Chapter 248 Tingkah Aneh Daniah

Han terlihat kembali duduk ke

kursinya setelah Saga kembali dengan dua cup es cream yang salah satunya di

sodorkan padanya.

Apa tuan muda sedang menertawakan

kesendirianku? Sampai dia memberiku es cream ini.

Dipandanginya cup es cream berharga pemberian Saga

itu, lalu perlahan menikmatinya. Sesuap demi sesuap. Sambil merasai angin yang berhembus dan

melihat dedaunan pohon yang berjatuhan di atas danau. Mendengar suara kedua

pasangan yang sedang menikmati es cream, jangan membayangkan adegan romantis

sepasang kekasih di bawah langit senja menikmati es cream yang hanya semangkuk untuk bersama.

Karena rasanya itu mustahil terjadi walaupun dalam suasana sore yang teduh ini.

“ Kau sudah bosan hidup ya?”

Terdengar suara Saga yang setengah berteriak. “ Sudah kubilang aku tidak suka

makanan manis begitukan.” Saga masih mengunci bibirnya saat sesendok es cream

penuh toping ada di depan mulutnya. Coklat leleh yang mengumpal di atasnya

terlihat manis mengoda, tapi tidak baginya. Daniah mendelik sambil

mengkerucutkan bibir kecewa.

Tadinya saat melihat sepasang muda

mudi membawa es cream yang mereka makan sambil berjalan terlihat sangat nikmat

sekali. Sedangkan saat Saga membawakan ke hadapannya ntah kenapa seleranya

menghilang. Dan yang ingin ia lakukan hanya melihat Saga menghabiskan es cream

itu. Rasanya nikmat melihat orang lain makan, tapi dia sendiri tidak mau.

“ Ayo buka, akukan mau menyuapimu

sayang.” Tidak perduli dengan penolakan Saga. Ditempelkan sendok ke bibir. “

Ayo buka mulutmu sayang.” Ulangnya lagi dengan mengoyangkan kepala bersikap semanis mungkin. Akhirnya setelah tertawa melihat tingkah Daniah,   bibir itu terbuka, hup satu sendok besar es

cream lumer di mulut Saga di sambut tawa senang Daniah.

Kenapa aku sesenang ini ya melihatnya makan es cream. Lagi, lagi ayo suapi dia lagi sampai habis. Hahaha.

“ Kau bilang mau es crem kenapa kau

cuma makan sesendok dan aku yang menghabiskan.” Merebut mangkok es cream yang

sudah hampir separuh isinya pindah ke perutnya. “ Kau benar-benar mau menguji

kesabaranku yang Niah... sayang." Dengan nada kesal bicara. " Sudah menyuruhku antri membelinya sekarang kau tidak mau makan lagi.” Sesendok besar sudah menempel di bibir

Daniah. “Buka mulutmu.” Daniah mengeleng keras. Mengeryit melihat es dalam sendok. “Atau kucium kau sampai kehabisan nafas.” Mulut Daniah langsung terbuka mendengar ancaman itu. Hup, satu sendok lumer di

mulutnya. " Nah, begitukan manis."

“ Hemmm" Merinding karena es cream lumer di mulutnya. Tapi wajahnya langsung berbinar cerah. " Enak. Lagi sayang.” Sekarang saat di suapi, ternyata enak juga gumam Daniah semangat.

Han melihat drama di depannya

sambil menggigit sendok, suapan terakhir es cream di cupnya. Dikeluarkan hp dari saku bajunya.

“ Dokter, kapan jadwal pemeriksaan

rutin nona Daniah dengan dokter kandungan?” Tersambung dengan dokter Harun yang sedang berjalan di koridor RS. Sepertinya dia mulai menduga

sesuatu, melihat sikap Daniah seharian ini rasanya ada yang aneh dengan nona mudanya.

“ Seminggu lagi. Kenapa? Mau kumajukan

jadwalnya?” Tanya dokter Harun. "Apa Saga sudah tidak sabar untuk punya anak? santai saja kenapa, jangan terlalu memaksa kakak ipar." bertanya tanpa memberi jeda lawannya menjawab.

Han diam menimbang sebentar. Sementara dokter Harun masih bicara di sebrang sana. Mata Han belum lepas melihat sepasang suami yang sedang....

Tuan muda apa anda tidak melihat ini dimana?

“ Tidak, lakukan sesuai jadwal.” Akhirnya

dia memutuskan karena merasa tidak yakin dengan praduganya. Masih sedikit terkejut ketika melihat Saga mengusap bibir Daniah sambil tertawa.

“ Han.” Suara di sebrang sana belum

menutup telfon.

