Waktu bergulir semakin siang. Han
kembali dengan perasaan cukup tenang. Dia tidak menemukan pil apapun di ruko,
jadi dia berfikir pekerjaan nona bisa di selamatkan dengan mudah. Tuan Saga
tidak akan menutup tempat itu secara paksa, dan nona bisa kembali bekerja kalau
masa hukumannya selesai.
Ketika Han masuk ke dalam ruangan
presdir, Saga masih ada di kursi kerjanya. Han senang melihatnya, berarti semua
urusan sampai siang ini berjalan sesuai rencana. Kalau semua dokumen itu sudah
selesai di tandangani, dia bisa melanjutkan semua pekerjaannya dengan cepat.
Senangnya kalau suasana hati anda
selalu seperti ini.
“ Apa itu?” Saga bangun dari duduk
saat melihat Han meletakan kotak di atas meja, di belakangnya seorang pengawal
dengan hati-hati melatakan figura besar. Dia mengangukan kepala pada Saga lalu
pamit pergi.
“ Ini sepertinya ibu nona, dan
barang dalam di kardus ini benda-benda masa kecil nona. Ada foto-foto juga.”
Han membuka penutup kardus. Mendengar itu Saga terlihat sangat antusias. Dia segera
mendekat dan duduk di sofa.
“ Kita lihat, ada apa di sini.”
Mendekat, seperti menemukan harta paling berharga di dunia. “ Haha, dia
mengemaskan sekali.” Saga memegang sebuah foto, seorang gadis kecil sedang
duduk di pangkuan ibunya. Belum terlihat mirip Daniah saat ini, tapi rambut
bergelombangnya sudah membuatnya bisa di kenali dengan baik. “ Han, masukan no
hp Daniah ke hpku. Aku mau menelfonnya.”
“ Baik.” Han bergegas berjalan ke
meja kerja Saga. Meninggalkan Saga yang sedang bermain dengan dunia masa kecil
Daniah melalui foto-fotonya. Han Mengambil hp yang pemiliknya sedang asik
dengan temuan barunya. “ Anda mau menyimpannya dengan nama siapa?”
“ Berikan padaku.” Berfikir
sebentar setalah memegang hpnya. Kira-kira nama apa yang pantas ia pakai untuk
menyimpan no Daniah di hpnya. Terlihat berfikir sangat keras. Dahinya berkerut.
Nama yang bisa mewakili seluruh perasaannya pada Daniah. Masih serius berfikir,
Han hanya mengeryit. Setelah cukup lama tengelam dalam perenungan diri akhirnya
Saga tersenyum mengerak kan jarinya, setelah menyelesaikan satu pekerjaan hebat
lagi menurutnya. Lalu dia menelfon.
“ Hallo ini siapa?” suara wanita di
sana. Pertanyaan itu membuatnya gusar.
“ Siapa? Kau tidak mengenali
suaraku?”
“ Siapa ya?” yang di sana mulai
menggangap telfon iseng.
“ Hei, Daniah kau benar-benar mau
membuatku marah!”
“ Sayang, Benar ini kamu suamiku.
Maafkan aku.” Mulai tersadar dia telah melakukan ke salahan besar. Tidak
mengenali suara yang mulia raja. “ Maaf, ini pertama kalinya aku mendengar
suara mu di telfon. Ada apa sayang?” Heran yang menyusupi sampai ke hatinya.
Kenapa laki-laki ini menelfonnya.
“ Bersiaplah, Leela akan
menjemputmu.”
“ Kemana? Bukankaah aku di larang
keluar rumah.” Daniah merasa curiga, apa ini hanya jebakan biar dia semakin
masuk dalam labirin kesalahan.
“ Siapa yang melarangmu keluar
rumah?” Saga bertanya kesal.
“ Kan kamu yang melarangku, bahkan
melarangku keluar dari pintu rumah utama.” Heran semakin datang, ada apa dengan
keisengan suaminya.
“ Lalu siapa yang menyuruhmu keluar
dari rumah?” Semakin gusar terdengar dari intonasi suara semakin meninggi.
“ Kamu juga.” Daniah menjawab.
“ Kalau begitu lakukan saja
perintahku dan jangan banyak bicara!”
“ Baik, baik. Maaf.”
Menutup telfon tanpa pemberitahuan.
“ Bodoh, aku takut dia bosan di
rumah, bukannya berterimakasih malah banyak sekali dia bicara.”
Itukan karena anda yang ribet tuan
muda. Tinggal cabut larangannya keluar rumah sudah beres semua kan.
“ Bereskan ini!” tunjuknya pada
semua benda yang dia keluarkan dari kotak milik Daniah. Han langsung melakukan
apa yang di perintahkan. “ Ini apa lagi?” Saga menunjuk sebuah amplop besar yang juga
ada di atas meja.
