Siang ini sudah lewat waktunya
makan siang, kafe ini pun sudah tampak lengang, setelah tadi tampak cukup
padat. Sekertaris Han terlihat sudah sampai di area parkir. Dia tidak langsung
keluar dari mobilnya. Sebentar, dia terlihat sibuk dengan hpnya. Setelah lewat
dari lima belas menit dia keluar dari mobil, mengambil boks kardus dengan
ukuran sedang dari bagasi mobil. Dengan sikap yang seperti biasa, tenang dan
tanpa banyak berekspresi dia membawa boks itu memasuki kafe. Seorang pelayan
penjaga pintu yang berdiri membuka pintu mengangukan kepala sopan.
“ Saya sudah janji dengan
seseorang.” Han mengedarkan pandangan menyapu ruangan. Dia menemukan yang dia
cari. “ Dia sudah menunggu di sana.” Tunjuknya dengan ekor matanya.
“ Baik tuan silahkan.” Dia mengangukan
kepalanya lagi lalu mempersilahkan Han untuk menuju meja yang ditunjuknya tadi.
Lalu dia kembali ke tempatnya semula setelah pelangannya menuju tempat
duduknya.
“ Kau datang sendiri?” suaranya
terdengar sangat kecewa. Bagaimana tidak, dia mengesampingkan semua yang masuk
ke pikirannya. Dan hanya memilih hal positif saja. Bahwa masih ada sedikit saja
harapan. Dia berdandan dengan maksimal. Dengan tidak tahu malu dia akan
tersenyum seperti tidak pernah terjadi apapun.
Han tersenyum tipis sambil meletakan
boks di atas meja. Lalu duduk tanpa menjawab. Gerakannya di ikuti dengan
pandangan kesal wanita di depannya.
“ Huh! Apa nona masih berharap tuan
muda mau menemui anda lagi.” Sinis.
“ Apa! kamu sendiri yang
mengatakannya kalau Saga mau bertemu.” Helen terlihat sangat geram. Dari awal
dia memang sudah sangat curiga. Terakhir kali bertemu Saga bahkan sudah
mengancam untuk tidak boleh menyapanya kalau tidak sengaja bertemu. Tapi dasar
gila, karena mendapat pesan sekertaris sialan ini, hati dan pikirannya tidak
bisa di pakai berfikir sehat.
“ Apa saya mengatakan tuan Saga
akan datang. Silahkan cek lagi pesan yang saya kirim. Saya hanya mengatakan,
bertemu di kafe XX ada pesan tuan Saga yang akan saya sampaikan.” Menunjuk hp
yang ada di atas meja tepat di depan helen.
“ Kau!” Helen membanting hpnya
setelah membaca ulang pesan yang di kirim Han kemarin. “ kenapa kau mau bertemu
denganku?” Sampai sejauh ini Helen masih memiliki keberanian mengertak
sekertaris Han. Bagaimanapun dia sudah kehilangan Saga dan harga dirinya. Tidak
ada apapun yang perlu dia lindungi, imejnya di hadapan laki-laki ini sudah
hancur berkeping.
“ Pelankan suara anda nona, atau
anda sendiri yang akan merasa malu nanti.” Masih ada beberapa pelangan di kafe
yang mulai sedikit terusik dengan ucapan keras helen.
“ Kenapa? Memang aku melakukan
apa?”
Han mulai mendesah kesal, dia
memalingkah wajah sebentar saat melihat seseorang, setelah orang itu duduk
tepat di belakang tempat duduknya dia mulai meraih boks yang ada di atas meja.
“ Kalau saya jadi anda saya bahkan
tidak akan muncul lagi setelah dua tahun ke hadapan tuan muda.” Han
mengeluarkan beberapa lembar foto. Melemparkannya tepat di di hadapan Helen.
Gadis itu mulai merasa ada yang salah dari semua ini. Dia meletakan hpnya.
Mengambil foto. Tangannya mulai gemetar, foto-foto itu jatuh dari tangannya.
Foto-foto saat dia berada di luar
negri, saat dia menikmati kebebasannya.
Kebebasan yang hanya sesaat saja dalam rencananya. Akan tetapi dia terlena,
hingga akhirnya dua tahun berlalu tanpa terasa. Dia berharap dengan wajah
polosnya dia bisa kembali lagi, dalam pelukan Saga menjadi wanita yang di
cintainya.
“ Kau sudah gila ya? Bagaimana
kau.”
Han mendongakan kepala menatap
tajam Helen.
“ Saya hanya melindungi tuan muda.”
“ Apa! jadi kau tahu semua? Dari
awal kau pasti sudah mengawasiku kan.” Gemetar mencengkram meja. Pelayan datang
membawakan dua buah minuman. Dia meletakannya lalu langsung berlalu pergi
melihat aura yang sangat mencekam dari kedua orang di meja ini.
