Matahari sudah terang di luar sana.
Semua orang di dalam rumah sudah beraktifitas sesuai dengan tugas
masing-masing. Jen dan Sofi memilih kabur bahkan sebelum mereka sarapaan. Ya,
mereka mendengar babak pertama teriakan Saga pada kakak ipar mereka. Karena tidak
tahu bagaimana akhir peperangan mereka memilih menyelamatkan diri dari pada
harus terkena serpihan ledakan.
Padahal saat keluar dari kamar
mereka masih baik-baik saja pikir mereka. Jen dan Sofi bertanya ke sana kemari,
tapi semua bungkam tentang ada kejadian apa semalam. Pak Mun tidak mau bicara
hanya bilang tuan muda dan nona baik-baik saja, sedang ada di kamar. Saat mereka melihat Sekertaris Han duduk
dengan sarapannya di meja makan sambil membaca dokumen mereka memberanikan diri
mendekat.
“ Benar kalian mau tahu? Orang yang
sok mau tahu biasanya mati duluan lho.” Mendengar itu mereka langsung kabur
meninggalkan meja makan tanpa menyentuh sarapan. Memaki sekertaris Han ketika
sudah sampai di mobil masing-masing.
Udara segar masuk ke dalam kamar
melalui sirkulasi udara, sinar matahaaripun jatuh ke dalam ruangan. Namun Saga
sengaja menutup tirai untuk melindungi istrinya.
Pak Mun baru saja meletakan makanan
ketika Saga muncul dari kamar mandi. Sudah memakai setelan jasnya. Rambut
tersisir rapi dan semua sudah sempurna. Dia memang sangat tampan di pagi hari.
Apalagi saat suasana hatinya sedang sangat baik.
“ Sarapan anda tuan muda.”
“ Hemm. Kemarilah!” Pak Mun
mendekat ke sofa yang di duduki Saga. Dia mengeser piring agar lebih dekat, dan
mudah di jangkau. “ Aku mau bertemu dengan gadis itu, pelayan di rumah belakang
yang berteman dengan istriku.”
“ Baik tuan muda. Akan saya panggil
kan.”
“ Tunggulah di bawah, aku akan
turun setelah Daniah bangun.”
“ Baik tuan muda. Silahkan
menikmati sarapan anda.”
“ hemm.”
Pak Mun pamit lalu berjalan keluar.
Sambil beralih menatap ke tempat tidur Saga meraih gelas dan meminumnya hampir
separu. Lalu mengambil roti isi di piring. Memakannya.
Huh! Enak sekali dia tidur, apa dia
sedang bermimpi sekarang.
Terdengar gumaman-gumaman dari
bawah selimut. Seseorang mengeliat, lalu selang tidak lama dia sudah duduk.
Menarik selimut menutupi dirinya sampai ke bahu. Karena dia sadar tidak ada
apapun yang menempel di tubuhnya sekarang. Dia mengeliat, menghilangkan rasa
pegal.
“ Kau sudah bangun?” suara dari
sofa memecah konsentrasi Daniah mengumpulkan nyawa yang berterbangan saat dia
tidur.
“ Eh, ia sayang.” Menarik selimut melindungi diri. Ingatan semalam kembali
berlarian, membuatnya waspada. Dia mengintip melalui ekor matanya bagaimana
suasana hati suaminya. lalu sadar saat melihat piring di depan Saga. Menoleh
pada jendela. Matahari sudah terang di luar sana.
Jam berapa ini? Bagaimana aku bisa
bangun setelahnya. Dia bahkan sudah sarapan. Aku pasti sudah gila.
“ Maafkan aku sayang, aku kesiangan.
Kamu bahkan sudah sarapan ya.” Mencari-cari di mana baju tidurnya berada. Tidak
di temukan di manapun matanya berkeliling. Tidak mungkinkan dia lari ke kamar
mandi dengan tubuh polos ini.
Aku kan bisa menyeret selimut ini,
ia bawa saja masuk ke kamar mandi.
“ Sudahlah! Kembalilah tidur, kau
bisa tidur lagi sampai kapan pun kau mau.”
“ Hehe, aku mau bekerja sayang.
Hari ini banyak barang yang akan masuk.”
Saga bangun dari duduk, dia sudah
menyelesaikan sarapannya. Mengambil dasi di atas meja. “ Bekerja? Memang kau mau
bekerja kemana? Lupa yang aku katakan semalam.” Tersenyum tipis, sambil melihat
dirinya dalam pantulan kaca.
Berfikir, berfikir, Daniah berusaha
berfikir keras.
“ Kau sedang dalam masa percobaan
hukuman.” Memberi informasi, karena sepertinya istrinya lambat berfikir.
Aaaaa, ia, dia melarang ku ke luar
rumah. Sial.
