Tidak bisa di percaya Saga
benar-benar tidur terlelap dalam dekapan Daniah tanpa melakukan apapun. Rekor
yang harus di catat sejarah sepanjang hubungan mereka. Bahkan Daniah pun jatuh sebentar dalam alam
tak sadarnya. Namun tidak lama dia tertidur karena merasa dirinya terancam. Setelah
terbangun dia tertawa sendiri, karena Saga masih terlelap dalam dekapannya.
Bahkan saat dia iseng menarik-narik telinga Saga laki-laki itu tidak mengeliat.
Dia benar-benar tertidur dengan wajah yang sangat tenang.
Setelah bangun tidur mereka makan
siang dengan suasana hangat dan nyaman. Bahkan bagi Daniah situasi ini masih
terasa canggung, namun ntah kenapa dia merasa sangat menikmati. Perasaan
malu-malu di hatinya menyeruak. Dia merasa bahagia dengan perlakuan Saga dan
hatinya menerimanya sebagai ketulusan Saga. Mungkin cacian Helen dan ancaman
Helen yang ia dapatkan tadi memang menjadi bukti semua hubungan Saga dan Helen
sudah berakhir. Hingga Daniah bisa bernafas lega. Semua ketakutannya seakan
berlarian meninggalkannya.
“ Pulanglah!” kecupan lembut di
pipi Daniah. Setelah makan siang selesai.
“ Apa aku boleh mampir ke
toko?” Mencari celah lolos dari masa percobaan. Memanfaatkan situasi, dengan
mempertimbangkan suasana hati Saga yang sedang sangat baik.
“ Hei, kau lupa sedang masa
percobaan hukuman. Melanggar sekali saja ku anggap kau gagal dalam masa
percobaanmu ya.” Menghardik keras lewat kata-kata.
“ Maaf. Aku hanya bercanda.”
Memeluk Saga tanpa di sadari. Sepertinya akhir-akhir ini tubuhnya punya refleks
yang baik untuk menyelamatkan diri dengan baik. “ Aku akan pulang dan
menunggumu. Terimakasih sudah mengajak ku makan siang.”
“ Nah begitu kan manis." Kecupan lembut di kepala Daniah." Han ambilkan
barang-barang yang kamu ambil di ruko tadi.” Daniah binggung, mengikuti langkah
sekertaris Han. “ Kenapa kau menyimpan semua hal berhargamu di ruko?”
Daniah terkejut ketika melihat apa
yang di bawa sekertaris Han.
“ Kamu bisa menyimpan dan meletakan
itu di manapun kamu mau di rumah.” Lembut Saga memeluk Daniah yang sudah merasa
haru menyeruak di hatinya. Kenangan berharga
milik ibunya, yang hanya bisa tersimpan di gudang di sudut rumahnya. Dan betapa
terhiburnya ia saat Saga pun menganggap itu adalah sesuatu yang berharga
baginya.“ Han akan mengantarmu ke bawah.”
“ Eh ia, makasih sayang.” Daniah
memberikan ciuman lembut di pipi Saga, lagi-lagi membuat laki-laki itu
terkejut. “ Aku akan menunggumu di rumah.” Tidak semudah itu Saga melepaskan Daniah
setelah ciuman di pipinya. laki-laki itu merasa ciuman di pipi yang di lakukan Daniah tanpa ia minta adalah sesuatu yang sangat berharga, yang harus ia balas ribuan kali lipat.
“ Keluarlah dulu Han.” Saga menarik
tangan Daniah. Han paham lalu dia melangkah keluar, dan menutup pintu tanpa
suara.
Terjadilah, hal yang harus terjadi.
Daniah merapikan rambutnya lagi.
Dengan wajah merah padam. Dia keluar dari ruangan presdir.
Kenapa dia sensitif sekali si kalau
aku mencium pipinya. Aku kan hanya berterimakasih, kamu kan tidak perlu
membalasnya dengan seribu ciuman juga.
Leela sudah menunggu di depan
pintu. Dia menerima figura besar di tangan sekertaris Han lalu mengikuti
langkah Daniah.
“ Leela sudah makan?” di dalam lif.
Han ikut membawa kotak berdiri paling belakang.
“ Sudah nona.” Menjawab singkat
sambil mencari pandangan ke arah lain agar Daniah tidak bisa bersitatap mata
dengan nya.
“ Baiklah, kita langsung pulang ya.
Lagian aku gak bisa ke mana-mana.”
Sekertaris Han tidak bicara apa-apa
selama di dalam lif, sampai dia meletakan barang-barang di dalam bagasi
belakang dengan hati-hati. Dia membukakan pintu depan untuk Daniah. Menunggu
sampai Daniah masuk.
“ Selamat jalan nona.”
“ Terimakasih.”
Daniah melirik Leela dan sekertaris
Han bergantian, mereka bahkan tidak saling menyapa.
Dalam perjalanan pulang. Sebenarnya
Daniah ingin sekali mampir ke tokonya. Tapi mengingat ancaman Saga tadi membuat
nyalinya menciut. Dia terlihat berfikir lama, dan tengelam dalam lamunannya
cukup lama. Kembali mengingat semua kejadian yang terjadi di gedung Antarna
Group. Semua. Dari kedatangannya tadi sampai dia bertemu Helen. Daniah menoleh
pada Leela yang juga diam saja.
