Sudah lewat tengah malam. Dia baru
selesai dengan urusannya. Di sampingnya Daniah langsung jatuh tertidur dan
tidak berdaya. Saga mengacak-acak rambut istrinya yang memang sudah terburai ke
mana-mana. Dia tergelak menyusuri bibir mungil dan tipis itu. Di ketuk-ketukan
jemarinya di pipi istrinya. Lalu menyelipkan kembali rambut Daniah ke belakang
telinganya.
“ Terimakasih sudah mencintaiku.”
Satu kecupan lembut di kepala Daniah. Lalu dia menarik selimut sampai leher.
Melindungi istrinya dari udara yang yang akan menciumi tubuh polosnya. Lalu
setelah menyelesaikan pekerjaan yang menurutnya luar biasa itu, dia turun dari
tempat tidur. Memakai lagi bajunya yang terserak di lantai.
Jegrek! Pintu terbuka. Saga menoleh
untuk kedua kalinya, melihat istrinya yang sudah terlelap kelelahan di tempat
tidur. Dia tersenyum senang. Saat memutar kepalanya mau keluar. Dia terlonjak kaget saat keluar dari kamar setelah membuka pintu.
“ Kau di sini?” Han bangun dari
duduk tepat di depan pintu, begitu pula pak Mun yang mengangukan kepala. Gurat
kuatir masih tergambar jelas di wajahnya. Ya, semakin bertambaah usianya
memang banyak yang ia harus kuatirkan. Apalagi kalau berurusan dengan tuan
dan nona mudanya. “ Kalian tidak tidur?”
bertanya heran. Memang siapa yang menyuruh kalian berjaga semalaman begini,
gumam Saga bingung.
Apa aku terlihat segila itu tadi
waktu masuk kamar, sampai pak Mun sekuatir itu.
“ Apa anda butuh sesuatu tuan
muda?”
“ Aku hanya ingin minum air
dingin.”
Sejak kapan kedua orang ini duduk di depan
kamar. Apa mereka mendengar semua? Sial, tidak mungkin mereka tidak
mendengarkan. Saga mengeram jengkel sendiri.
“ Kau menyuruhnya datang?” bertanya
pada Pak Mun menunjuk Han dengan matanya.
“ Dokter Harun yang menghubungi
saya tuan muda.” Han meraih pegangan pintu yang belum tertutup, dia melongok
kan kepalanya ke dalam kamar. Memastikan semuanya baik-baik saja.
Saha menendang kaki Han tiba-tiba,
membuatnya refleks mengaduh karena terkejut. “ Jangan melihat istriku! Dia
sedang tidak pakai baju bodoh!”
Han mengeryit, mengibaskan kakinya,
bahkan Daniah hanya terlihat ujung kepalanya saja. Rambutnya saja yang terlihat
nongol di ujung selimut. Tidak lebih. Mau dia pakai baju atau tidak selimut
tebal itu juga menghalangi pandangan Han. Dan dia masih manusia normal yang
belum bisa menembus benda padat pandangannya.
“ Saya hanya ingin memastikan kalau
nona masih hidup tuan muda. Lagi pula hanya rambutnya yang terlihat dari sini.”
bicara santai sambil menutup pintu tanpa suara. Merasa tenang saat melihat
Daniah terlelap di tempat tidur, bukan sedang menangis atau merintih di pojokan
kamar. Ntah apapun yang dipikirkannya tadi sepertinya hanya ketakutan tak
beralasan.
Seharusnya aku tahu itu kan,
perasaan tuan muda pada nona bukanlah main-main. Dia tidak mungkin menyakiti
wanita yang dia cintai.
“ Kurang ajar!” menendang kaki Han
lagi kali ini lebih keras. “ Memang apa yang di katakan Harun sialan itu.”
Berjalan meninggalkan kamar, dia menoleh pada pak Mun yang masih mengikutinya. “Pak
Mun, pergilah tidur, kau butuh istirahat, Han yang akan menemaniku.” Han
mengibaskan kakinya, tendangan yang kedua cukup menyakitkan sepertinya.
“ Baik tuan muda, anda juga segera
istirahat jika sudah selesai.” Mengangukan kepala lalu berlalu menuju tangga.
Ia menguap setelah jauh berjalan. Sepertinya dia juga lelah.
“ Jangan melihat istriku kalau dia
sedang tidur.” Saga mendorong tubuh Han di depannya. “ Cuma aku yang boleh
melihatnya.”
“ Baik, baik tuan muda. Maafkan
saya sudah mengintip tadi.”
Cih, memang apa yang bisa kulihat
dari ujung kepalanya nona Daniah.
Han dan Saga berjalan ke sofa di
dekat area tangga. Biasanya jarang yang menduduki kursi ini. Saga menjatuhkan
dirinya, langsung menyandarkan kepala, dan memijit punggung lehernya.
Sepertinya dia kehabisan energi juga.
“ Ambilkan aku air dingin.”