“ Itu laporan keuangan nona yang
diambil dari pemakaian kartu dan rekening yang anda berikan pada nona.” Saga
penasaran. Mengambil amplop besar itu. Beberapa kertas jatuh tercecer, karena
ternyata banyak isinya. Dia bergumam pelan melihat beberapa lembar terakhir. “
Itu donasi nona ke balai kota untuk beasiswa kuliah.”
Saga memeriksa beberapa detail yang
tertulis dalam laporan itu. Nama-namaa penerima beasiswa dan gender mereka.
“ Cih, dia membantu murid laki-laki
juga, menyebalkan sekali.”
“ Nona tidak terlibat dalam
penunjukan siswa yang menerima beasiswa. Nona hanya menyerahkan kepada dewan
kota. Saya sudah memeriksa mereka tidak terhubung satu sama lain. Random
terpilih karena mereka termasuk siswa kurang mampu tapi berprestasi.”
“ Aku punya istri mulia sekali.
Tahu bagaimana menghabiskan uangku.” Mendesah kecil. Tapi dia merasakan
kebanggaan di hatinya.
“ Nona sudah memulai ini sebelum
menikah dengan anda, tapi setelah menikah jumlahnya donasinya naik hampir
sepuluh kali lipat.” Han menunjuk angka-angka di atas kertas.
“ Haha, baiklah, biarkan dia.
Asalkan dia senang. Dia pasti binggung menghabiskan uang yang ku berikan.”
Han membereskan kertas-kertas dan
memasukan kembali ke dalam amplop.
“ Sepertinya nona tidak terlaku
suka belanja-belanja barang mewah, jadi dia memakai uang yang anda berikan
untuk hal seperti ini.”
“ Manisnya, bukankah dia
mengemaskan begini. Semua orang tidak bisa tidak jatuh cinta kalau tahu dia
seperti apa.” Memukul bahu Han senang. “ Benar kan istriku mengemaskan.”
“ Benar.”
“ Hei jangan memujinya, Cuma aku
yang boleh memujinya.”
Han angkat bahu tidak perduli protes tuannya, sambil memindahkan
semua benda yang dia bawa dari ruko milik Daniah ke sudut ruangan.
Nona memang mengemaskan dari semua
sisi, baik wajah maupun kebaikan hatinya. Untuk itulah anda sangat
menyayanginyakan.
Kekacauan terjadi menjelang
waktunya makan siang. Staff sekertaris mengetuk pintu dengan kuatir. Han muncul
semakin membuat mereka menciut.
“ Maaf tuan, ada nona Helena di
lantai bawah. Dia tidak mau pergi walaupun sudah di usir, dia bahkan
berteriak-teriak ingin bertemu dengan tuan Saga.” Tidak berani melanjutkan
informasi. Dia menutup mulutnya rapat.
Han terlihat sangat kesal, langsung
menutup pintu dan kembali menemui Saga yang sudah duduk di meja kerjanya.
“ Kenapa?”
“ Nona Helen ada di bawah dan
memaksa untuk bertemu dengan anda.” Saga terdiam lalu meletakan pena yang
sedang di pegangnya. Dia merasa sangat
jengah. Tapi kalau dia tidak mengakhiri semuanya dengan tegas, sampai kapan pun
Helen tidak akan paham. Kalau semua tentangnya sudah berakhir. “ Biarkan dia
masuk, ini terakhir kalinya aku akan menemuinya.”
“ Tuan muda, anda tidak perlu
melakukannya. Saya akan membereskan dia.” Tahu, kalau Saga merasa tidak nyaman
dengan situasi ini.
“ Biarkan dia masuk, aku tidak mau
Daniah sampai bertemu dengannya. Katakan pada semuanya untuk menutup mulut
tentang keributan ini.” Mengusir Han dengan tangannya.
“ Baik.” Han membungkukan kepala
lalu berjalan ke luar.
Dia sudah terlihat sangat kesal
keluar dari ruangan presdir, staff sekertarisnya berjalan dengan langkah cepat
mengikutinya dari belakang.
“ Katakan pada semuanya yang
melihat kedatangan Helen untuk menutup mulut mereka. Tuan Saga tidak ingin ada
yang membiacarakan ini ke depannya.”
“ Ba, baik tuan.” Memasuki lif
rasanya dia sudah merasa susah bernafas.
Wanita tidak tahu malu itu menatap
dirinya dengan penuh kebencian. Tapi Han tidak mengubris tatapan itu.
Sedikitpun dia tidak mengangukan kepalanya.
“ Ikuti saya, tuan saga akan
menemui anda.”
Helen mengikuti Han, sementara
staff sekertaris tertinggal untuk membereskan semua kekacauan yang ditimbulkan
Helen. Mereka memasuki lif tanpa ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Han
bahkan tidak melirik atau melihat helen sama sekali. Tangannya hanya
mencengkram kesal, menahan emosi.
Pintu ruangan presdir terbuka, Han
memberi isyarat dengan tangannya agar Helen masuk. Di dalam ruangan yang mulai
terasa tidak nyaman untuk bernafas itu, Saga berdiri di dekat jendela kaca.