“ Saya mengawasi semua hal yang
berhubungan dengan tuan muda. Kalau anda penasaran apa saya memeriksa latar
belakang anda. Tentu saja, saya memeriksa semua hal tentang riwayat hidup anda.
Bahkan dari hal terkecil sekalipun.”
Helen ingin melemparkan gelas
minumannya ke wajah sekertaris Han.
“ Lantas kenapa? Kenapa kau
membiarkan aku masih bersama Saga dua tahun lalu?” gemetar-gemetar, antara
takut namun jauh lebih banyak kesal di hatinya. Selama ini dia ternyata di
awasi, tidak, dari awal dia sudah di awasi.
Laki-laki ini tahu semua hal yang
ku lakukan.
“ Kenapa? Walaupun saya tahu anda
rubah betina yang mendekati tuan muda hanya karena uang. Tapi saya membiarkan
anda, karena tuan muda benar-benar tulus menyayangi anda. Saat itu saya hanya perlu memastikan anda tidak berhubungan dengan
laki-laki lain dan menghianati tuan muda. Dan ternyata anda masih punya hati
nurani untuk tidak melakukan itu, saat bersama tuan muda. Padahal kalau anda
sedikit saja bermain mata dengan laki-laki lain pasti saya sudah menyingkirkan
anda dari dulu dengan mudahnya.”
Kalau aku menghianati Saga apa kau
akan membunuhku saat itu. Helen menarik tangannya ke bawah meja. Agar tidak
terlihat dia mencengkram tangannya sendiri. Menahan gemetar takut yang
tiba-tiba muncul.
“ Kau menjijikan sekali!”
Han tertawa mendengar makian Helen.
“ Kata itu bukankah lebih pantas
saya ucap kan untuk anda nona. Berhentilah bicara omong kosong tentang alasan
kepergian anda ke luar negri untuk menjadi pelukis, terkenal karena karya-karya
sendiri, selain karena anda pernah menjadi kekasih tuan muda apa anda pikir
bisa di terima semudah itu di dunia seni yang sekarang anda hidup. Saya tidak
tahu dari mana rasa percaya diri anda itu.”
“ Apa! memang itu alasanku pergi!”
berteriak mempertahankan sedikit saja harga diri. Beberapa orang menoleh karena
terganggu. Tapi tidak lama kembali ke makanan mereka.
“ Bagaimana dengan menikmati
kebebasan. Apa anda merasa berat dan tertekan mendapat kasih sayang tuan muda?”
Kasih sayang yang di berikan Saga sering kali berlebihan.
Helen tertawa memikirkan bagaimana
dulu Saga sangat menyayanginya. Bagaimana dia harus menjalani hidup sebagai
kekasihnya dengan banyak sekali aturan dan batasan yang tidak boleh dia lewati.
Saat itu Helen merasa ingin sejenak saja lari, dia akan kembali setelah dia
bebas menari dan berteriak di dunia luar sana. Dia berfikir setelah dia kembali
Saga tidak mungkin akan berubah, tapi ternyata semua tidak ada yang berjalan
sesuai ke inginannya.
“ Sekarang semua itu tidak penting
lagi!” Han bicara lagi. “ Anda sudah dibuang,” Wahh, hebat sekali sekertaris
Han, kamu memilih kata menyakitkan itu.
“ Apa salahku!”
“ masih bertanya dengan tidak tahu
malunya.” Jelas mencibir. “ Nona, anda sudah mengkhianati ketulusan cinta tuan
muda. Membodohi laki-laki yang memang terlihat bodoh seperti tuan Noah untuk
memuluskan rencana anda. Dan yang terakhir, berusaha mengoyahkan hati polos
nona Daniah. Itulah kesalahan terbesar anda.”
Helan menunduk semakin dalam. Dia
ingin berteriak karena kesal dan marah. Namun kata-kata itu seperti benar-benar
menamparnya.
Pelan Helen bicara.
“ Sampai sejauh mana Saga tahu, apa
dia tahu aku berselingkuh di belakangnya di luar negri.” Menatap Han sebentar,
lalu dia memalingkan wajah ke arah lain. Takut itu memasuki hatinya tanpa bisa
dia cegah.
“ Kalau tuan muda tahu, apa anda
masih punya kesempatan berlutut kemarin.” Suara Han mengiris keberanian Helen.
Laki-laki di hadapannya ini benar-benar sangat menakutkan. “ Nona, ini
peringatan terakhir dari saya. Menghilang saja lah, pergilah dari negara ini
dan jangan pernah kembali lagi kalau anda tetap mau hidup dengan nyaman.”
Aku mulai bosan berlama-lama
berurusan dengan mu.
Han mengeluarkan selembar cek.
“ Anggaplah ini sebagai kebaikan
terakhir tuan muda.” Han rasanya ingin melemparkan cek itu ke wajah Helen, tapi
dia hanya mengeser dengan tangannya. Helen melihat sekilas lalu dia tergelak. “
Tidak usah sok keren menolak nona, bukankah karena itu anda mendekati tuan
muda.”
