Aran nyaris tidak bisa memejamkan
matanya, dia mengantung hp pribadinya tepat di depan wajah. Sebuah foto yang
dikirimkan ibu dibumbui dengan berbagai pujian mengenainya. Setelah Aran
bersikeras menolak kalimat bijak yang keluar dari mulut ibu berubah menjadi
ancaman mematikan.
Tampan si, dia juga terlihat baik.
Ibu bilang kehidupan keluarganya juga baik, pekerjaannya cukup mapan.
Membolak balik hp di tangan, sambil mengambil bantal untuk duduk bersandar di tempat tidur. Mengingat lagi apa yang ibu sampaikan tadi saat menelfon.
“ Lihatlah dia, apalagi yang kurang
darinya Arandita.” Suara ibu berapi-api dengan semangat. "Dia juga tidak kalah tampan dari orang itu." Paham, siapa yang dia maksud dengan kata pengganti orang itu.
“ Ibu!” Sanggahan pertama.
“ Jangan membandingkannya dengan
sekertaris Antarna Group, mereka tidak sebanding. Laki-laki yang di jodohkan
ayahmu jauh lebih baik dari semua hal. Hemmm, ya kecuali uangnya.” Suara ibu
terdengar kesal saat menyebutkan kelebihan Han yang tidak bisa terbantahkan. “Tapi dia lebih baik daripaada orang yang sudah menghancurkan
masa depanmu!” Tanda jelas kalau ibu benar-benar tidak menyukai sekertaris Han
sekalipun wanita itu belum pernah bertemu langsung dengannya.
“ Ibu!” Menolak kedua kali dengan panggilan yang lebih keras.
“ Kau bisa pulangkan? Mintalah izin
pada nona Daniah. Ibu akan menyiapkan semuanya, kamu tingal bertemu dan kenalan
dengannya langsung.”
“ Tidak mau!” menjawab tegas.
“ Anak ini!” Bahkan sekarang suara
Ayah Aran terdengar juga, ibu sedang mencari bala bantuan. “Dengar kata ayahmu
Aran, kamu juga sudah tidak muda lagi, paling tidak bertemu dengannya dulu baru
buat keputusan.” Agak melunak suara ibu.
“ Ibu, aku tidak mau. Sudah kubilang
aku akan melunasi pinjaman rumah dan mengumpulkan uang baru memikirkan menikah.”
Aran bergulingan di tempat tidur, membuat sketsa sebuah wajah dipikirannya tervisualisasi
lewat jemarinya di udara.
“ Kau mau aku menunggu di depan
gedung Antarna Group?” Akhirnya mengancam lagi, karena anaknya keras kepala.
“ Ibu!”
Selalu memakai kalimat itu sebagai
senjata, memang aku bekerja di gedung itu apa sampai kau mau menungguku begitu. Kau mau membawa sapu juga?
“ Ibu akan buatkan jadwal pertemuan
kalian, minta izin pada nona Daniah untuk pulang.”
Bagaimana aku minta izin di situasi
genting begini! Bahkan aku saja belum selamat seratus persen.
“ Kalau kau masih mengharapkan
sekertaris Antarna Group itu, suruh dia datang ke rumah. Ibu akan menyambutnya
dengan tangan terbuka kalau dia datang.” Dengan sebatang sapu tentunya,
gumam-gumam geram di ujung telfon saja. “ Ibu tunggu kabar darimu Aran, atau
ibu benar-benar akan menunggu di depan gedung Antarna Group.”
“ Ibu, aku itu tidak bekerja
disana.”
Apa! dia mematikan hp. Dasar ibu!
Aran menurunkan tubuhnya untuk berbaring, menarik selimut.
Apa aku coba saja ya, toh tidak ada ruginya sama sekali.
Hubungannya dengan sekertaris Han baru sebatas benang tipis. sekeras apapun dia berusahaa memperjuangkannya tidak ada jaminan ke depannya semuanya akan lebih baik. Kebahagiaan tuan Saga adalah tolak ukur yang dipakai sekertaris Han. Dan kata bahagia itu begitu abstrak. Di mata Aran yang sederhana, tuan Saga sudah terlihat sangat bahagia bersama nonanya.
Aaaaaa, tapi aku tetap masih belum rela berpaling. kenapa aku bisa menyukai orang sepertimu si!
Cinta selalu membuat orang keras kepala.
Mata Aran terlihat agak sembab, sepertinya dia benar-benar tidak tidur dengan nyenyak semalam. Saat apel pagi dan mengerjakan tugasnya dia terlihat menguap beberapa kali. Sarapanpun masih tidak bersemangat. Perjodohan dan cinta selalu menjadi benang rumit yang membingungkan.
Makanan di piringnya belum habis saat senior wanita memanggilnya.
" Aran."
" Ia kak!" mendongakkan kepala lesu.
" Sekertaris Han memanggilmu."
" Apa!" matanya langsung terbuka. Membereskan sarapannya dengan tergesa lalu meninggalkan rumah belakang dengan bergegas.
