Ibu menyudahi pembicaraannya. Dia
menutup mulutnya rapat setelah tidak menemukan sedikitpun celah untuk
mengoyahkan hati anaknya. Merubah pendirian Saga ibarat mengoyangkan menara
tinggi di tengah kota. Mustahil. Namun dengan sisa harapan dalam dirinya dia
sedang berusaha sekarang. Dia tidak akan menggangu Daniah. Tapi dia masih belum rela
kalau gadis itu yang akan melahirkan penerus keluarganya.
Saga mengikuti langkah kaki ibunya, ketika dia
sudah mendesah kesal dan tidak menjawab pertanyaan ibunya. Wanita itu tahu, dia
harus menyerah dan memilih menghindar. Tepat setelah pintu
terbuka dan ibunya keluar Pak Mun muncul.
“ Dimana Daniah?” Tanyanya saat Pak
Mun sudah berdiri di depan sofa.
“ Nona sudah masuk ke dalam kamar
tuan.” Pak Mun terdiam menunggu tuannya bicara, dia sedang terlibat dengan
pikirannya, dia ingin mengatakan perihal Daniah yang dia temui tadi. Tapi di
satu sisi dia takut jika dia mengatakan sesuatu masalah baru akan timbul.
Akhirnya pak Mun mengunci rapat mulutnya.
“ Apa Han sudah pulang?”
“ Belum tuan, sekertaris Han masih
ada di luar.”
“ Baguslah, panggil dia kemari.”
“ Baik”
Akhirnya pak Mun benar-benar
memutuskan untuk tidak menyampaikan mengenai perihal Daniah. Keluar sambil
berharap semoga apa yang dia lakukan benar. Dia menyampaikan pesan, sekertaris Han
langsung bangun dari duduk menuju ruang kerja Saga.
Han masuk langsung mengedarkan
pandangan menyapu ruangan, mencoba menebak,
sepertinya pembicaraan dengan nyonya berjalan cukup baik pikirnya. Semua benda
di ruangan ini berada di tempat yang semestinya.
“ Duduklah!” Saga menunjuk Sofa di
depannya. Han bergerak.
“ Baik tuan. Apa ada yang sedang
anda kuatirkan?” duduk di tempat ibu
duduk tadi. Menatap Saga lekat. “Apa yang nyonya sampaikan pada anda?”
“ Huh!” Mendesah kesal. “” Apalagi
memang, sepertinya dia belum benar-benar sadar kenapa aku marah dan menyuruhnya
pergi. Dia masih mau memintaku menikah lagi dengan wanita pilihannya.”
Han yang berdecak tidak percaya,
bagaimana nyonya masih punya pemikiran bodoh seperti itu. Di lihat dari sudut
manapun, memisahkan tuan muda dan nona itu sudah masuk kategori mustahil.
Sebesar apapun dia bekerja keras.
Saat ini bahkan akan lebih mudah menemukan jarum dalam tumpukan rumput liar, ketimbang memisahkan tuan muda dan nona.
“ Jangan perdulikan ibu, aku yakin
dia tidak akan seberaani itu setelah aku bicara dengannya tadi. Yang aku mau
kau lakukan sekarang adalah mengurusnya.” Membereskan wanita itu sampai tuntas.
Saga tidak mau lagi berurusan dengan Helen dalam hal apapun.
“ Nona Helen?”
“ Bereskan dia, dia memang tidak akan
mendekatiku lagi. Tapi aku tidak mau dia menggangu Daniah sedikitpun. Jangan
sampai dia menyentuh istriku sehelai rambut pun.” Dia menekankan kalimatnya.
Kalau anda tahu kejadian tadi,
habislah saya tuan.
“ Baik. Saya akan selesaikan
masalah Helen besok. Anda tidak perlu mencemaskan apapun tuan muda. Sekarang
istirahatlah, saya akan membereskan semuanya untuk anda.” Han bangun dari duduk
dan mengikuti Saga. Sampai di tangga. “ Selamat malam tuan, selamat istirahat.”
