun di mana Nona?” Harun
bertanya memastikan.
“ Sudah di kamar tamu atas tuan.”
Bagaimana ini, aku takut membiarkan
Saga sendirian begini. Apalagi kalau dia kembali ke kamarnya. Telfon Han pak
Mun. Telfon sekertaris Han. Aku tidak tahu bagaimana menjinakan tuanmu. Tapi
pak Mun bingung dengan isyarat yang di berikan Harun.
“ Pulanglah! Kau pasti lelahkan.
Terimakasih sudah datang kalau aku memanggilmu.”
Hei, kenapa ucapan terimakasihmu
ini kedengarannya menakutkan.
Membuat Harun menarik tangan Saga.
Mencegahnya, agar bangun.
“ Lepaskan aku bodoh, aku mau
menemui istriku.” Mengibaskan tangan Harun kasar.
“ Saga, kumohon jangan memarahi
istrimu. Jangan melakukan sesuatu yang akan kau sesali seumur hidupmu nanti.”
Memegang tangan Saga lagi.
“ Memang aku mau melakukan apa?
lepaskan.” Mengibaskan tangan Harun kuat sampai tangan laki-laki itu terlepas.
“ Jangan memukulnya.”
“ hei, memang kau pernah melihatku
memukul perempuan apa?” Marah mendengar perkataan Harun barusan.
Mengeleng.
Kau memang tidak memukulnya secara
langsung, tapi kau melihat dan membiarkan Han memukul wanita yang menggangumu.
Bukankah itu sama saja mengerikannya.
“ pak Mun antar Harun keluar.”
“ Baik tuan muda.”
“ Tunggu Saga, kendalikan dirimu.
Kau mau melakukan apa sekarang. Sebaiknya malam ini kalian tidur terpisah. Kau
tetaplah tidur di kamarmu, dan biarkan istrimu di kamar tamu.” Memohon. Karena
pertengkaran ini di sebabkan ulahnya yang menemukan fakta pil kontrasepsi, maka
ini membuatnya merasa sangat bersalah dan bertanggung jawab.
“ Haha, kenapa? Aku harus menghukumnya
karena kekurang ajaranya kan?” pertanyaan menakutkan, akan semakin menakutkan
kalau di jawab.
“ Saga, kumohon jangan melakukan
hal yang akan kamu sesali nanti.”
“ Berisik, sudah pulang sana.”
Tentu saja, aku akan menghukumnya.
Setimpal dengan apa yang sudah dia telan untuk mencegah kehamilanya kan?
Daniah menunggu dengan gelisah di atas
tempat tidur. Beberapa kali dia berbalik mendekat ke pintu. berharap mendengar
sedikit saja suara orang mendekat. Nihil. Tidak ada siapapun setelah pak Mun
meninggalkan kamarnya tadi. Dia sudah menganti pakaiannya dengan baju tidur
warna hitam yang di berikan pak Mun.
“ Nona, tolong ganti baju anda dan
tunggu tuan muda di sini?” dia hanya mengatakan itu. Bahkan pertanyaannya
kenapa dia harus pindah kamarpun tidak di jawab oleh laki-laki di hadapannya
itu tadi. Dia hanya mengangukan kepala. Raut wajahnya terlihat sangat kuatir,
tapi dia tidak bisa menjelaskan apapun.
Jegrek! Pintu terbuka. Daniah bisa
mendengar pak Mun mengucapkan selamat malam pada Saga. Lalu terdengar langkah
kakinya menjauh. Setelahnya tidak lama Saga masuk ke dalam kamar. Dia menutup
pintu dengan suara cukup keras. Membuat Daniah terperanjak. Dia berdiri di
depan tempat tidur. Sambil mengengam hp ditangannya.
Dia marahkan, dia pasti marah
karena tahu aku berbohong tentang sakit perutku kan. Padahal dia sudah sekuatir itu tadi.
“ Sayang!” Daniah memanggil pelan,
tapi tetap berdiri di tempatnya. Tidak berani mendekat. Air muka saga
menunjukan kalau dia sedang sangat kesal.
“ Beraninya kau!” Berteriak sambil
melemparkan sesuatu ke tubuh Daniah. Benda itu jatuh tepat di kaki Daniah.
Gadis itu terkejut ketika mengenali apa itu. Dia menjatuhkan hpnya sampai
membentur kakinya. Dia meringis kesakitan. Tapi semua rasa sakit itu seakan
lenyap. Apalagi saat ia melihat wajah laki-laki di hadapannya.
“ Sayang.”
Apa ini adalah hari kematianku.
BERSAMBUNG