“ Baik, tunggu sebentar.” Han
meninggalkan Saga, berjalan cepat menuruni tangga. Menuju kulkas yang ada di
dapur. Mengambil sebotol air. Tidak
butuh lama ia sudah muncul lagi. “ Silahkan tuan muda.”
“ Duduklah!”
Han duduk di sofa, di samping kanan
Saga. Menerima botol yang hampir separuh di minum lalu meletakannya lagi di
atas meja. Melihat tuan mudanya. Mereka-reka semua yang terjadi di dalam kamar
tadi.
“ Apa kau langsung berlari kemari
setelah Harun menghubungi mu.”
Ya, itu pasti. Han langsung berlari
setelah mendapat telfon dari dokter Harun. Sepanjang jalan dia mengutuki
dirinya. Ketidak becusannya. Bagaimana hal seperti ini bisa lepas dari
perkiraannya. Dia tidak pernah berfikir kalau Daniah sampai seberani ini
melakukan hal besar seperti minum alat kontrasepsi pencegah kehamiilan.
Walaupun di awal-awal Saga memang tidak pernah membicarakaan tentang anak, tapi
dia tidak menduga kalau Daniah sudah mengantisipasi semuanya.
Sepertinya aku sudah meremehkan
keberanian anda nona.
“ Maafkan saya tidak memprediksi
kemungkinan tentang pil kontrasepsi ini.” Mengakui kesalahan, yang sebenarnya
bukan kesalahannya juga. Jelas-jelas orang yang tidur setiap malam di
sampingnya saja tidak tahu. Apalagi dirinya.
“ Cih, banyak hal yang luput dari
pandanganmu sekarang. Apa kau sudah kehilangan ketajamanmu.” Mengejek, padahal
tanpa di bilangpun harga diri sekertaris Han sudah terluka. Dia sudah
kecolongan satu langkah.
“ Maafkan saya tuan muda.”
“ Sudahlah! Toh ini bukan salahmu.”
Han memandang Saga sebentar, ragu
mau bertanya. Tapi dia harus bertanya jugakan, untuk membuat rencana ke
depannya. Bagaimana hubungan Saga dan Daniah.
“ Anda tidak memukul nona kan tuan
muda?” kuatir. Sebenarnya tadi dia tidak mendengar Daniah berteriak atau suara
pukulan dari dalam kamar. Tapi dia hanya ingin memastikan.
“ Kau gila ya sampai menanyakan hal
seperti itu.” Gusar menjawab. “ Memang aku pernah memukul perempuan, kau yang
suka main pukul kan?” berteriak mengebu-gebu.
Ya, aku cuma menyentil keningnya
si, sampai dia mau menangis.
“ Maafkan saya tuan muda yang tidak
memahami anda.” Merasa bersalah.
Tapi, cinta selalu membuat orang
bodoh dan gilakan, siapa tahu saking emosinya anda memukul nona kan. Saya kan
hanya ingin memastikan.
“ Tadi, dia mengatakan semuanya
padaku.” Mendesah, mengingat kembali semua apa yang di katakan Daniah. Tentang
alur cerita hidupnya, atau tentang skenario dirinya dan helen. Saga tergelak. “
kau suruh saja dia menulis novel nanti.”
Han baru kali ini susah menangkap
apa yang coba di sampaikan Saga.
“ Dia bahkan tidak menonton seluruh
acara peresmian, dia berfikir aku melamar Helen di sana.”
Apa! tunggu Nona Daniah tidak akan
sebodoh itukan.
“ Apa yang kau pikirkan? Kau sedang
mengejek istriku kan?” memukul bahu Han yang terlihat mengeryitkan wajah. “ kau
sedang berkir dia bodoh kan?”
“ Haha, mana mungkin saya seberani
itu tuan muda berfikir tentang nona.” Padahal mah iya, itu yang dia pikirkan.
“ Dia memang sebodoh yang kau
pikirkan si.” Kedua orang itu tertawa senang. Seperti menemukan satu lawakan
yang membuat keduanya sepakat. “
Bagaimana dia sampai sebodoh itu berfikir aku melamar Helen di peresmian danau
hijau ya. Benar kan? suruh saja dia buat novel.” Saga tertawa lagi. “ tapi aku
senang dia sebodoh itu, kalau tidak, mungkin hubungan kami tidak akan meningkat
sampai tahap ini.”
Kedua orang itu sepertinya sangat
senang sekali. Mereka masih bicara kemana-mana, sampai Saga menguap dan menutup
mulutnya dengan tangan.
“ Anda pasti sudah mengantuk kan,
sebaiknya anda kembali ke kamar.”
“ Hemm, tidak usah pulang, tidurlah
di kamar tamu di bawah, sudah hampir pagi juga.”
Saga meninggalkan tempat duduknya
di ikuti Han. Sesampainya di depan pintu, baru saja memegang handle pintu dia
berbalik lagi.
“ Dimana ibu sekarang?” sepertinya
sudah cukup dia menghilang, amarahnya pun sudah menguap. Sudah saatnya ibunya
kembali.
