Pagi hari ini cuaca cerah di
kalahkan semangat dan keceriaan Daniah. Dia punya energi berkali lipat dari
biasa dia berangkat bekerja. Bagaimana tidak, setelah seminggu akhirnya dia
bisa kembali beraktifitas normal seperti biasanya.
Daniah sudah ada di dalam mobil
yang melaju dengan kecepatan sedang. Leela selalu terlihat ceria setiap waktu,
menyegarkan suasana.
Daniah menampar kaca mobil dengan
pandangannya, pikirannya jauh berlarian ke masalah Jenika semalam. Dia bahkan
belum mencoba bertanya pada Raksa, semalam dia tidur dalam pelukan suaminya
setelah bicara dengan Jen.
Sudahlah! Kita selesaikan satu
persatu. Tuan Saga juga berjanji membantu menjelaskan pada Jen nanti. Walaupun
caranya masih membingungkan. Dia mau memberi waktu Jen untuk berjuang. Aaaa,
tapi kalau hanya membuat jen terluka bagaimana. Baiklah, aku akan coba bicara
dengan Raksa nanti.
Daniah menoleh pada pada Leela yang
masih fokus mengemudi.
“ Leela, nanti ingatkan aku untuk
menonton tv ya. Katanya tuan Saga akan ada interview langsung. Aku di suruh
menonton, kalau perlu di suruh merekam. Kalau kau sampai tidak nonton, habis kau nanti malam. Begitu dia mengancamku
tadi. Hiks. Memang mau pamer apa lagi
si.” Sudah mengeluh pagi-pagi pada Leela. Teringat pesan Saga saat dia
mengantarnya memasuki mobil pagi tadi.
“ Ia nona, nanti saya pasti
ingatkan.”
Kalau sampai nona tidak menonton
saya pasti di hukum di kirim ke antartika untuk membuat patung es, atau bahkan
lebih parah dari itu.
“ Maaf ya Leela karena aku kamu
harus bekerja seperti ini. “ Daniah terdengar serius dengan ucapannya. Setelah bertanya
pada Jen, dia sedikit tahu kalau sebenarnya Leela termasuk jajaran penting dan
orang kepercayaan tuan Saga. Tapi karenanya, dia harus menjadi sopir seperti
ini.
“ Kenapa nona minta maaf, pekerjaan
saya ini sangat penting di mata tuan muda.” Leela menjawab ringan, tanpa merasa
terbebani sedikitpun. Dia seperti mengatakan, saya senang dengan pekerjaan
saya. “ Saya bahagia kalau bisa menjalankan tugas yang tuan muda berikan untuk
saya.” Lagi-lagi kata-kata Leela terdengar sangat tulus.
“ Tapi kan tetap saja, seharusnya
kamu ada di perusahaan kan, bukannya bekerja seperti ini. Apa mau aku bicara
pada tuan Saga, supaya kamu di pindah tugaskan di tempatmu yang seharusnya.”
Aku tahu kamu salah satu pegawai
penting di Antarna Group, bagaimana bisa kamu cuma bersamaku seperti ini.
“ Tidak apa-apa nona, sebenarnya
kalau sampai nona mengatakan pada tuan muda untuk menganti saya, malah saya
akan mendapatkan hukuman nanti.” Tersenyum.
“ Kenapa?” Daniah jelas protes,
kenapa Leela harus di hukum.
“ Karena saya tidak bisa belerja
dengan baik, jadi nona minta ganti sopir dengan yang lain. Mungkin saya
benar-benar akan di buang ke pedalaman desa untuk instropeksi diri.”
Daniah langsung syok mendengar
kata-kata Leela.
“ Hei, tidak mungkin kan. Memang
tuan Saga sejahat itu.” Menyentuh bahu Leela. “ Aku tidak akan mengatakan
apa-apa di depan tuan Saga. Maaf ya, kalau aku selalu menyusahkanmu.”
Ya ampun nona benar-benar polos
sekali. Tapi benar-benar mengemaskan si. Berbeda dengan helen, anda sungguh
jauh berbeda dengan wanita yang dulu dekat dengan tuan muda. Dan ntah kenapa
saya senang sekali karena anda, karena nona lah yang harus saya layani, bukan
wanita itu.
“ Leela sudah punya pacar?” tepat
mobil memasuki halaman ruko. Daniah
sudah membuka pintu mobil sendiri.
“ Saya sudah menikah nona.”