Setelah kejadian waktu itu, ini
kali pertama sekertaris Han bicara dengan Aran. Gadis itu masih duduk diam
dengan tangan di bawah meja.
Dia mau bicara apa? kenapa diam begitu. Huh! dia masih sama dinginnya seperti biasanya. Ibu, sepertinya benar aku harus memilih perjodohan daripada orang ini.
“ Kau baik-baik saja?”
Menyebalkan! kenapa bicara lembut begitu? Membuat orang bimbang saja.
" Ia tuan. Terimakasih masih memberi kesempatan saya bekerja di sini." Masih memilin tangannya sendiri di bawah meja. "Maaf."
" Kenapa minta maaf?"
Kenapa ya? Kenapa aku minta maaf ya?
“ Karena saya sudah membuat tuan Saga marah, padahal tuan sangat tidak suka hal itukan?"
“ Aku senang kau bertahan di sini."
Eh, hei curang ini namanya. aku sudah memilih mau datang ke perjodohan tadi!
Dan hati Aran mudah sekali bimbang dengan kata-kata sederhana itu, padahal sejak pagi timbangan di hatinya sudah condong ke arah perjodohan. Tapi sekarang, ukurannya kembali seimbang.
" Apa tuan benar-benar senang saya memilih tinggal daripada di pecat?" Aran memberanikan diri menatap lekat mata sekertaris Han. mencari jawaban jujur di sana.
" Tentu saja, kalau kau pergi." Jantung Aran berdetak sedikit kencang, menunggu Han meneruskan kalimatnya. "Aku akan direpotkan mencari penggantimu. Padahal pekerjaan di Antarna Group sedang sangat banyak."
Aku akan datang ke perjodohan ibu! aku bersumpah!
Mengumpat kesal di dalam hati. Sambil meremas jemari di bawah meja sambil membayangkan meremas wajah sekertaris Han.
" Haha, tentu saja. Aku sudah meringankan beban pekerjaan anda tuan."
Aku akan datang keperjodohan ibu. Aku akan datang. Persetan dengan orang di depanku ini.
“ Sekarang kita bahas pekerjaanmu ke depannya.” Han menngambil amplop
coklat yang ada di meja, melemparkan ke depan Aran. “ Jadwal nona minggu
ini. Kau sudah bisa mulai bekerja lagi.”
“ Benarkah.” Mengambil amplop ragu.
“Apa tuan Saga sudah tidak marah.”
“ Masih.”
Aaaaa, kenapa aku bertanya si.
Membuat takut saja.
“ Kalau kau melakukan kesalahan
lagi, habislah kau, mungkin bulan ini akan jadi bulan terakhir kau menerima gaji”
Aran tidak menjawab, dia memilih
membuka amplop dan mengeluarkan lembaran kertas di dalamnya. Memikirkan perkataan Han saja sudah membuatnya lesu. Lembaran kertas jadwal harian nona
Daniah.
“ Nona akan pulang ke rumah
orangtuanya. Adik perempuannya mau menikah. Akan ada banyak orang yang di temui nona, kau tahu apa yang harus
kau lakukan?”
Apa! Apa! Kenapa mencari uang itu
susah sekali begini si.
Aran sudah membayangkan apa yang
akan terjadi disana. Keramaian, keramaian dan keramaian. Dan semua hal yang tidak di sukai tuan Saga.
Aaaaaaa. Aku mau datang keperjodohan saja kalau begini.
Epilog
" Pergilah, selesaikan pekerjaanmu!"
" Baik tuan." Aran sudah bangun, mengambil amplop di meja. Mengeser kursi ke bawah meja dengan rapi lagi seperti semula. " Saya permisi."
" Hemm." Sudah berjalan dua langkah. " Tunggu!" Aran berbalik penuh tanda tanya.
Mau apa lagi dia?
" Apa ibumu berjualan sapu?"
Hah! dia bertanya apa si. Aran mengeleng binggung.
" Apa dia kolektor sapu?"
Hah! pertanyaan apa lagi itu. Aran masih menggeleng.
" Kenapa?"
" Pergilah!"
Cih, dia bahkan tidak memberiku kesempatan bertanya. Aran meninggalkan ruangan dengan pikiran tentang sapu ibunya.
Lalu kenapa nona bilang kalau ibunya mau menyambutku dengan sapu kalau sampai aku datang ke rumahnya? Rupaya Han masih memikirkan tentang sapu ibunya Aran.
Dia mengeluarkan hp di sakunya. mengetikan sebuah pesan.
" Berikan aku informasi penting tentang....."
Bersambung
Hallo, apa kabar semua?
Alhamdulillah bisa update, mohon maaf semua baru bisa update sekarang. Dan maafkan jika kurang optimal. Terimakasih yang sudah menunggu dengan sabar dan tetap berkomentar positif. Semoga kalian selalu mendapat kebaikan di bulan penuh berkah ini.
Sudah sampai di 15 Ramadhan semoga target ramadhan kalian semua tercapai ya, dan badai pendemi segera berlalu. Semoga semua sehat dan selalu bahagia.
Catatan author:
Menuju episode-episode final musim kedua. Terimakasih ^_^