Daniah berlari sampai nafasnya tersengal
menaiki tangga. Pikirannya buyar saat dia mengingat kata-kata Han, waktu
menunggu tuan Saga tinggal lima menit lagi. Di waktu sesempit itu, untuk
berlari dan juga berfikir. Sepertinya hanya bisa ia pakai untuk mengerahkan tenaga
di kakinya, isi kepalanya tidak sempat memikirkan apapun.
Sial! Kenapa aku bisa mengalami
kejadian seperti ini lagi si.
Gubrak! Tubuh Daniah membentur pintu, membuka pintu pintu keras dengan tubuhnya.
Terengah-engah sambil memegang handle pintu yang terbuka. Dia seperti
mengantung di handle pintu, saat pintu berderik pelan. Dia menoleh ragu,
melihat seseorang sedang duduk bersandar di sofa sambil memangku kaki kirinya.
Saga meraih hp di atas meja. Lalu
melemparkannya kembali setelah mematikan timer.
“ Kau selamat, masih ada tiga detik
lagi.” Katanya dengan pandangan menghancurkan. Daniah bahkan tidak punya
keberanian untuk sekedar tersenyum mengodanya.
Gila! Dia menakutkan sekali. Dia
bahkan memasang timer!
Daniah berdiri mengatur nafasnya
pelan. Merapikan rambutnya. Nafasnya menunjukan kalu dia sudah berlari dengan
kekuatan penuh barusan. Ragu dia berjalan mendekat. Meletakan tasnya di kursi.
“ Sayang..” Menyapa pelan sambil
duduk di sofa. Memilih sofa yang bukan diduduki Saga. Dia mengelus dadanya
sendiri, mengusir gelisah sekaligus menenangkan diri. Tapi tetap, tidak berani
bersitatap mata dengan suaminya.
“ Kemari!”
Tidak mau!
Tubuh Daniah tidak mau bergerak,
dia berpegang pada pinggiran Sofa. Hari ini dia sudah melakukan kesalahan fatal
di mata suaminya. Dia bahkan berfikir untuk pura-pura pingsan karena kehabisan
nafas tadi. Tapi melihat sorot mata kesal Saga membuatnya mengurungkan rencana
apapun di kepalanya.
Dia benar-benar murka.
“ Kemari!” Dia menepuk sofa di
sebelahnya lagi “ Sebelum aku benar-benar tidak bisa menahan diri.”
Daniah langsung beringsut dari
sofanya, berpindah tempat. Wajahnya mulai pias.
“ Sayang, maafkan aku. Aku mampir
sebentar ke rumah Aran.” Menjelaskan, sedang memutar otak supaya tidak tampak
kalau ini kesalahan Aran. “ Ibunya sedang kurang sehat karena merindukan Aran.”
Maaf Aran aku sedikit berbohong
untuk menyelamatkanmu.
“ Karena aku memberimu kebebasan
kau mulai berani ya sekarang.” Tubuh Daniah merinding mendengar cara Saga
bicara, dia mundur sejengkal saat Saga menyentuh dagu dan lehernya. Dia mengulang
kata maafnya lagi dan lagi. Tapi sepertinya suaminya tidak bergeming. Tangannya
masih ada di posisinya yang tadi. “Aku hanya mengizinkanmu pergi bekerja, apa kau masih belum paham itu artinya?”
Aku tau, artinya aku tidak boleh
pergi kemanapun selain ke ruko.
“ Maaf.” Hanya kata itu yang bisa
di pikiirkan Daniah sekarang. Alasan apapun yang keluar dari mulutnya akan
semakin membuat suaminya marah. “ Sayang aku.”
Bagaimana ini.
Melumerkan kekesalan Saga mungkin
tidak akan semudah biasanya. Dia merasa terkhianati, bukan hanya sekedar
aturannya yang dilangar. Hari ini dia sengaja membatalkan semua jadwalnya karena
ingin memberi Daniah kejutan kemunculannya di ruko. Tapi ternyata dia yang
dibuat terkejut karena istrinya ternyata tidak ada di tempat.
“ Mbak Niah baru saja pergi tuan.”
Ucapan Tika sudah menyambar semua pembuluh
kesabarannya. Kalau Han tidak mencegahnya, mungkin dia sudah menutup ruko milik
Daniah selamanya detik itu juga.
“ Karena hanya sebentar, aku
berfikir akan langsung pulang, sebelum kamu sampai di rumah.” Takut-takut
Daniah meraih tangan Saga. Tapi laki-laki itu menepisnya.
Aaaaaaaa, bagaimana ini. Dia bahkan
menepis tanganku.
Saga mencengkram dagu Daniah,
mendorong istrinya sampai tersudut di ujung sofa.
“ Apa kau minta izin padaku?
Tidakkan? Kenapa?”
Glek. Daniah menelan ludah. Dia
tidak minta izin karena merasa akan sangat merepotkan dan belum tentu mendapat
izin.
“ Karena kau menduga aku tidak akan
mengizinkanmu!” Daniah mengigit bibirnya kelu. Isi pikirannya bisa mudah sekali
di tebak. Di saat ia kebinggungan mencari alasan, wajah saga merapat di
depannya. Membuat dia berpaling karena tidak mau bersitatap dengannya. “Jawab!” sudah setengah berteriak, sampai membuat nyeri telinga.
“ Ia.” Sambil memalingkan wajah
menjawab. “ Sayang, aku hanya sebentar di rumah Aran, itupun aku hanya bertemu
dengan ibunya. Aku bersumpah. Bercayalah padaku.”