“ Apa!”
Menutup pintu lagi. Daniah menatap
Leela serius.
“ Benar-benar sudah menikah!”
protes tidak percaya. Leela masih terlihat seperti anak-anak bebas yang sedang
menikmat hidupnya. Sementara Leela hanya mengangukan kepala lalu keluar dari
mobil. Berjalan cepat membukakan pintu mobil untuk Daniah.
“ kenapa anda kaget begitu nona?
Sejujurnya usia kita sama, hanya berbeda bulan saja. Tapi kita lahir di tahun
yang sama.” Menjelaskan.
Hah! Benarkah. Dia yang terlihat
imut atau aku yang terlihat lebih tua dari usiaku.
“ Tapi nona malah jadi terlihat
seperti usianya di bawah saya ya?” tertawa ceria. Mengikuti langkah kaki
Daniah.
“ Hei, berbohong juga ada
batasannya Leela, jangan bicara sembarangan.” Mendorong bahu Leela, malu
sendiri dengan yang di katakan leela.
Memang aku terlihat semuda itu apa.
Sudah seperti anak-anak yang di
tinggal kabur orang tuanya, dan sekarang melihat ibu mereka berdiri di depan
pintu sambil tersenyum lebar. Antara kesal dan kangen membuncah menjadi satu.
Mereka meninggalkan pekerjaan mereka masih-masih dan datang memeluk Daniah.
Tika yang paling lama. Sampai Daniah menepuk-nepuk punggungnya dia baru
melepaskan pelukannya. Leela menonton adegan itu frustasi. Tapi tetap tidak
melakukan apa-apa, karena merasa nonanya juga terlihat tidak terganggu. Dia malah
terlihat sama bahagianya.
Leela sudah sedikit memperlebar
sentuhan yang di izinkan untuk sesama perempuan. Walaupun dia masih menunjukan
sorot mata tidak suka.
“ Terimakasih Tika, kamu sudah
bekerja sangat keras seminggu ini.” Giliran Daniah yang meluapkan harunya.
Bagaimanapun dia sudah menyerahkan tanggung jawab toko sepenuhnya pada Tika.
Selama seminggu ini Tika sudah menghandle banyak sekali pekarjaan. “
Terimakasih ya.” Puk, puk menepuk punggung Tika dengan penuh terimakasih.
“ Tapi mbak Niah sudah sehat
beneran kan?” Masih terlihat cemas.
“ Hehe, ia aku sudah baikan.”
Daniah terpaksa berbohong mengatakan kalau dia sedang tidak enak badan. Jadi tidak
bisa datang ke toko. Tidak mungkin kan kalau dia mengaku di hukum suaminya
karena ketahuan minum pil kontrasepsi.
Jiwa-jiwa polos karyawanku.
“ Jangan-jangan mbak Niah lagi
hamil ya!” Celetukan seorang karyawan langsung di sambut keributan. Membuat
hati daniah ngilu. Membicarakan kehamilan hanya mengingatkannya tentang pil
kontrasepsi yang dengan beraninya dia telan. Walaupun masalah itu sudah lewat,
namun kalau mendengar kata hamil maka otomatis kata pil kontrasepsi akan ikut
menempel di belakangnya dia masih sedikit trauma.
“ Tidak-tidak. Aku belum hamil.
Benar, kemarin hanya tidak enak badan. Sudah bubar semua ayo mulai kerja.”
Mendengar instruksi itu mereka langsung bubar dan mulai bekerja lagi. Tidak
merasa aneh ketika melihat Leela langsung bergabung tanpa canggung seperti
biasa. Padhal dia juga sebenarnya tidak pernah datang selama Daniah tidak
datang, tapi ntah kenapa para karyawan Daniah tidak merasa aneh dengan itu.
Sambil bekerja mereka juga masih sibuk berbincang tanpa canggung.
Daniah mengikuti Tika dan karyawan
lainnya naik ke lantai dua. Menerima laporan pertanggung jawaban yang di
berikan Tika selama seminggu ini. Beserta semua catatan omset dan pengeluaran
uang untuk membayar semua barang suplayer yang masuk selama Daniah tidak ada.
“ Mbak Niah sudah sehat benar?
jangan memaksakan diri.” Tika mengulang pertanyaan yang sama lagi.
“ Aku benar-benar sehat luar biasa
Tika, jangan cemaskan aku. Aku juga kangen mau bekerja.” Aku kangen kalian
tahu, begitu pekik hati Daniah.