“ Kenapa?”

“ Bagaimana hubunganmu dengan Aran?

Apa kalian masih berlanjut.”

Klik, hp langsung dimatikan. Dimasukan

ke dalam saku jas. Kesal yang tiba-tiba datang saat orang lain menyebut nama Aran tidak bisa ia tepis semudah itu.

Dasar jomblo bisanya membahas Aran.

Melihat kedua orang yang ada di depannya lagi.

Apa nona juga mulai ngidam yang aneh-aneh? Apa dia hamil. Tapi katanya hamil itu terlihat jelas dengan mual dan muntah. Cih, kenapa membingungkan begini.

Han sedang berkutat dengan kata kunci di mesin pencarian dengan kata " Ngidam wanita hamil?" Sampai senja benar-benar menyelimuti danau hijau. Dan para pengunjung mulai membubarkan diri dengan tertib.

Daniah menghabiskan waktu yang

cukup lama di kamar mandi. Bahkan sampai Saga memanggilnya berulang kali untuk memintanya

segera keluar.

“ Apa yang kau lakukan di kamar

mandi?” Menunjuk jam di dinding. Daniah sudah keluar dengan memakai baju tidur

berwarna biru langit. Masih duduk di bibir tempat tidur sambil mengusap jemarinya dengan handuk.

“ Mandi sayang, memang aku

melakukan apa.” Lalu naik ke atas tempat tidur. Saga sudah mau meraih tangan

Daniah dan menjatuhkan tubuh istrinya dalam pelukannya. Tapi gadis itu menepis

tangannya.

“ Kau mau mati ya?”

Daniah dengan polosnya mengeleng. “

Jangan dekat-dekat. Panas.” Mengambil bantal guling, memberi jarak antara

mereka berdua. Saga sudah terlihat gusar menatap bantal yang memisahkan antara

tubuhnya dan istrinya. Dia ingin melemparkan benda itu keluar jendela. “

Tidurlah sayang.” Daniah mencium kening Saga, lalu menepuk pipi suaminya

lembut. Hati Saga luluh dan membiarkan Daniah menarik selimut menutupi tubuhnya.

Apa! dia bilang panas dan tidak mau

aku menempel padanya, dan sekarang dia memakai selimut!

Tapi melihat wajah tenang tanpa

rasa bersalah Daniah membuat Saga kehilangan amarahnya. Dia melihat istrinya

terlihat manis dengan ekspresi itu.

Baiklah, karena kau mengemaskan aku

maafkan kekurang ajaranmu malam ini.

Sagapun menarik selimutnya,

meletakan tangaannya di kepala istrinya. “Tidurlah! Kau pasti lelah.” Malam

larut yang menyelimuti bumi juga ikut melingkupi mereka dalam buaian mimpi.

Baru beberapa menit Saga belum benar-benar terlelap saat baju tidurnya di

tarik.

“ Sayang.”

“ Hemm.”

“ Sayang!” Daniah mengeraskan

suaranya.

“ Apa! tidur sana.”

“ Mau peluk.” Masih menarik baju

tidur yang dipakai Saga, kali ini lebih keras.” Mau peluk.” Merengek sambil

menarik bantal guling yang tadi dipakai memisahkan tubuh mereka. Daniah

mengeser tubuhnya agar menempel pada Saga.

“ Niah kau mau memprovokasiku.”

Tidak tahu kenapa, suasana hati

Daniah agak terasa aneh bagi dirinya sendiri. Tadi saat dia mau berangkat tidur

dia merasa tidak nyaman melihat Saga. Tapi saat melihat suaminya terlelap tanpa

memeluknya dia merasa ada yang aneh dan kurang.

“ Hemmm. Hemmm.” Menarik baju lagi.

“ Minta peluk sekarang, tidak mau?”

“ Sepertinya kau sedang mengigau

ya. Tadi kau bilang tidak mau dekat-dekat sekarang minta peluk.” Gusar menendang bantal yang memisahkan mereka tadi.

“ Sepertinya aku sedikit kurang

waras sayang, karena kebanyakan tinggal dirumah.” Tertawa. Lalu menaikan kepala

dan mencium pipi Saga. “ Sekarang mau peluk tidak?”

“ Lebih dari itu.” Tertawa sambil menjatuhkan bibir di leher Daniah.

“ Apa! tidak mau cuma mau peluk

saja.” Mendorong kuat.

“ Enak saja, kau sudah

membangunkanku, jadi tanggung akibatnya.”

Akhirnya bukan hanya pelukan hangat yang ia dapatkan malam itu.

Bersambung