Makan siang di sebuah restoran
keluarga. Janji Saga pada pemilik restoran untuk mengajak istrinya benar-benar
ia lakukan. Di sebuah ruangan privat yang disiapkan khusus untuknya dan Daniah. Istri
pemilik restoran ikut menyapa dengan sangat antusias dan berdebar.
Wahhh, nona Daniah ternyata manis
begini ya.
Berbeda dari apa yang ia
imajinasikan, gadis tinggi semampai dengan wajah dan penampilan glamor. Sketsa
di kepalanya langsung terbang saat bertemu Daniah. Wanita imut dan mungil
dengan rambut bergelombang dan riasan wajah yang polos dan sederhana. Dan Keramahan yang
menyentuh sampai hatinya walaupun ini kali pertama mereka bertemu. Dia bahkan
ingin rasanya memeluk Daniah dan mengusap kepalanya kalau suaminya tidak
mengingatkan.
Jangan melakukan kontak fisik
berlebihan dengan nona Daniah, karena tuan Saga tidak menyukainya. Jelas-jelas
diucapkan suaminya semalam. Akhirnya dia hanya bisa berjabat tangan sebentar
dengan Daniah.
Tapi aku benar-benar ingin menyentuh
pipinya!
“ Nona, apa saya boleh memeluk
nona.” Duarr, keceplosan. Saga langsung menoleh mendengar perkataan wanita yang
berdiri di depan Daniah. Sementara Daniah tersenyum canggung. Kalau saja tidak ada Saga dia pasti sudah menghambur ke pelukan wanita paruh baya di depannya.
“ Sayang!” Sang suami langsung
menarik tangan istrinya untuk mendekat. “Maaf tuan Saga sepertinya istri saya
sudah kelewatan karena merasa senang bertemu dengan nona Daniah.” Bahkan wajah
Daniah menjadi tidak nyaman karena suasana menjadi sedikit tegang. “Istri saya
sedang hamil muda, jadi maunya yang aneh-aneh tuan Saga. Maafkan saya.” Melirik istrinya untuk diam.
“Memang apa hubungannya istrimu
hamil dengan ingin memeluk istriku.” Saga menjentikan jarinya agar Daniah
mendekat padanya. Tidak rela. Suaranya jelas terdengar tidak suka.
“ Sayang.” Daniah mendekat. “Kalau
ibu hamil biasanya memang ngidamnya unik, gak papa ya cuma peluk saja.” Masih berdiri belum duduk di samping Saga.
“ Tidak boleh! Kemari!”
“ Sayang ini mau bayinya dalam
perut.” Terlihat sekali dahi Saga berkerut. " Memang orang ngidam begitu, agak aneh-aneh." Lanjut Daniah menjelaskan.
Kumohon berhenti berdebat dengan ibu hamil, ini memalukan sekali.
" Apa itu ngidam, dan berhenti bicara sembarangan. Bagaimana kau tahu itu maunya si bayi?" menepuk kursi di sebelahnya keras. Supaya Daniah duduk. Setelah istrinya duduk, dia melingkarkan tangannya memeluk pinggang Daniah. Sambil melirik istri pemilik restoran. Dia milikku begitu ujaran penegasan di matanya.
" Sayang, namanya ngidam harus dituruti. itu maunya adek bayi." Daniah berbisik di telinga Saga. Wajah laki-laki itu sedikit bersemu. Senyum langsung muncul di wajahnya.
" Baiklah peluk sana." Kau akan menyesal menawariku itu ya, senyum kemenangan sudah muncul.
Akhirnya Daniah memeluk istri pemilik restoran, setelah melakukan transaksi dengan Saga. Dia mengusap perut, mengucapkan kata-kata pujian. Membayangkan kalau dia di beri kesempatan menjadi seorang ibu nanti.
Apa aku akan ngidam aneh-aneh juga ya nanti.
" Nona cantik sekali, semoga anak saya kalau perempuan bisa secantik nona." Ucap ibu paruh baya itu mengusap pipi Daniah. keinginannya sudah terkabul, dia terlihat senang sekali memeluk punggung Daniah. "Semoga nona cepat ketularan hamil juga ya." berbisik di telinga.
" Tidak ada yang secantik istriku di dunia ini." Saga menyahut dengan ekspresi tidak terima. Lagi-lagi tidak mau mengalah. Han yang duduk di sudut ruangan yang sedari tadi hanya diam mengeleng kepala penuh arti.
Hentikan tuan muda! Hentikan kumohon. Sepertinya cuma kamu yang tidak mau kalah dengan ibu-ibu. Ini ibu hamil lagi. Daniah sendiri merasa malu setengah mati.
Selepas selesai makan siang dan mendapat ucapan terimakasih bertubi-tubi dari pasangan pemilik restoran. Daniah meninggalkan restoran dengan perasaan sukacita. Mendapat cerita kehamilan yang selalu mendebarkan khususnya bagi ibu muda yang baru pertama kali mengalaminya. Bahkan karena kelicikannya untuk menyusahkan suaminya, dia sudah punya rencana untuk ngidam apa kalau hamil nanti.
“ Sayang, kita mau kemana setelah ini?” Berjalan menuju area parkir.
“ Mengantarmu pulang.”
“ Aaaaaa, aku tidak mau pulang.”
Menjejakan kaki keras sambil melepaskan lengan Saga yang masih berjalan
beberapa langkah di depannya.
Katanya jalan-jalan, ternyata hanya mau aku menemanimu makan.