Hei, ada apa denganmu.
Daniah menyentuh tangan Leela
memintanya menghentikan kendaraan. Lalu dia meraih dagu Leela dia melihat pipi kiri gadis itu memerah, bahkan ada luka kecil
di sekitar bibirnya sebelah kanan. Kalau dia menunduk atau memalingkan wajah
Daniah bahkan tidak akan menyadarinya.
“ Ada apa dengan wajahmu?”
Memeriksa dengan teliti.
“ Tidak apa-apa nona, saya hanya
terjatuh.”
Daniah mengeryit tidak percaya,
bagaimana Leela bisa memakai alasan jatuh. Kalau dia sendiri yang jatuh dia
akan percaya.
“ Jatuh, di mana? Kamu baik-baik
saja tadi. Apa sekertaris Han yang melakukan ini.” Daniah menguncang tubuh Leela agar bicara
jujur. “ Dia yang memukulku kan.” Bicara dengan suara keras. Daniah merasa
sangat kesal, bagaimana bisa sekertaris Han melakukan ini.
“ Tidak nona.”
Bahkan sampai akhir Leela hanya
menutup mulutnya membuat Daniah merasa bersalah. Karena dia Leela harus menerima hukuman. Bahkan
ini bukan kesalahannya. Geram rasanya memikirkan wajah sekertaris Han, ingin
dia wajah itu karena kesal. Saat sudah sampai di rumah, Daniah segera
masuk ke dalam rumah. Meminta alat kompres untuk di tempel di pipi Leela. Dia
menarik tangan Leela untuk duduk. Di depannya sudah ada kotak obat.
“ Maaf.”
“ Nona tidak melakukan kesalahan
apapun, tidak perlu minta maaf.” Duduk diam, dan membiarkan Daniah melakukan
apapun yang ia inginkan, sekedar mengobati rasa bersalahnya.
“ Bagaimana ini bukan salahku. Aku
yang menyuruhmu turun tadikan, memaksa mu tidak mengikutiku. Cih, bagaimana dia
bisa memukulmu begini. Maafkan aku Leela.” Menyentuh pipi Leela.
“ Ini bukan kesalahan anda atau
sekertaris Han nona ini semua salah saya.”
“ Memang apa salahmu?” Berteriak
juga akhirnya. Jelas-jelas ini salahnya, begitu Daniah berfikir. Kalau dia
membiarkan leela di sampingnya tadi. Sekertaris Han pasti tidak akan melihatnya
terpojok di hadapan Helen.
“ Saya seharusnya tidak
meninggalkan anda apapun alasannya. Anda pasti takut sekali tadi.” Sorot mata
penuh penyesalan Leela semakin membuat Daniah merasa bersalah,
“ Hei, memang apa yang dikatakan sekertaris sialan itu.” Mengoleskan salep
dingin di dekat bibir Leela, dan mengusapkan perlahan dan tipis-tipis di pipi
yang memerah.
“ Nona Helen yang hampir memukul
anda.”
“ Apa dia bilang begitu. Helen
tidak memukulku Leela. Dia hanya mendorong ku ke dinding dan mencengkram
bajuku. Begini.” Daniah menarik bajunya sendiri, memperagakan apa yang di
lakukan Helen tadi. “ Dan aku tidak selemah itu kali sampai membiarkan dia
memukulku. Walaupun aku kalah besar dan tinggi darinya tapi aku juga tidak mau
di pukul sama dia kan.”
Ada apa dengannya, kenapa sekarang
dia yang telihat sangat kesal.
“ Maafkan saya nona, saya sudah
melakukan kesalahan yang sangat besar.” Lagi-lagi Daniah merasa frustasi jika
Leela atau sekertaris Han mengatakan ini.
Cih, memang apa yang akan di
lakukan tuan Saga si kalau sampai aku terluka. Aku penasaran sekaligus takut.
“ Hei, aku tidak apa-apa.”
“ Kalau tuan muda tahu.” Daniah
langsung memotong kata-kata Leela.
“ Jangan katakan apapun di
depannya. Aku tidak mengatakan kalau aku bertemu Helen tadi padanya. Jangan
mengungkitnya. Leela sepertinya aku sudah membuat kesalahan besar ya. Maafkan
aku.” Daniah semakin merasa bersalah.
Tadinya dia benar-benar
megesampingkan semua perkataan sekertaris Han, tapi mendengar apa yang di
katakan leela, sepertinya kata-kata sekertaris Han terdengar sangat masuk akal.
“ Kalau sampai tuan muda tahu, saya mungkin tidak akan selamat dari
kemarahannya.”
Cih, aku penasaran juga apa yang
akan di lakukan tuan Saga kalau dia marah padamu. Tapi kalau sampai dia marah
padamu, bagaimana nasib karyawan-karyawan yang lain.
Sekali lagi Daniah hanya bisa
mengigit bibirnya kelu, dia merasa bagaimana Saga memperlakukannya sangat
berlebihan. Caranya mencintai, atau caranya melindunginya sampai akpan Daniah akan terbiasa dengan situasi semacam ini.