Menatap gedung-gedung dan langit yang membiru. Dia tahu Han dan Helen sudah
masuk ke dalam ruangannya. Tapi dia belum beranjak dari tempatnya berdiri. Dia
sedang berfikir apa yang akan ia lakukan.
Akhiri ini secepatnya, Daniah akan
datang juga, aku tidak mau sampai dia bertemu Helen apalagi kalau sampai berbuntut salah paham tidak penting.
Saga meninggalkan tempatnya berdiri, Helen mengikuti
setiap langkah kakinya. Saat Saga sudah mendekat dan menjatuhkan diri di sofa.
Gadis itu langsung ambruk terduduk di lantai.
Han melihat tidak suka, bisa
menebak apa yang akan di lakukan helen selanjutnya.
“ Saga, maafkan aku. Aku mohon
maafkan aku.”
Cih, dia memakai senjata
terakhirnya. Berlutut dan memohon.
Han benar-benar ingin menyeret
gadis itu, menghentikannya mempermalukan dirinya sendiri dan lebih membuat Han
kesal saat melihat Saga dia terlihat tidak nyaman dengan apa yang di lakukan Helen.
“ Bangunlah! Kau sudah tidak perlu
berlutut dan memohon padaku.” Bicara tegas, tidak menunjukan tatapan simpati. Bahkan
hanya sebentar dia menatap Helen lalu dia memilih mengalihkan pandangan.
“ Saga, maafkan aku. Aku mencintaimu.”
“ Hentikan!” suaranya sudah
setengah berteriak memenuhi langit ruangan. “ Hentikan omong kosongmu sekarang.
Huh!” mendesah. “ Kurang ajar juga harusnya ada batasannya kan? Kau tahu sudah
sekurang ajar apa dirimu sekarang.”
“ Maafkan aku.” Mulai menangis dan
mencengkram lututnya. “ Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Aku
mencintaimu Saga. Maafkan aku.”
“ Aku bilang hentikan! Dua tahun
kita bersama kau pasti tahukan apa yang paling aku benci.”
Helen gemetar mengingat apa yang paling
di benci Saga. Melihat wanita keras kepala mengejar-ngejarnya dan menyatakan
cinta padanya. Padahal jelas-jelas mereka tahu Saga memiliki kekasih yang
dicintainya. Dan yang membuatnya merinding, saat ini ia melakukan hal yang
sangat di benci Saga itu.
“ Maafkan aku.” Airmata Helen
berjatuhan membasahi lututnya.
“ Bangunlah! Jangan membuatku
mengulangi kata-kataku. Duduklah di sofa.”
Helen gemetar bangun dari
berlulutnya, dengan penuh drama sambil berurai air mata dia menyeret kakinya
dan duduk di sofa. Masih mencengkram lututnya sendiri. Dia melihat Saga dengan
pandangan hangat.
“ Kau hanya ingin aku memaafkanmu
kan? Baiklah, kita anggap impas semuanya. Pergilah dengan tenang dan hiduplah dengan baik setelah ini.” hanya ini yang bisa aku katakan untuk membayar semua kenangan kita dua tahun lalu. Saga meyakinkan dirinya.
“ Saga, aku masih mencintaimu.”
Helen tiba-tiba meraih kedua tangan Saga.
“ Lepaskan tangan anda nona!” Han
yang jauh lebih terkejut melihat apa yang di lakukan Helen. Gadis itu sama
sekali tidak perduli apa yang di ucapkan Han. Dia tetap mencengkram tangan
Saga.
“ Singkirkan tanganmu!” Saga
menepis kedua tangan Helen. “ siapa yang mengizinkanmu menyentuhku.” Marah.
“ Saga!” mulai terisak lagi.
“ Cuma Daniah istrimu yang boleh
menyentuhku!” Suara keras Saga
terdengar. Dia bangun dari duduk. “ Pergilah! Hubungan kita sudah berakhir.”
“ Saga, ku mohon.”
“ Pergilah!” Berteriak keras. “ Kau
sudah pernah melihatku marah kan? Aku tidak mau melampiaskannnya pada mu. Bagaimanapun
dua tahun lalu kau pernah jadi orang yang sangat dekat denganku.”
Masih sesengukan Helen bangun dari
duduknya.
“ Menghindarlah kalau kita tidak
sengaja bertemu. Aku benar-benar tidak ingin melihatmu lagi.” Kata-kata itu
mengiringi langkah kaki Helen meninggalkan ruangan. Setelah pintu tertutup Saga menjatuhkan diri
di sofa. Tangannya mencengkram pinggiran Sofa. “ keluarlah Han, pastikan dia
keluar dari gedungku.”
“ Baik tuan muda.”
Han berbalik, pandangannya melewati
meja kerja Saga.
Sial! Sejak kapan bintang di hp itu
berkedip. Aku bahkan tidak menyadarinya.
BERSAMBUNG