“ Kau juga, pulang dan
istirahatlah.”
“ Baik.”
Han masih berdiri di tempatnya
sampai Saga menghilang di sudut kamarnya. Lalu dia berjalan keluar rumah. Han
menghentikan langkahnya saat melihat sebuah mobil berhenti di depan pintu
utama. Jenika yang baru kembali dari kantor magangnya. Han melihat jam di
tangannya. Berdecak kesal setelah tahu ini jam berapa.
“ Keluar dari mobil dan kemarilah
nona.” Tahu Jen sengaja tidak membuka pintu setelah melihat sekertaris Han
keluar dari rumah utama. Gadis itu pasti berharap bisa lolos dengan mudah dan
tidak perlu berhadapan dengan Han.
Sial! Kenapa pas sekali bertemu
dengannya.
“ Selamat malam sekertaris Han, apa
sudah mau pulang?” Sudah berencana kabur, tapi sekertaris Han merentangkan
tangannya. Membuat langkah Jen terhenti seketika.
“ Jam berapa ini? Kenapa anda baru
kembali? Sepertinya saya harus senang sekali ya karena karyawan magang sangat
berdikasi sampai pulang selarut ini karena bekerja.” Kata-kata sarkas yang
telak menancap.
“ Maaf.” Berharap kata maaf bisa
jadi kunci jawaban yang menyelamatkannya.
“ Jawab saja anda dari mana,
jangaan membuat ku repot.” Han mulai terdengar kesal. Menatap Jenika. Jangan
merepotkanku begitu yang tertulis di kening wajahnya yang dibaca Jen.
Sial! Kenapa dia masih di sini
selarut ini si. Kalau pak Mun aku merengek dia pasti melepaskanku, karena Pak Mun tidak
mau menimbulkan keributan. Kak Saga pasti ada di rumah kan sekarang. Cih.
“ Aku baru putus dari pacarku!”
berteriak akhirnya.
“ Pelankan suara anda, tuan muda
baru saja naik ke kamarnya. Anda tidak mau kan dia tiba-tiba muncul dan
mendapati nona pulang selarut ini.” Suaranya rendah, namun langsung telak
mengancam Jen, Gadis itu sampai menutup mulutnya dengan tas yang dia pegang.
“ Maaf, jangan bilang pada kak
Saga. Aku baru pulang bertemu pacarku. Mantan pacarku tepatnya. Aku baru saja
memutuskan hubungan dengannya.”
“ Kasihan sekali, anda pasti
melewati hari yang berat hari ini.” Ntah kenapa Jen merasa sama sekali tidak
terhibur dengan kalimat penghiburan yang di berikan sekertaris Han. Dia malah
jengkel mendengarnya.
“ Hei aku yang memutuskannya tahu.”
“ Bukankah sama saja, sama-sama
menyakitkan.” Telak.
Wajah Jenika berubah kecut.
“ Ahhh, kenapa juga aku bicara pada
orang yang tidak pernah jatuh cinta. Pokoknya aku minta maaf sudah pulang
terlambat, jangan adukan pada kak Saga ya. Minggir.” Mengibaskan tangan agar
Han memberinya jalan untuk lewat. Laki-laki itu menurut dan mundur dua langkah.
“ Baiklah, karena anda sedang putus
cinta saya akan melepaskan anda. Tapi lain kali ingat waktu kapan anda harus
kembali nona. mandilah air hangat dan
minum susu hangat supaya anda bisa tidur nyenyak nanti. “
Cih, Jenika hanya melengos pergi.
Lagi-lagi merasa tidak terhibur dengan kata-kata sekertaris Han.
Aku sudah putus dengan pacarku
sekaraang. Apa artinya aku boleh mulai mengejar teman magangku. Hehe.