Masih diam sambil memasang wajah
masam. Saga berhenti dan membalikan badan.
“ Kemari! Kau lupa sedang dalam masa hukuman? Mau berulah lagi.” Katanya sambil mengerakan jari-jarinya.
“ Haha, tentu saja tidak yang
mulia. Aku akan melakukan apapun yang kau mau.” Langsung mendekat dan
melingkarkan tangan lagi ke lengan Saga.
Membantahnya sekarang, seperti
menceburkan diri ke lubang neraka.
“ Kenapa? Kau bosan di rumah?”
Daniah menggangukan kepala sambil bersandar kepalanya. “ Siapa suruh membangkang.” Mencium rambut Daniah.
“ Ia, ia. Akukan sudah minta maaf,
jangan mengungkitnya lagi.” Sudah ada di dalam mobil. Dan mereka sudah menyusuri jalanan. Tidak tahu kemana Han akan membawa kendaraan melaju.
Apa aku benar-benar akan di antar
pulang. Aaaa, menyebalkan sekali.
" Niah" Mulai mengulung rambut seperti tidak ada bosannya. "Apa pak Mun tidak memberimu makan?" Hari ini Daniah terlihat makan jauh lebih banyak dari biasanya, dan Saga menyadarinya. "Apa makanan tadi enak, kau terlihat menikmati sekali." Membuat Saga penasaran.
Daniah jadi berfikirkan? Benarkah, sepertinya aku makan dengan normal tadi.
" Ia makanannya enak." Jawab begitu saja biar cepat, pikir Daniah.
" Kau mau aku memperkejakan kokinya di rumah untuk memasak untukmu?"
" Tidak!"
Jangan aneh-aneh dan seenaknya tuan muda! memang siapa yang akan langsung memperkejakan koki restoran di rumah saat istrinya bilang makanan enak sebuah restoran. Cuma orang aneh yang akan melakukannya.
" Benar, tidak mau?" Tanya Saga serius. " Han akan mengurusnya kalau kau mau?"
" Tidak sayang, setelah dipikir-pikir rasanya lumayan saja. Tidak sampai membuatku ingin makan tiap hari."
Hah! aku sampai lupa siapa suamiku!
Mobil memasuki sebuah gerbang. Daniah langsung melihat ke luar kaca. Gerbang danau hijau dan keramaian menyambut mereka. Daniah langsung merasakan energi terkumpul lagi di dadanya. Suaminya memang sering sekali bicara apa tapi yang dilakukan apa. Membuat kejutan-kejutan tidak terduga yang selalu membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. Dia menyukai ini, sangat.
“ Turunlah, kau bilang bosankan di
rumah?” Lembut Saga bicara sambil membukakan pintu mobil.
Senyum terkembang dari bibir Daniah
saat tangannya terulur menyambut uluran tangan Saga. Yang berdiri di luar
mobil.
“ Kau senang?” ucapnya mengusap
rambut Daniah. “ Danau ini terlihat
semakin baik saja sejak pembukaan.”
“ Berkatmu sayang.”
Mereka terlihat bergandengan tangan
menyusuri jalan setapak menuju taman. Sore sudah mulai menjelang. Pengunjung
taman terlihat ramai. Han mengikuti
langkah kaki tuan dan nonanya yang terlihat berjalan tanpa arah, hanya menikmati pemandangan danau hijau. Sedang dia sendirian.
Apa yang kulakukan di sini
sebenarnya. Gumamnya pelan.
Danau yang ada di kejauhan itu
terlihat sangat tenang. Dilihat dari sudut manapun tempan ini memang tempat
yang nyaman menghabiskan waktu. Daniah ingat tempat dia duduk ini. Inilah
lokasi bersejarahnya bertemu dengan Noah. Saat pagi-pagi dia mengeluarkan semua
energinya untuk memaki laki-laki yang ada di sampingnya sekarang.
“ Kenapa? Kau sedang mengingat
dosa-dosamu?”
Apa si, kenapa dia selalu benar
membaca isi pikiranku.
“ Haha sayang, memang apa yang
sudah kulakukan. Aku hanya ingat pertama kalinya aku bertemu Noah di sini.”
“ Jangan bicara tentangnya.”
Idih, masih saja cemburu.
Jelas-jelas aku dan Noah tidak ada hubungan apa-apa.
Tapi Daniah memilih menyudahi
pembicaraan mengenai Noah. “ Sayang, aku mau es cream.” Daniah menunjuk
sepasang remaja yang sedang berjalan sambil membawa dua cup es cream bertumpuk
dengan aneka toping di atasnya.
Saga sudah menggangkat tangannya
memanggil Han yang duduk tidak jauh dari mereka.
“ Tidak mau!” Daniah menarik tangan
Saga keras.
“ Apa!” Han sudah mendekat. “ Tidak
mau es cream?”
“ Tidak mau kalau sekertaris Han
yang membelinya, aku mau suamiku yang beli.” Menyeringai.
Cih
“ Kau mulai banyak maunya ya!”
Daniah cemberut. “ Baiklah, tunggu di sini aku yang beli.” Saga menepuk bahu
Han. “ Jaga dia.”
“ Baik tuan muda.”
Han bisa melihat senyum licik di bibir Daniah saat dia berhasil mengerjai Saga dengan semua permintaannya.
" Sekertaris Han, apa kau tidak kesepian? kau merindukan Aran tidak. Hohoho." Menutup mulut sambil membuang muka melihat air danau yang tenang.
Sepertinya ada yang aneh dengan dirimu nona?
Bersambung