“ Tapi seminggu gak ketemu mbak
Niah sudah kelihatan jauh berbeda lho.” Tika menyengol dagu Daniah girang.
“ Apa?” meraba pipi dan wajahnya
sendiri.
“ Mbak Niah kelihatan jauh lebih
cantik. Hehe.Ciee, jangan-jangan bukan sakit ya, mbak Niah bulan madu yang ke
dua dengan tuan Saga ya. Cieeee, mana oleh-oleh nya.” Tertawa sendiri
seenaknya, yang lainnya sudah ikut-ikutan berisik dan ber cieee, cieee.
Daniah Cuma bisa tergelak. Tapi semburat
malu muncul juga di wajahnya.
Ia, kami bulan madu si tapi cuma di
dalam kamar.
“ Sembarangan. Mana ada yang
begituan.” Menyudahi gelak tawa Tika, sampai harus di tutup mulutnya,
untuk menghentikannya mengoda.
Siang bergulir dengan cepat. Aktivitas
rutin di ruko berjalan dengan lancar. Saatnya makan siang. Tika mengikuti
langkah Daniah saat dia mengajaknya untuk membeli makan siang. Sementara Leela
mengikuti tanpa di minta. Walaupun tidak di inginkan dia tidak tahu malu dan
mengekor kemana Daniah melangkah. Mereka sudah membeli banyak sekali makaan.
Semua tangan memegang bungkusan makanan. Termasuk cilok yang di rindukan Daniah selama seminggu ini.
Waktunya makan siang. Jangan lupa
makan siang ya, rehat dari aktivitas dulu sebentar dan makan.
Semua sudah berkumpul di lantai dua
sambil menghadapi makanan masing-masing.
Tv sudah menyala sedari tadi. Acara yang akan menampilkan Saga sudah di mulai
dari tadi. Tapi laki-laki itu belum muncul. Acara penting yang harus di tonton Daniah. Dia
bahkan sudah di ancam tadi bahkan di suruh merekam segala.
Dia mau apa si, apa aku di suruh
evaluasi penampilannya nanti. Cih. Aku kan tinggal jawab ia kamu tampan sekali
suamiku. Bereskan. Hehe. Tapi dia gak akan ngasih pertanyaan tentang apa yang
dia omongin di tv kan. Memang dia mau ngomong apa nanti. Bisnis, mana aku tahu
perihal begituan kan.
Makan sambil berfikir keras.
“ leela, apa kamu bisa merekamnya
nanti kalau pas tuan saga Live?” Daniah menyengol Leela di sampingnya. Ngeri
dengan pikirannya yang sudah berlarian kemana-mana. Kalau sampai dia ditanya
tentang isi pembicaraan Saga bisa barabe kalau dia tidak bisa menjawab.
“ Baik nona.”
Leela meletak kan makanannya lalu
berjalan mendekat ke tv. Tidak tahu apa yang dia lakukan. Yang lain juga tidak
terlalu memperhatikan. Sibuk dengan pembicaraan mereka dan makanan mereka juga.
“ Sudah nona, nanti kalau tuan Saga
live sudah terekam.”
“ Hah, memang apa yang kamu lakukan
tadi?”
Selama ini dia nonton tv ya cuma
nonton aja, memang bisa ya sekarang tv di pakai merekam.
“ Leela nanti kamu bantu
ingat-ingat apa yang di bilang tuan Saga ya.” Bicara pelan di samping telinga
Leela. “ Perasaanku mengatakan dia bakal bilang aneh-aneh terus mengetesku.”
“ Ia nona. Tapi nona tidak bisa
menjawab juga pasti tidak apa-apa.”
Hei, kamu tidak tahu kan kalau dia
sedang kesal di tempat tidur bagaimana kelakuannya.
“ Pokoknya bantu aku mengingat apa
yang dia bilang ya.” masih menarik lengan Leela meminta kepastian bantuan.
“ Ia nona.” tersenyum hangat meyakinkan.
Kalau anda sepolos ini di depan
tuan muda, pantas saja dia sangat tergila-gila pada anda nona. Saya bahkan
tidak perlu mencatatnya, yang di sampaikan tuan Saga nanti pasti akan anda
ingat seumur hidup anda.
Leela menghabiskan makanannya, sambil melihat layar tv.
BERSAMBUNG