Masih di atas tempat tidur. Babak
baru pertengkaran di atas tempat tidur masih akan berlanjut. Tidak tahu akan
menjadi singkat atau semakin bertele-tele. Apa mereka akan kembali saling
berteriak sampai urat saraf mereka menonjol.
Daniah membuka matanya ketika
tangan Saga malah terasa menyentuh
kepalanya. Alih-alih yang dia takuti akan di pukul. Dia menepuk kepala Daniah,
tapi bukan tepukan lembut seperti biasanya. Menyadarkan Daniah bahwa dia sama
sekali belum selamat. Dia masih dalam situasi genting, belum melewati garis
selamat. Dia atau keluarganya masih berada di bibir jurang.
“ Maafkan aku, aku pasti sudah gila
bicara yang tidak-tidak.” Sadar akan kesalahannya Daniah kembali memohon. Saga
masih terdiam, dia hanya menurunkan tangannya. Meraih dagu Daniah menghadapkan
wajah gadis itu ke hadapannya. Daniah mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Kali ini dia kehilangan keberanian.
“ jadi kau menyukaiku? Sudah jatuh
cinta padaku.”
Apa! kenapa hanya itu yang kau
tangkap dari pembicaraanku. Bukan itu poinnya tuan muda.
“ Sejak kapan? Sejak kapan kau
mulai menyukai ku?” mulai bertanya lagi, hanya mengambil inti yang mau di
dengarnya saja. Kalimat panjang-panjang yang di keluarkan Daniah dengan segala
keberanian tadi tidak dia tanggapi. “ Jawab!”
“ Aku juga tidak tahu!” setengah
berteriak karena frustasi sekaligus merasa malu.
Sejak kapan aku mulai menyukai
laki-laki yang seharusnya tidak boleh aku sukai ini.
Laki-laki yang melemparkan surat
perjanjian sebelum pernikahan, suami yang memperlakukannya seperti pembantu.
Namun di akhir-akhir ini, Daniah seperti kecolongan, dia seperti di khianati
hatinya sendiri. Dia tersentuh dengan ucapan lembut suaminya. Terlena dengan
kehangatan tubuh dan sentuhan lembutnya
di tempat tidur. Daniah hanya bisa mengutuki kecerobohan dirinya. Lebih
parahnya lagi, kenapa dia sampai mengakuinya di depan Saga.
“ Maafkan aku sudah lancang
menyukaimu, aku menyalah artikan semua sikap baik mu akhir-akhir ini. Aku akan
menutup hatiku rapat. Aku akan .”
“ Apa!” mencengkram dagu Daniah
kuat. “ Kau mau apa? menutup hatimu rapat? Jadi kau mau berhenti mencintaiku.”
Daniah mengangukan kepalanya cepat,
dengan tangan Saga masih mencengkram dagunya. Dia akan melepaskan Saga kembali
kepada Helen. Toh seperti itu semestinyakan. Seluruh penduduk negri ini juga
pasti tahu setelah peresmian danau hijau siang tadi. Dan dia bukan wanita tidak
tahu malu. Berharap berada di samping Saga padahal dia tahu dia tidak di
cintai. Akan semenyedihkan apa hidup yang harus ia jalani. Bahkan pasti jauh
lebih parah dari sekedar ia di anggap sebagai pembantu.
Cletak! Sentilan keras di kening
Daniah membuat gadis itu mengerang.
“ Sakit.” Dia menjatuhkan kepalanya
di dada Saga, buru-buru dia menggankat kepalanya. “ Maaf, maafkan aku.” Daniah
memilih memalingkan wajah mengusap keningnya berulang dengan rambutnya. Panas
dan ngilu masih menjalar.
Dasar jahat! Kenapa menyentilku.
Memang salahku apa? memang kau mau aku tetap menyukaimu. Tertawa melihatmu
bahagia bersama helen!
“ Memang siapa yang mengizinkanmu
untuk berhenti menyukaiku?”
Apa? memang maumu apa? kau mau
menikahi Helen tapi tetap menyuruhku menyukaimu. Apa kau mau punya dua istri.
Sudah gila ya!
Daniah menepis tangan Saga yang
menyentuh bahunya, karena dia masih merasa kesakitan.
“ Kau menolak ku lagi?” belum
menguap kesal, sudah semakin kesal, karena melihat tangannya di tepis.
“ Ia! Ini sakit tahu!” mengusap
keningnya di depan wajah Saga
Daniah tidak berfikir jernis karena
masih fokus pada keningnya. Dia bahkan menjawab seenaknya apa yang di katakan
Saga. Ini sentilan ke dua kalinya Daniah
merasa sangat kesakitan, waktu pertama dia bahkan tidak berani mengusapnya.
