Daniah duduk di ruang tv di lantai
bawah, sambil selonjoran dan bermain hp. Saat dia mendengar langkah kaki dia
bangun dan mengedarkan pandangan. Kembali duduk setelah yang di lihatnya pelayan
yang masuk.
Hari ini dia mau mengadu atas sikap
sekertaris Han yang berlebihan menghukum Leela. Tapi dia tidak akan mengatakan
kalau dia bertemu helen. Dia sudah latihan beberapa babak tadi, agar tidak sampai
ketahuan. Dan semua terlihat wajar.
Cukup lama dia menunggu, sampai akhirnya
Saga muncul di ikuti pak Mun dan
juga Han di belakangnya. Daniah langsung bangun dari tiduran. Senang sekaligus
kesal melihat sekertaris itu juga ikut masuk rumah dan tidak langsung pulang.
“ Kau menungguku?” Saga menunjuk
pipinya agar Daniah memberi ciuman selamat datang.
Baiklah, kemarilah.
Setelah memberi ciuman selamat
datang, Daniah menarik tangan Saga agar duduk di sofa, dia melirik sekertaris
Han sekilas. Kesal.
“ Sayang, bisakah kamu minta dia
berhenti memukul pelayan atau siapapun yang melakukan kesalahan.” Menuding
dengan kata-kata tajam, sambil melihat sekertaris Han yang terlihat tersenyum
tipis di tempatnya berdiri.
Apa, dia tersenyum. Lihat, kalau
aku tidak membuatmu dihukum atau minta maaf pada Leela, jangan. Tidak, aku
tidak mau bertaruh apa-apa. karena aku sudah merasa akan gagal. Hiks.
Maaf Leela, melihatnya tersenyum aku sudah gagal sepertinya.
“ Kenapa?” Saga menyentuh pipi
Daniah “ Kamu melihatnya memukul siapa?” Daniah melihat sekertaris Han dengan
sorot mata puas, habis kau, aku ingin melihat tuan Saga marah padamu. “ Han.”
Saga bicara tanpa mengalihkan padangannya dari wajah Daniah.
“ ia tuan muda.”
“ Sudah ku peringatkan kan, jangan
memukul siapapun di depan Daniah lagi.”
Hei bukan begitu, dia memang tidak
memukul siapapun di depanku.
“ Saya tidak memukul siapa-siapa di
depan nona tuan muda.” Daniah sudah gemetar geram. Mudah sekali dia cuci tangan
pikir Daniah. Saga menoleh pada Daniah, tatapan hangatnya, menyusuri setiap
garis wajah Daniah.
“ Memang siapa yang dia pukul
sampai kamu sekesal ini. Aku juga tidak bisa melarangnya mendisiplinkan
karyawan. Sudah pernah ku katakan kan, kalau dia itu memang menakut kan. Jadi
biarkan saja dan jangan menggangunya. Memang apa kesalahannya sampai kau memukulnya Han?”
Daniah tercekik, dia tidak bisa
mengatakan kalau Leela yang sudah di hukum sekertaris Han, alasannya karena dia
meninggalkan Daniah sendirian di kantor tadi, kalau sampai Saga mencari tahu semuanya, bahkan Leela yang akan mendapat
imbas dari semuanya. Dan Daniah pasti yang paling akan menyesal.
“ Siapa yang kamu pukul Han.”
Bertanya lagi. Karena tidak mendapat jawaban apapun dari Daniah ataupun dari
sekertarisnya.
Daniah tiba-tiba memeluk Saga.
Karena situasi semakin berlari ke arah yang tidak dia inginkan. Bukannya
mendapatkan pembelaan, dia malah akan membuat situasi semakin runyam.
“ Sayang, ibu sudah kembali. Dia
membelikanku banyak sekali hadiah.” membuat Saga melupakan kata-katanya tadi dan fokus pada yang lain.
Kurang ajar, dia tersenyum lagi.
Melihat seringai titis di bibir
Han, membuat Daniah kalah lagi.
“ Benarkah? Dia sudah minta maaf
padamu?”
Daniah mengangukan kepala, masih
membenamkan kepala di dada Saga. “ Sayang, kamu juga maafkan ibu ya. Ibu sedang
di kamarnya sekarang, kami mengobrol lama tadi”
“ Baiklah. Kau mau ikut aku bicara
dengan ibu?”