Sepertinya perasaan orang yang
memutuskan duluan dari pada yang di putuskan itu berbeda sekali ya.
Han berlalu setelah memastikan
Jenika masuk ke dalam rumah utama.
Setelah berganti baju tidur Saga
keluar dari ruang ganti. Lampu sudah padam, saat dia masuk tadi Daniah sudah
ada di tempat tidur dengan baju tidurnya. Lampu masih menyala dan dia sedang
bermain dengan hpnya. Sekarang gadis itu sudah rebahan di bawah selimut.
Menutupi sampai pinggangnya.
“ Sudah mau tidur?” Saga masuk ke
dalam selimut dan rebahan juga. Meluruskan kaki, dan menarik bantal di
kepalanya. “ Kemarilah!” tanpa di perintahkan kedua kalinya daniah langsung
mendekat. Memeluk Saga dan bersandar di dadanya. “ Wahh, patuh sekali” menepuk kepala Daniah beberapa kali.
Tergelak kemudian karena Daniah benar-benar tidak memberi reaksi penolakan. Saga memeluk dan mencium kepala Daniah.
“ Sudah baikan dengan ibu?”
“ Hemm.”
Huh! Jawaban keramat mu tidak
berubah sama sekali ya.
“ Ibu membelikan ku hadiah mahal
banyak sekali. Apa tidak apa-apa aku menerimanya tanpa membalasnya apa-apa.
Tapi aku juga binggung harus memberi ibu apa.” Daniah menepuk dada Saga dengan
tangannya. Lalu tangannya berputar pelan, mengalirkan kehangatan.
“ Kau tidak perlu memberi ibu
apa-apa. karena itu caranya minta maaf padamu.” Saga mengeser posisi tubuhnya. Hingga Daniah bersandar di tangannya.
Sekarang wajah mereka berhadapan. “ Hei, lihat aku. Kenapa kau memalingkan
wajahmu.”
Aku malu tuan muda, kenapa juga
kamu melorot begitu.
“ Lihat aku!” Daniah langsung
memalingkan wajahnya. Pandangan mereka bertemu. “ Nah begitu.” Tanpa perlu
menunggu lama tatapan itu semakin mendekat. Hingga mereka berbagi nafas dalam
ciuman yang lembut dan lama. Daniah mulai pandai mengatur nafasnya hingga dia
tidak perlu tersengal lagi. “ Kau mulai pandai berciuman ya?” mendengar Saga
mengatakan itu, Daniah langsung membenamkan wajah di dada Saga, malu menyeruak
ke mana-mana.
“ Kau sudah menghitung berapa
hutang mu padaku. Mau mulai mencicilnya malam ini.” Tangan mulai tidak bisa di
kondisikan. Sudah melekat di area favoritnya.
“ Aku tidak mau menghitung
utangku.” Menyentuh tangan Saga yang mulai mencengkram lembut.
“ Wahh, wahh, kau mau mulai kurang
ajar lagi!” mengeraskan cengkraman tangannya sampai Daniah meringis.
“ Bukan begitu sayang.” Memaksa
menarik tangan Saga agar menghentikan apa yang sedang dia lakukan. Dia mau
menyelesaikan kalimatnya dulu. “ Aku tidak mau menghitung utangku dan
membayarnya. Aku mau melakukannya, sebanyak yang kamu inginkan.”
Apa aku sudah gila, sampai
mengatakan hal memalukan begini dengan riang gembira.
“ Apa!” Saga tertawa mendengar
ucapan Daniah. “ Waahhh, wahhh, aku baru mengurungmu sehari kau sudah berubah
sepatuh ini. Kau makan malam apa tadi?”
Daniah diam tidak menjawab, hanya
mengusapkan wajahnya ke dada Saga berulang. Uyel-uyel gemas mengingat apa yang
dia kataakan secara sadar tadi. Malunya bukan main. bagaimana dia benar-benar tidak punya kendali menyerahkan dirinya seutuhnya pada Saga.