Sekarang sengaja di depan Saga ia usap keningnya, menunjukan kalau dia
kesakitan.
“ Kau akan berhenti menyukaiku?” menarik
tangan Daniah agar mendekat padanya.
Benar, sentilan ini bukan akhir
masalah. Dia kan manusia paling sensitif dan pendendam di muka bumi ini. Tidak
mungkin hanya akan selesai dengan satu sentilan di keningku.
“ Maafkan aku.” Kembali duduk
bersimpun di samping Saga melupakan rasa sakitnya. “ Tuan Saga.” Daniah memakai
panggilan yang dulu dia pakai secara formal memangil Saga. “ Maafkan saya yang
minum pil kontrasepsi. Maafkan saya. Hukumlah saya, tapi saya mohon lepaskan
keluarga saya. Ini semua kesalahan saya. Saya mohon belas kasih anda tuan.”
Saga meletakan tangannya di leher
Daniah. “ Kau hebat sekali ya. Padahal kau sendiri belum tentu selamat, tapi
masih memikirkan orang lain.” Hanya mengunakan satu tangan untuk mencengkram
leher sudah membuat Daniah tersengal dan terbatuk. Dia melepaskan tangannya.
Saga kembali menyandarkan tubuhnya menarik kakinya dan membiarkan Daniah
mengatur nafas. Melihat gadis itu terbatuk sambil mengusap leher dan dadanya. “
Nyalimu besar sekali Daniah.”
“ Maafkan aku tuan, maafkan aku.
Aku salah, aku mohon lepaskan keluargaku, aku akan menanggung semua kesalahan
pil kontrasepsi itu. Silahkan hukum aku.” Tangan Daniah sudah terkatup di depan
dadanya. Mengusap-usapkan kedua tangannya seperti anak-anak yang memohon pada
orang tua mereka setelah melakukan kesalahan besar. “ Anda bisa menceraikan
saya kapan pun anda mau. Saya akan pergi tanpa membawa apa pun, hanya pakaian
saya pribadi yang akan saya bawa. Saya akan pergi dan mendoakan kebahagiaan
untuk anda.” Ntah kenapa cuma ini yang bisa di pikirkan Daniah. “ Saya akan
berhenti dan menutup hati saya rapat dan melupakan anda.”
Dia sudah melamar Helen pasti siang
tadi, hanya tinggal menunggu waktu saja kan.
Mendengar apa yang di ucapkan
Daniah Saga tertawa, membuat Daniah menciut dan mengerutkan wajahnya. Dia
mundur perlahan. Ingin menyelamatkan diri, karena merasa aura mengancam dari
pandangan Saga. Tapi terlambat tangan Saga sudah menyentuh bahunya,
mendorongnya kuat sampai dia terjerembah. Tangan Daniah meraba-raba mencari apapun
yang bisa dia pakai sebagai perlindungan. Tidak ada yang bisa ia raih. Saga
sudah menjatuhkan semua bantal dan
selimut ke lantai. Dia hanya bisa mencengkram seprei tempat tidur.
“ Apa kau sudah selesai mengarang
novelnya? Panggil aku sayang!” Berteriak memenuhi langit-langit kamar. Sekarang
Saga sudah duduk bertumpu pada lututnya di atas tubuh Daniah. “ Panggil aku
sayang!”
“ Ba.. baik sayang.”
Dia mau apa di atasku! Mau
menindihku dengan tubuh besarnya!
“ Hei Daniah istriku tersayang, kau
suka panggilan itu?”
Apa! kau masih bisa bercanda di
situasi mematikan seperti ini. Tergelincir sedikit saja lutut mu, ngeek!! Aku
akan mati tergencet tahu!
“ Ia, ia, aku senang. Senang
sekali. Saking senangnya aku ingin terbang ke langit tinggi dan pergi bebas ke
angkasa.”
“ Apa! Pergi bebas? Kau bilang mau
kabur?”
“ Tidak, tidak sayang, itu hanya
kata kiasan.”
Kenapa kau bodoh sekali si, itu cuma
kata kiasan basa basi.
“Dengarkan ini dengan telingamu dan
masukan dalam hati mu.” Menunjuk dada daniah dengan telunjuknya. “ Aku adalah
aturan yang harus kau patuhi.” Daniah mengangukan kepala dalam posisinya
berbaring. “ Kalau aku bilang ia, maka artinya?”
“ Ia, artinya ia.”
“ Benar, jadi dengarkan ini. Mulai saat
ini aku melarangmu bicara tentang Helen.” Saga menyusuri rambut Daniah dan
sampai ketelinga. Memainkan daun telinga yang sering ia lakukan seperti
biasanya “ Aku akan melipatkan hukumanmu dua kali lipat kalau kau menyebut
namanya.”