“ Siang tadi nyonya baru kembali
dari negara XX, sekarang sedang menginap di hotel.”
“ Huh! Sepertinya sudah cukup dia
bersenang-senang. Suruh dia kembali menemuiku besok.” Pintu terbuka. Saga sudah
masuk.
“ Baik tuan muda. Setiap hari
nyonya menghubungi dan menanyakan apa kemarahan anda sudah reda dia pasti
senang bertemu anda kembali.”
“ Baiklah, tidurlah, jangan lupa
katakan padanya, untuk membawa hadiah spesial untuk Daniah “
“ Baik.”
Pintu tertutup saat Han sudah
mengangukan kepalanya. Dia meninggalkan pintu kamar, menguap juga dua kali saat
menuruni tangga. Menuju kamar tamu di lantai bawah. Sesampainya di kamar dia tidak langsung
tidur. Duduk di sofa di depan tempat tidur. Mengambil pena dan juga kertas.
Pil kontrasepsi, bagaimana aku bisa
seceroboh ini. Tidak, bukan itu, tapi aku tidak percaya anda akan seberani ini
nona. Wahh, wahh, apa perlu aku mendaftarkanmu ke musium rekor, pasti banyak
gelar yang bisa kau dapat.
Gadis paling berani yang menantang
tuan Saga. Dan parahnya bagaimana sampai Tuan Saga pun memaafkan anda dengan mudah begini. Mungkin gelar gadis mengemaskan yang bisa
menaklukan hati tuan Saga juga pastas untuk mu.
Han menyudahi pikiran ngawurnya.
Sekarang yang harus di lakukan kedepannya adalah konsultasi ke dokter
kandungan dan mengawasinya 24 jam. Merepotkan sekali anda nona.
Han mengetikan pesan di hpnya “
Periksa rekaman mobil nona Daniah.”
Pagi sebentar lagi datang, Han
menjatuhkan tubuhnya dan menarik selimut. Masih sangat panjang saat untuknya
memikirkan dirinya sendiri.
Di tempat lain, di waktu yang
hampir bersamaan dengan pertengkaran Saga dan Daniah.
Hari ini Helen tidak sanggup melangkahkan
kaki pulang ke rumah atau kembali ke galerynya. Nyawanya seperti terburai
menjadi serpihan, bertebaran satu persatu meninggalkanya. Dia kehilangan
tempatnya untuk menangis. sampai akhirnya ada yang mengangkat telfonnya dan mau
membuka pintu untuknya di tengah malam yang sudah lewat ini.
“ Ibu.” Helen menangis di bibir pintu
yang terbuka. Wanita yang membukakan pintu terkejut dengan penampilan Helen
yang sangat berantakan.
“ Kenapa denganmu. Masuklah.” Dia
menarik tangan Helen, mendudukannya di sofa, lalu mengambilkan segelas air. “
Helen ada apa denganmu?”
“ Aku ingin mati saja bu, aku mau
mati saja, sekarang sudah tidak ada harapan yang tersisa dengan Saga lagi.”
Ibu mendesah, mendengar nama
anaknya di sebut. Hari ini pun dia masih belum mendapat kesempatan untuk
pulang. Sudah hampir dua minggu sejak kejadian ulang tahunnya. Dia butuh waktu
selama ini agar suasana kembali normal lagi. Dan selama waktu ini dia menyadari
siapa Daniah, bagaimana posisi gadis itu di hati Saga.
Dia tidak akan berani melakukan
apapun lagi perihal Helen. Ibu sudah mulai menyadari siapa wanita berharga yang
akan di bela Saga. Dan walaupun dia tidak rela, tapi ibu menyadari berperang
dengan Saga hanya dirinyalah yang akan kalah. Bahkan sebelum dia memulai perang
juga.
“ Helen.” Ibu menepuk punggung
gadis itu. “ Aku akan selalu menyukai mu. Tapi maaf, ibu tidak bisa mendukungmu
lagi. Tidak ada tempat lagi tersisa di hati Saga untuk mu.”
“ Ibu!” Helen berteriak memukul
punggung wanita yang memeluknya. “ Jangan lakukan ini bu, hanya ibu yang bisa
menolongku.”
Wanita itu hanya terdiam, dia hanya
mengusap pungguh Helen dan membiarkannya menangis lama. Bahkan sampai gadis itu
terlelap kelelahan.
Dia tahu, walaupun dia bukan ibu yang memahami anaknya. tapi kalau Saga sudah marah dan sampai menyuruhnya pergi menghilang untuk waktu yang lama. sesuatu yang ia bela, itu adalah sesuatu yang sangat penting baginya. Daniah adalah hal paling berharga yang ia lindungi sekarang. untuk itulah ibu tahu harus menyerah.
Dia melihat satu koper besar di sudut ruangan. semua itu adalah barang yang dia beli khusus untuk Daniah. Dia harus melakukannya walaupun belum rela.
Bersambung