“ Naiklah!”
“ Apa? naik ke mana?” Daniah
binggung. dia sudah naik ke atas tempat tidur. bahkan ada dalam dekapannya. Dia mau aku naik kemana, gumam Daniah berusaha berfikir lagi.
“ Naik ke atasku!” Saga menarik
lengan Daniah. Gadis itu bangun, duduk melangkah di bawah perut Saga. Menahan
malu. “ Pak Mun memberi mu makan malam apa tadi, kau benar-benar jadi anak yang
patuh ya.” Daniah hanya bisa membalas dengan senyum malu-malu. tidak tahu musti menjawab apa. dan kenapa dia begitu penurut malam ini. ntahlah, tubuhnya bereaksi secara tidak sadar untuk melakukan semua yang di inginkan Saga. Tiba-tiba Saga menarik bajunya
dan melemparkannya ke lantai. Menepuk dadanya ber ulang kali. “ Hadiah untuk
mu, kau boleh melakukan apapun yang kau mau.”
Apa! kenapa dia tetap terlihat keren walaupun cuma melakukan hal begituan, menyebalkan sekali. kenapa semua yang di lakukan orang ganteng selalu keren si.
Daniah menatap lekat tubuh Saga
yang sudah terbuka itu, dia menyentuh dadanya dengan tangan kiri. Lama tangan kirinya menempel. dia bahkan memberi pijatan lembut di sana.
Apa aku benar-benar tidak terlalu
serakah, kalau aku memohon, benar-benar hanya aku yang bisa menyentuh tubuh
sempurna ini.
“ Hei air liur mu sudah mulai
menetes itu.”
Terkejut mendengarnya.
Secepat kilat Daniah menarik
tangannya, mengusap mulutnya dengan kedua lengannya sekaligus. Beberapa kali. Lalu tersadar setelah mendengar tawa laki-laki yang ada di bawahnya.
“ Buahaha,...”
Apa! aku kena lagi di kerjainya.
Saga terpingkal cukup keras melihat ulah
Daniah. Gadis itu kesal cemberut memukul dada Saga keras. melampiaskan kekesalannya. sepertinya cukup keras sampai membuat Saga mengaduh. Laki-laki itu menarik tubuh
Daniah Jatuh di sampingnya. “ Apa kau baru sadar kalau aku itu setampan ini. Kenapa? sudah mulai tergila-gila padaku?” senyum tipisnya penuh kemenangan.
Tidak bisa menjawab, kata-kata Daniah
kalah cepat dengan bibir Saga yang mulai beraksi. Malam yang semakin larut
tidak menyurutkan kobaran apa pun itu yang menyala di atas tempat tidur. Mereka
melakukannya dan menikmatinya dalam balutan perasaan yang sama. Walaupun
keduanya tidak mengatakan apapun tentang perasaan mereka. Tapi sepertinya malam ini perlahan Daniah mulai kehilangan perasaan takut atau terancamnya. Hingga mereka selesai dengan urusan mereka dia tertidur dengan wajah yang sangat tenang.
BERSAMBUNG
catatan author LaSheira :
Hallo para pembaca semua, sebenarnya rencananya update terakhir akan akan aku lakukan hari selasa, sampai pada episode final. tapi sepertinya kolom komentar sudah mulai ramai ya. jadi aku putuskan update akan melalui dua tahap. Hari ini dan update sesuai jadwal insyaallah selasa.
Kenapa gak sekarang semua tor sekalian tamatnya?
Karena belum selesai di tulis, jadi memang belum bisa di up semua. Harap bisa memaklumi semuanya ya...
Jadwal update final episode insya allah akan sesuai jadwal hari selasa ya, jam berapa tor?
Gak pasti, tergantung review juga.....
Terimakasih untuk yang sabar menunggu dan senantiasa berkomentar positif.