“ Ia.”
Tapi, kau akan menikah dengannya
kan?
“ Aku melarangmu bicara tentang
cerai tidak aku melarangmu walaupun kau hanya memikirkannya.”
“ Kenapa?”
Saga meletakan tangannya di leher
Daniah lagi. Mengingatkan pada gadis itu apa yang baru saja terjadi saat dia
tersengal tadi.
“ Apa aku menyuruhmu bertanya?”
“ Maaf. Ia.”
Tapi toh kau akan menceraikan aku
kan?
“ Dan kalau kau sampai berhenti mencintaiku, akan kuhabisi
keluargamu mulai dari adikmu. Dengar?”
“ Ia.”
Saga menjatuhkan tubuh di samping
Daniah, mengangkat kakinya memeluk Daniah. “ Cintai aku dengan semua perasaan mu.
Tambahkan setiap hari. Aku mau kadar cintamu bertambah setiap hari.” Memberi kecupan keras di leher
yang menyisakan noda merah. “ Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau berani
menutup hatimu lagi.”
“Tapi, Helen.”
“ Aaaaa, sudah kubilang jangan
menyebut namanya lagi kan!”
“ Ia, ia maaf.” Daniah sudah
memiringkan tubuh, membenamkan wajah di dada Saga. Melingkarkan tangannya
memeluk pinggang suaminya. Dan saga mencium kepala Daniah berulang.
Apa ini artinya amarahnya sudah
hilang? Aku sudah bisa bernafas lega kan? Persetan dengan lamarannya pada
Helen. Terserah dia akan mengusirku kapan, aku harusnya cukup senang selamat
malam ini kan.
“ Tapi, aku belum mengampunimu
dengan pil kontasepsi itu.”
Aku tahu itu, kau iblis
pendendam!
“ Aku tidak akan menghukum
keluargamu tentang pil kontrasepsi itu. Aku hanya akan menghukummu.”
Apa aku harus senang dan
berterimakasih sekarang?
Saga menarik kedua tangan Daniah yang melingkar di bahunya ke atas kepala gadis
itu. Mengengamnya erat hanya dengan satu tangan. Sementara tangan yang satu
menyentuh dagu, lalu ia membuka mulutnya dan mulai mencium daniah. Makin dalam
dan dalam. Tubuh mereka mengeliat. Melepaskan semua emosi yang mereka rasakan.
“ Hemm. Hemm.”
Bukankah artinya aku sudah
dimaafkan kalau seperti ini. Daniah terus bergumam dalam pikirannya.
Bibir Saga sudah turun ke leher dan
bagian depan Daniah, dia terhenti setelah meninggalkan bekas merah di bagian
dada. Membelai lembut pipi gadis itu.
“ Berapa pil yang sudah kau telan?”
bertanya sambil menyeringai, menyadarkan Daniah kalau suaminya tentu tidak akan
melepaskan masalah pil itu semudah ini.
“ Aku tidak tahu, aku tidak ingat.”
Merasa malu, dia bahkan tidak mau menghitung berapa jumlah pil yang dia minum.
“ Sebaiknya kau ingat-ingat, karena
sejumlah itulah kau harus membayarnya setiap malam.”
Apa! Apa yang dia bilang.
“ Sa, sayang. Aku.”
“ Kalau kau belum melunasi hutangmu
jangan harap kau bisa mendapatkan kebebasan mu.”
“ Sayang, kamu tidak seriuskan? Aku
bahkan tidak ingat harus menghitung dari mana?”
Tangan Saga sudah aktif bergerak,
menyentuh bagian sensitif Daniah. Dia mengaangkat wajahnya. “ akan kusuruh pak
Mun membantumu menghitung!”
“ Hah! Aku ingat, aku ingat harus
menghitung dari mana.” Sudah gila apa sampai membiarkan Pak Mun dan dirinya
bekerja menghitung hari-hari dia minum pil kontrasepsi.
Saga tergelak, mencium kembali
bibir istrinya. “ Hari ini tidak di hitung dalam hutang mu ya.”
Apa! kenapa kau licik sekali.
Apakah Daniah harus senang karena
malam ini terlewati tanpa pertumpahan darah, ataukah dia akan semakin dalam
masuk dalam lubang yang tidak bisa ia naiki lagi. Dia terjebak semakin dalam
dalam perasaannya. Dalam cintanya pada tuan saga. Padahal ia tahu, mungkin ke
depannya semua tidak akan mudah.
Tengah malam sudah berlalu, tapi
mereka belum selesai dengan urusannya.
BERSAMBUNG