“ Tidak sayang, kalian harus bicara
berdua kan. Aku tunggu di sini. bicaralah senyaman mungkin dengan ibu.”
“ Baiklah.” Membelai kepala Daniah.
“ Pak Mun panggil ibu ke ruangan kerjaku.”
“ Baik tuan muda.”
Daniah mengikuti langkah kaki Saga
sampai dia hilang masuk ke dalam ruang kerjanya. Lalu dia beralih menoleh pada
sekertaris Han.
“ Kau mau kemana sekertaris Han,
kita perlu bicara?”
“ Saya mau membuat kopi, apa anda
mau?” Berjalan ke dapur, mau tidak mau Daniah menginkuti langkah kaki Han.
Daniah memilih duduk di kursi dapur melihat sekertaris Han membuat kopi dengan
mesin kopi. “ Benar anda tidak mau?”
“ Tidak! Aku mau bicara denganmu.” Menjawab ketus.
Menunggu sampai dia selesai membuat kopinya. Lalu dia mengambil duduk
mengesernya agar menjauh dari Daniah.
“ Apa yang anda mau bicarakan.”
“ Kamu benar-benar memukul Leela
kan? Apa kau tidak tahu malu, dia bahkan adik sepupumu!” Daniah merasa perlu
melindungi Leela, atau tidak dia melakukan ini karena rasa bersalahnya.
“ Saya tidak memukul adik sepupu
saya nona. Saya menghukum pengawal anda yang tidak becus bekerja.” Lugas dia menjawab, seperti memberi tahu protokol keamanan yang sudah semestinya.
“ Apa! sudah kukatakan itu bukan
salahnya kan!” Daniah berusaha mendebat.
“ Jadi ini salah siapa?” Han terlihat mulai tersenyum tipis.
“ Ini salahku. Aku yang salah.” Daniah mengakui dengan suara lantang. bahwa semuanya adalah kesalahannya. sampai pristiwa di kantor tadi terjadi.
“ Sepertinya anda mulai belajar
sekarang. Kalau tahu ini kesalahan anda dan orang lain yang harus menerima
hukumannya. Mulai sekarang ber hati-hatilah jangan pernah melakukan kesalahan
yang sama lagi.”
Dia ini mau bilang apa si.
“ Anda mendengarnya kan?” Han
sedang mengetes rasa penasarannya, sejauh apa Daniah mendengar pembicaraan tuan
Saga dan Helen tadi.
“ Apa?”
“ Ucapan tuan Saga pada nona Helen.”
Sekelebat raut wajah Daniah berubah, namun dia langsung bersikap biasa. Terlambat,
Han menyadari itu. Bibirnya sudah tersenyum tipis melihatnya. “ Sama hal nya
tuan Saga yang hanya mengizinkan anda menyentuhnya. Seharusnya hal itu juga
berlaku untuk anda kan?”
Kata-kata Han memasuki seluruh
pikiran Daniah. Ia cukup senang mendengar itu tadi saat Saga mengucapkannya
di depan Helen. Tapi kenapa sekarang saat sekertaris Han yang mengatakannya itu
terdengar seperti ancaman.
“ Huh! Kau sudah gila ya. Apa itu
juga berlaku seperti ini.” Plak! Daniah memukul bahu Han sekali. “ Seperti ini.”
Bibirnya menyeringai. Karena melihat Han terbelalak dengan apa yang di
lakukannya. “ Apa aku tidak boleh bersentuhan dengan orang lain seperti ini.” Kali
ini memukul bahu Han lebih keras.
Nona, kenapa anda mengemaskan
begini. Aku bisa gila juga karena sikap anda yang seperti ini.
Han bangun dari duduk, membuat
Daniah mundur ke belakang kursinya.
“ Kenapa? Kau mau menghukum orang
yang ku sentuh juga. Jadi hukum saja dirimu sendiri.” Siaga untuk segera kabur
dari situasi yang mengancam.
“ Nona, apa anda mau saya daftarkan
ke musium rekor.”
“ Apa?”
“ Bagimana kalau masuk kategori
wanita yang selalu membuat orang kerepotan.” tergelak dengan ucapannya sendiri.
“ Haha, boleh, aku juga mau
memasukan mu juga, dalam kategori laki-laki menyebalkan. Tidak mau mendengarkan,
tidak mau menjawab kalau di tanya, suka main hukum orang seenaknya. ” Diakhiri dengan tawa puas Daniah.