“ Kalau kau berani keluar rumah tanpa
izin dariku, bukan kau saja yang akan menanggung akibatnya. Pelayan dan penjaga
yang bertugas hari ini akan ikut bertanggung jawab juga.”
“ apa?” Memang dia mau melakukan
apa.
“ Akan kupecat mereka semua tanpa
peringatan.”
“ Sayang, kamu tidak bisa memecat
mereka senaknya.” Kehilangan kata-kata karena sikap seenaknya Saga.
“Kenapa? aku yang mengaji mereka
terserah aku mau melakukan apa.”
Haha, ya, ya, kau rajanyaa yang
mulia. Hamba mohon ampun sudah menjawab anda
Daniah hanya bisa tersenyum kecut
di atas tempat tidur.
“ Kau tidak perlu mengancamku juga,
aku tidak akan berani keluar rumah.” Gumam-gumam tapi dengan suara jelas. Biar
di dengar yang mulia raja.
Saga tersenyum tipis. “ Baguslah
kau tahu, hati-hati dengan yang kau
lakukan, karena orang lain juga akan ikut menanggungnya.”
“ Baik.” Hanya bisa pasrah.
Saga selesai dengan Dasinya, dia
mengambil hp milik Daniah di atas meja. Melemparkan pada daniah tepat mengenai selimutnya.
Membuat selimut itu merosot dari bahunya. Menunjukan tubuh polos Daniah dengan
banyak sekali tanda kepemilikan di sana. Bertebaran di seluruh tubuh
“ Wahhh, wahhh, kau sedang
mengodaku sekarang?”
Daniah kaget melihat tubuhnya
sendiri, dia menarik selimut. Mengulungnya, mengulungnya sampai ke leher.
“ Kenapa? Mau mencicil hutangmu
pagi ini.” Bertanya sambil tergelak nakal.
“ Tidak sayang, tidak, aku baru mau
menghitung utangku, belum mau melunasinya.” Semakin rapat dia menggulung
selimutnya. Bahkan sampai melilit ke leher.
Saga mendekati tempat tidur,
membuat gadis itu meringsek mundur ketakutan.
Jangan! Jangan lagi! Aku mohon.
“ Apa yang kau lakukan, kau bisa
susah bernafas dan mencekik lehermu sendiri.” Melepaskan gulungan selimut dari
leher Daniah. “ Kenapa kamu mengemaskan begini si, aku jadi ingin memakan mu kan.”
Merapikan rambut Daniah yang berantakan.
Hah! Dia bilang apa? itu, kata-kata
itu dia tujukan padakukan.
“ Istirahatlah kalau kau masih
lelah. Aku akan menyuruh pak Mun mengirim pelayan untuk membantumu. Pindah ke
kamar nanti setelah sarapan.”
“ Ba, baik.” Daniah kehilangan
pikiran sehatnya, pikirannya sedang binggung sekarang. Mencerna sikap Saga
dengan nalar manusianya.
“ Aku berangkat ya, kemarilah,
berikan aku ciuman selamat pagi.” Saga menyentuh pipinya. Masih dalam keadaan
belum sepenuhnya sadar dengan situasi yang terjadi, Daniah beringsut dari
tempatnyaa duduk. Masih dengan selimut agar menutupi tubuh polosnya.
“ Selamat pagi sayang, selamat
bekerja.” Ciuman di seluruh bagian wajah, dan kecupan tiga kali di bibir.
Ini kami sedang main drama apa sih?
“ Istrirahatlah!”
“ Ba, baik.”
Saga teringat sesuatu dengan hp
yang dia lemparkan tadi. Dia berbalik. Membuat Daniah kembali terkejut dan
menarik selimutnya lagi.
“ Tontonlah peremian danau hijau di
chanel resmi antarna grup, tonton sampai selesai!”
“ Eh, ia, baik.”
“ Biar otakmu pintar sedikit.”
Saga tergelak meninggalkan Daniah
di atas tempat tidur yang masih tidak tahu apa yang baru saja dia alami tadi.
Tolong, ada yang bisa menjelaskan
situasi apa ini, kenapa dengannya. Semalam dia sudah seperti banjir besar yang
akan melumatku hidup-hidup. Tapi pagi ini dia sudah seperti pemain utama dalam
drama romantis.
Aku tidak sedang menunggu hukuman
matikan? Jadi aku dibaik-baikin dulu.
Saga menuruni tangga, bahkan
terdengar siulan kecil dan dendangan dari bibirnya. Dia berjalan riang seperti
pengantin baru yang baru keluar dari kamar pengantinnya.
“ Apa itu dia?” Saga mendapati
seseorang sedang berdiri di dekat sofa ruang tv. Dia berdiri sambil menundukan
kepalanya. Pak Mun di sebelahnya mempersilahkan Saga duduk.
“ Ia tuan muda. Dia Maya.”