Sakit!
Saga melepaskan tangannya saat
melihat Daniah merintih. Lalu terdengarlah bunyi hp di tas Daniah. Dia menoleh
pada tas kecil di sofa.
“ Siapa itu?”
Kumohon, kumohon berhentilah
berbunyi.
“ Mungkin hanya anak-anak di ruko
sayang. Kamu tahukan aku juga hanya sering berhubungan dengan mereka.”
Saga mengangkat tangannya memberi
isyarat Daniah menyerahkan hp di tas.
Bagaimana ini, kalau itu pesan dari
Abas, tamatlah riwayatku.
“ Aku akan membalasnya nanti.”
“ Ambil!”
Lihat, apa yang coba kau
sembunyikan dariku. Kau bahkan semakin terlihat panik sekarang. Saga menatap tajam tas kecil itu.
Saga mengoyangkan tangannya supaya
Daniah segera bergerak meraih tasnya. Daniah memasukan tangan, sambil pura-pura
mencari. Bergumam pelan karena belum
menemukan hpnya. Melihat ke arah Saga yang mulai tidak sabar. Tangan Saga
kembali mengantung di udara.
Tamatlah riwayatku.
“ Berikan tasmu!”
“ Ketemu! Ini dia.” Pasrah.
Daniah mau membuka layar depan,
melihat isi hpnya sebelum dia serahkan pada Saga. Berharap itu bukan pesan dari
Abas.
“ Berikan padaku Niah Sayang.”
Tidak berani lagi membantah, di berikannya
hp dengan tangan kanannya. Sekarang benda kecil itu sudah berpindah tangan.
Saga menghidupkan layar depan yang menampilkan fotonya.
Dia tidak menganti foto depannya
rupanya.
“ Buka!” di sodorkan hp itu di
depan wajah Daniah agar gadis itu membuka lockscreen. Karena tidak mungkin
mengelak akhirnya tangannya bergerak membuka kunci pengaman hp.
Habislah aku!
Saga sudah mau membuka hp, ketika
Daniah dengan suara bergetar sambil menundukan kepala bicara.
“ Kenapa?” Ucapnya lirih, membuat
Saga menghentikan tangannya. “ Kenapa kau sama sekali tidak pernah percaya
padaku.”
Apa ini berhasil? Sambil melirik hp di tangan Saga.
Saga meletakan hp di tangannya
dengan keras ke meja. Membuat benda kecil itu bergetar. Sepertinya layar depan
hp itu pecah membentur meja kaca. Daniah sampai terlonjak, tapi dia bernafas
lega karena itu mencegah Saga membuka pesan di hpnya.
“ Kau bilang apa?”
Takut-taku Daniah mendongak. “ Kenapa
kau tidak pernah percaya padaku.”
“ Depertinya kau mulai melebihi batas ya.” Menunjuk pundak Daniah dengan jarinya. “ Apa maksudmu?”
Marah.
“ Sayang.” Daniah menciut sudah
memprovokasi. Tapi dia harus
melakukannya, kalau sampai pesan Abas dibaca olehnya, yang terjadi akan lebih
dari ini.“ Kau tahukan aku tidak akan pernah menghianatimu.”
Aku tidak akan punya keberanian
untuk melakukannya. Sampai hari ini sedikit saja kau marah aku saja masih takut
kau akan melampiaskan semuanya pada keluargaku. Jadi bagaimana mungkin aku
berani menghianatiku.
“ Jadi kumohon percayalah padaku.”
“ Percaya padamu?” menuding bahu
Daniah lagi. “Bagaimana aku bisa percaya padamu, di belakangku kau bicara
dengan mantan pacarmu. Padahal kau tahu aku benci kau bicara dengan laki-laki
lain. Dan sekarang, kau minta aku percaya padamu.”
“ Kami hanya bicara sayang.”
“ Tutup mulutmu!” Daniah mengigit
bibirnya. “ Hanya bicara, lalu kau mau melakukan apa kalau aku tidak
melihatnya.”
Terdiam.
“ Kau juga punya Helenkan? Kau juga
punya mantan pacar jugakan.” Akhirnya pecah juga, selama ini Daniah selalu menahannya dalam hati.
Saga mendesah kesal.
" Kau juga bisa bicara bebas dengannya." Suara Daniah terdengar ketus." Kenapa hanya aku yang di curigai dan dituduh tidak setia." Padahal jelas-jelas menghianati tuan muda, tidak setia, tidak pernah terpikirkan sedikitpun di kepala Daniah.
" Tutup mulutmu! Kau benar-benar berani ya!"
“ Lihat, kau selalu marah kalau
nama Helen di sebut di depanmu. Kenapa?” Daniah semakin tersulut. Baginya mantan
pacar hanyalah masa lalu, bagian dari kenangan. Tidak ada arti yang lain. Tapi
bagi suaminya dia merasa mantan pacar masih memiliki arti. “ kenapa,
jawab.” Daniah mendorong tubuh Saga dengan berani. “Karena kau masih menyukainya, makanya kau marah kalau dia disebut. Kau masih memiliki
kenangan di hatimu untuk Helenkan?”
Aku pasti sudah gila! Daniah mencengkram pinggiran sofa. Saat tubuhnya jatuh mendarat tepat di sofa. Melihat mata kesal Saga yang tidak mau berpaling. Nafasnya naik turun dengan cepat.
Aku semakin membuatnya marah.
Bersambung