“ Apa dia berbeda dengan ku.
Wanita kampungan itu.” Tidak perlu ada yang ditutupi lagi. Helen meraih selembar
cek itu. Melipatnya dan memasukannya ke dalam tas. Kalau dia sok keren menolak
cek ini, toh dia juga tidak akan mendapatkan apa-apa. Dia tidak mendapatkan
Saga ataupun uangnya. Sekarang dia sudah kehilangan harga diri, untuk apa harus
kehilangan uang juga pikirnya. Dengan tidak tahu malu dia masih menunggu
jawaban Han.
“ Kalian tidak bisa di bandingkan.
Nona kami terlalu berharga untuk dibandingkan dengan anda.”
Apa! sudah gila ya dia.
Helen mencengkram meja marah.
Bagaimana dia bisa dibandingkan dengan Daniah. Dari semua level jelas dia ada
di atasnya. Wajah, karir. Jelas-jelas Daniah ada di bawahnya.
“ Huh! Memang apa yang dia punya”
“ Ketulusan. Perasaan tulusnya pada
tuan muda.” Jawaban Han terdengar sangat serius. Membuat Helen merinding
sekaligus tergelak.
“ Haha, apa kamu bilang. Selain
kamu tidak mungkin ada yang tulus kalau berhubungan dengan Saga. Mereka pasti
punya maksud tersenbunyi.” Menyindir dirinya sendiri, dan mengangap semua orang
sama dengan dirinya ketika mendekati Saga.
“ Itulah yang membedakan anda dan
nona kami.” Han melihat jam di tangannya. Sudah cukup membuang waktu meladeni
wanita ini pikir Han. “ Sudah cukup saya
bicara dengan anda nona. Menghilanglah dengan tenang seperti angin. Jangan
pernah muncul di hadapan tuan Saga ataupun nona Daniah lagi. Anda tahu kan saya
tahu semua.” Seringai tipis seperti biasanya muncul. Menjadi akhir penutup
kalimat panjangnya.
Aku benar-benar ingin melemparkan
gelas ini ke wajahmu.
“ Tunggu! Satu pertanyaan lagi. Apa
Saga benar-benar mencintai Daniah?” menatap lurus sekertaris Han dengan
keberanian yang tersisa. Pertanyaan ini sangat penting dan akan di pakainya
sebagai landasan akan melakukan apa ke depannya nanti. Perihal hidupnya.
“ Karena tuan muda sangat mencintai
nona Daniah dan karena nona Daniah adalah wanita yang membuat tuan muda
bahagia. Saya akan melindungi nona muda kami dari apapun. Jadi berhati-hatilah
nona, sehelai rambut saja anda menyentuh nona kami, saya akan benar-benar
mematahkan jari-jari anda.”
Helen mencengkram tangannya.
Bagaimana sekertaris Han bisa paham maksud dari pertanyaannya. Dia benar-benar
merasa sakit hati dengan Daniah dan ingin melihat sedikit saja gadis itu
menderita. Tapi, hanya mendengar ancaman barusan sudah membuat semua pikirannya
buyar. Semua rencananya sudah gagal bahkan sebelum dia memulai.
“ Saya akan pergi. Ini hadiah
perpisahan untuk anda. Simpanlah! Rahasia
seharusnya tetap harus di sembunyikan. Untuk apa? agar sesuatu itu tetap
menjadi berharga kan.” Senyum jahat yang tidak bisa di jawab walaupun hanya
dengan bantahan sepatah kata pun. Han mendorong boks di atas meja, sampai ke
depan helen. “ Tapi, sepertinya anda belum bisa pergi. Masih ada seseorang yang
sepertinya penasaran dan inggin tahu, Helen si pelukis ini sebenarnya orang
seperti apa. ia kan tuan Noah.”
Helen langsung bangun dan memutar
kepalannnya. Dia melihat Noah duduk di kursi belakangnya dan pasti mendegar
semuanya.
“ Kau!” Nafasnya sudah tersengal
panik.
“ Ini balasan karena anda menyentuh
nona Daniah kemarin.” Bangun dari duduk.
“ Sepertinya kau niat sekali ya
ingin menunjukan kalau aku laki-laki bodoh.” Noah juga bangun dari tempat
dudukya, berjalan mendekat. Berdiri di hadapan Han.
“ saya tidak tahu anda di sini
tuan. Kalau tahu saya pasti akan berhati-hati bicara.”
Kurang ajar, jelas-jelas kau
melihatku tadi. Kau bahkan mulai melancarkan aksimu setelah aku datang kan.
Noah melihat Han meninggalkan
mereka, pergi dengan kemenangan.
“ Noah!” helen meraih tangan Noah.
Wajahnya sudah berubah menghiba. Namun ntah kenapa hati laki-laki itu seperti
kebas. Dia tidak merasa kasihan sama sekali.
BERSAMBUNG