Saga mendekat, lalu duduk di sofa.
Bersamaan sekertaris Han muncul dari ruang kerja, ikut berkumpul. Auranya
membuat suasana semakin tegang saja.
“ Perkenalkan diri mu!” Pak Mun
angkat bicara.
Maya terlihat sangat gelisah, ini
kali pertamaanya berhadapan langsung dengan majikan yang sudah setahun ini
menjadi tempatnya bekerja. Dia baru beberapa kali melihat wajah tuan muda. Tapi
itupun tidak sedekat ini. Ia terlihat gemetar mencengkram tangannya.
“ Selamat pagi tuan muda, saya
Maya. Saya bekerja di rumaah belakang, bertugas di bagian pakaian.”
Apa aku membuat kesalahan. Kenapa
sampai aku bisa berdiri di sini.
“ Kenapa takut, aku memanggil mu
bukan karena kau melakukan kesalahan.”
Mendengar itu membuat Maya bukannya
semakin tenang, tapi malah semakin gelisah. Hanya satu alasan kenapa sampai dia
di panggil, pasti karena nona. Semalam telah terjadi sesuatu di rumah ini.
Walaupun tidak ada pelayan yang berani membicarakannya. Tapi Maya tahu ada
sesuatu yang terjadi.
“ Aku hanya ingin bertemu dengan
teman istriku dan berterimakasih padanya.” Maya mendongak sebentar, melihat ke
arah Saga. Laki-laki itu tersenyum. “ Terimakasih sudah menjadi teman di saat-saat
sulit istriku datang kerumah ini.”
Kenapa dia masih pucat pasi begitu
si, memang aku semenakutkan itu apa.
Saga mendongakan kepalanya, melihat
ke belakangnya. Han sedang berdiri tidak bergeming di belakangnya. Dengan wajah
datar namun pandangannya menatap lekat gadis itu.
“ Han, kau menakutinya tahu,
berhenti melihatnya begitu. “
“ Saya tidak sedang menatapnya tuan
muda. Saya sedang menunggu anda.”
Alasan apa itu, jelas-jelas aku
lihat kau memelototinya.
“ Jangan hiraukan dia, mendekatlah.”
Maya belum bergerak.
“ Apa kau tidak dengar apa yang di
katakan tuan muda.” Han ikut bicara, geram karena Maya belum melangkah
sedikitpun. Ucapan Han semakin membuat Maya menciut.
“ Hei, kenapa kau berteriak
padanya. Sudah kubilang kau menakutinya. Tutup mulut mu Han, mau kusuruh kau
pergi.”
“ Maaf tuan muda.”
Jatuh cinta pada gadis ini baru tau
rasa kau nanti, pikiran liar Saga berlarian.
“ Maafkan saya tuan muda.” Maya
berjalan mendekat. Saat ini dia benar-benar bisa melihat wajah tuan Saga dengan
sangat jelas. Bukan hanya sekedar di tv atau di internet. Dia memang terlihat
sangat sempurna dan tampan. Gumam Maya dalam hatinya penuh kekaguman. Tapi
buru-buru dia menundukan matanya lagi saat matanya bertemu dengan
sekertaris Han di belakangnya.
“ Apa yang biasanya dibicarakan istriku?”
“ Nona banyak cerita tentang
pekerjaannya, dan adiknya.” menjawab dengan cepat.
“ Dia tidak membicarakan ku.”
Hah! Pertanyaan apa ini? Aku harus
menjawab apa ini.
“ Nona jarang bercerita tentang
kehidupan pribadinya tuan muda. Maaf.”
Seperti yang ku duga. Di rumah ini
tidak ada yang tau dia minum pil kontrasepsi. Dia pasti menyimpannya rapat
seperti menyembunyikan aibnya. Baiklah, karena kau anak yang baik, aku akan
membiarkan kalian tetap berteman.
“ Baiklah. Sepertinya kau juga
tidak tahu apa-apa. Pak Mun pindah tugas kan dia untuk melayani Daniah mulai hari.”
Maya mendongak terkejut, yang baru
dia dengar tidak salahkan.
“ Baik tuan muda.” Pak Mun
menjawab.
“ Tugasmu hanya satu, pastikan
Daniah tidak melakukan sesuatu yang bisa membuatku kesal. Aku akan melipat
gandakan gajimu jadi bekerjalah dengan benar.”
Duarr, tugas macam apa itu.
Lagi-lagi Saga berfikir semua orang seperti sekertaris Han, yang tahu
menafsirkan walaupun hanya dengan mendengar desahannya saja. Maya kebingungan
dengan tanggung jawabnya apa, tapi dia tidak berani bertanya. Dia hanya perlu
menjawab baik kan.
“ Ba, baik tuan muda.”
Semoga ada yang bisa menjelaskan maksud
perintah tuan muda nanti.
BERSAMBUNG