Lihat anda semakin mengemaskan
begini kalau di ladeni. Bisa gila saya kalau tetap di sini.
Han menatap Daniah sebentar, tidak
menjawab lagi serangan Daniah. Dia berjalan berlalu begitu saja.
“ hei, aku belum selesai!” Han
melambaikan tangannya tanpa berpaling.
Apa! kenapa dia yang pergi dengan
gaya sok keren begitu. Seharunya tadi aku pergi duluan kan, biar aku yang
kelihatan keren, walaupun tidak bisa menang adu argumen dengannya.
Sekarang aku benar-benar seperti pecundang kalah karena dia yang pergi duluan.
Daniah mengigit jarinya kesal,
melihat kepergian sekertaris Han.
Sementara itu di ruang kerja Saga.
“ Duduklah bu.” Ibu yang masih
berdiri lalu beranjak duduk pelan di samping anaknya. “ Apa ibu sudah cukup
bersenang-senangnya?”
“ Maafkan ibu nak.” Menyentuh tangan
Saga, mengengamnya di pangkuannya. “ Maaf ibu sudah salah. Ibu akan berusaha
menerima Daniah sebagai istri mu.”
Saga terdengar menghela nafas
panjang. Hubungannya dengan ibunya sejauh ini lumayan baik, hingga jarang
terjadi perselisihan. Ini kali pertamanya ibu sampai harus pergi lama karena kesalahannya.
“ Aku tahu ibu tidak menyukai
Daniah, tapi bisakah mulai sekarang ibu memperlakukannya dengan baik.” Ibu masih
terdiam. Masih di gengamnya tangan Saga. “ perlakukan dia dengan baik sebagai
bagian dari keluarga ini.”
“ Saga.” Ragu.
“ Hemm, katakanlah, apa yang mau
ibu katakan.”
“ Bagaimana kalau kamu menikah
lagi.” Saga menarik tangannya kuat, tidak suka dengan apa yang baru saja ibunya
katakan. “ Dengar kan ibu dulu, kamu tidak perlu menceraikan Daniah. Kamu hanya
perlu menikah dengan wanita yang sederajat denganmu. Biarkan dia melahirkan
anakmu.”
Aaaahhh, wajah Saga mulai terlihat
jengah.
“ Apa ibu masih mau membahas Ele?”
“ Tidak! Ibu tidak akan membahas
tentang Helen lagi. Bagaimana kalau ibu carikan wanita lain. Ibu akan mengatur
semuanya.”
“ Hentikan bu, sebelum aku
benar-benar kesal.” Saga sudah menahan sekuat tenaga emosinya.
“ Saga.”
“ Aku mencintai Daniah bu, jadi
berhentilah melakukan hal yang menggangu. Aku akan memintanya melahirkan
anak-anak ku. Ini terakhir aklinya aku mendengar omong kosong ibu tentang
pernikahanku dengan wanita lain.” setengah berteriak membuat imu mencengkram pegangan sofa.
“ Tapi, apa Daniah juga
mencintaimu. Dia selalu bilang ingin pergi dan bercerai denganmu kan.”
Ini yang ibu ingat dari semua kejadian yang berlalu di rumah ini.
“ Kalau ibu penasaran kenapa tidak
menayakannya langsung pada Daniah.”
“ Saga, ibu hanya ingin kamu bahagia
nak.”
“ Dan kebahagiaanku adalah Daniah
bu, jadi terima kenyataan itu.”
Mereka berdua terdiam cukup lama setelah mengatakan itu.
Daniah berlari menabrak pak Mun di belokan menuju ruang kerja Saga. Pak Mun melihat pintu ruang kerja yang sedikit terbuka.
“ Nona, ada apa? tuan muda dan
nyonya sedang ada di ruang kerja.”
“ Tidak apa-apa pak Mun, sepertinya
mereka belum selesai bicara. Aku tidak mau menggangu. Jadi aku mau menunggu
tuan Saga di kamar saja. Tidak perlu mengatakan padanya kalau aku mencarinya ya
pak Mun. Sepertinya pembicaraan mereka sangat serius.”
“ Baik nona.”
Daniah menepuk bahu pak Mun, lalu
dia naik tangga setengaah berlari menuju kamarnya. Menjatuhkan diri di atas
tempat tidur. Pandangannya buram, dia tidak bisa berfikir apa-apa.
BERSAMBUNG