40 Anak Kecil

Saat ini Hauver tengah berada di jalan kembali ke ruang tunggunya untuk mendinginkan kepala pasca pertandingan.

Walaupun ia tidak menggunakan Phantasmnya sama sekali, tapi beberapa pertandingan berturut turut membuat Hauver rentan dengan kelelahan mental dan fisik.

Saat ia berjalan dilorong ruangannya, tiba - tiba ada seorang anak kecil yang berdiri di lorong itu, ia memiliki tubuh yang bahkan hanya setinggi 120 Cm, dengan baju merah dan topi merah, ia kelihatan sangat kuno.

Rambutnya berwarna putih bersih, namun matanya merah terang, itu lebih pekat daripada mata ruby milik Hauver, merah darah, warna dari darah, namun jika dilihat dari semua fitur itu, ia sangat mirip dengan Hauver.

Matanya yang bersinar dalam gelap itu menunjukkan ketidakpedulian dan keacuhan terhadap Hauver, namun saat Hauver yang masih kebingungan berencana melewati anak itu.

Anak itu berbicara membuat Hauver terhenti.

" Kau sama seperti mereka. " Ucap Anak itu yang membuat Hauver bingung dengan maksudnya.

" Apa kau bicara denganku ? " Ucap Hauver yang masih memasang wajah bingung dibalik maskernya, sambil menunjuk dirinya.

" Kau juga sama sepertiku, kita sama namun juga berbeda. " Ucap Anak itu kembali yang membuat Hauver bingung.

" Aku tidak mengerti apa yang kau maksud ? " Gumam Hauver bingung.

" Untuk saat ini biarlah kau tidak mengerti dulu, hingga nanti saatnya telah tiba, kau pasti akan mengetahui sendiri, takdirmu, dan juga masa depan dunia ini, aku kesini hanya untuk melihat bagaimana bibit yang akan menjadi salah satu dari kami nantinya, Seseorang yang mengemban tugas untuk melindungi Dunia ini. " Ucap Anak itu, bernarasi sangat panjang, yang membuat Hauver tambah bingung.

Namun, Hauver langsung mendekat ke anak itu dan menyentuh kepalanya yang tertutup topi.

" Ayo kita cari Ibumu, dia mungkin sangat Khawatir padamu. " Ucap Hauver, entah kenapa melihat fitur anak ini, itu mengingatkan Hauver kepada dirinya sendiri.

Namun, Anak itu yang ekspresi sebelumnya datar langsung berubah kesal dan cemberut, ia lalu dengan cepat memukul tangan Hauver yang berada dikepalanya dan berbicara sambil menatap Hauver dengan mata merahnya.

" Kau tidak sopan, jangan perlakukan aku seperti anak kecil, aku jauh lebih tua daripada dirimu. " Ucap Anak itu, Hauver hanya bisa memiringkan kepalanya tambah bingung dengan situasi ini.

" Eh ? " Hanya satu kata itu yang dapat Hauver ucapkan.

"Aku peringatkan satu hal padamu Hauver, dirimu yang sekarang belum cukup kuat untuk menghadapi mereka, kau belum memahami Konsep hingga ke Hukum, Aku hanya memberikan satu saran padamu, Kembangkanlah Konsep duniamu menjadi Hukum Dunia, sampai saat itu, jangan berani beraninya menghadapi mereka, Ten Commandments. " Ucap Anak itu dengan cepat dalam satu tarikan nafas.

Mendengar perkataan dari Anak itu, Hauver melebarkan matanya, bagaimana anak ini tahu namanya ? Apa dia mendengar percakapan antara dirinya dan Saint Martha di halaman Arena ? Hal itu terus terngiang dan berputar di pikiran Hauver, ia lalu bertanya dengan wajah tajam kepada Anak itu.

" Bagaimana kau tahu namaku ? Dan juga, apa maksudmu menaikan Konsep ke Hukum ? Katakan Padaku !! " Ucap Hauver, dia sangat kesal, identitasnya telah dua kali terbongkar, ini seperti penyamaran darinya sama sekali tidak memiliki arti.

" Aku tahu kau, karena aku telah mengawasimu sejak dari kejadian di Istana Victoria, Britania Raya, dan untuk masalah Hukum dunia, penjelasannya terlalu panjang jika kulakukan disini, dan itupun kau tidak akan bisa memahaminya, tapi aku bisa memberitahumu tempat dimana pengetahuan itu bisa didapat, kau bisa mencari ditempat yang kusebutkan ini, Shelter Bawah Tanah Dreeche, Rossiya. Reruntuhan Bawah tanah Kastil Meiji, Hokkaido, Shinto. Dan, Perpustakaan Bawah Air, Palung Mariana, Federasi Asean. Kau bisa mendapat pengetahuan dari Hukum di tiga tempat itu, kalau begitu aku pergi dulu, kita akan bertemu lagi. " Ucap Anak itu yang memutus pikiran Hauber saat ia berusaha mencerna Informasi dari Anak itu.

" Oi Tunggu dulu ! " Ucap Hauver mencoba meraih tangan anak itu, namun tiba tiba seluruh tubuhnya berubah menjadi bunga Red Spider Lily.

" Sampai jumpa " Ucap Anak itu, lalu tubuhnya sudah berubah menjadi Bunga Bunga merah dan tersebar kemana mana.

Hauver uang merasa percuma saja untuk mencari anak itu, Hauver lalu masuk kedalam pikirannya.

' Hmm, kurasa tujuan petualangan pertamaku setelah menghidupkan Alice kembali, sudah jelas. '

Setelah berpikir sebentar, Hauver kembali melanjutkan jalannya sambil menyusun rencana untuk kedepannya.

----------------------------

( Portal Antar Dimensi Bawah Es, Sdansikokev, Antartika, Assylum of Frost )

[ 3 Desember 2096, ??? ]

Manusia hidup dijaman ini mungkin sudah melupakan tempat ini, tempat dimana Awal dari mimpi buruk manusia dimulai.

Portal Antar Dimensi, sebuah partikel lingkaran Besar yang tersusun atas energi tidak diketahui, yang memiliki konsentrasi super tinggi dan rapat.

Portal ini dibuat oleh salah satu monster, dan menjadi penghubung antar dimensi, Sebuah bukti nyata dari keberadaan Dunia lain, hanya beberapa manusia saja yang tahu tentang hal ini.

Portal Antar Dimensi saat ini hanya dijaga oleh satu orang, ya, Salah satu tempat paling rawan dimana kemunculan monster hanya dijaga oleh satu orang, dan Orang itu adalah salah satu manusia terkuat dibumi saat ini.

Nama yang menjadi momok dihati orang yang mengetahuinya, Orang yang juga dijuluki Dewi Kematian dari Utara, Amera.

Julukan Dewi Kematian yang disematkan pada Amera bukanlah semata mata karena dia mencabut nyawa dari puluhan ribu monster, namun, Amera juga memiliki sebuah Phantasm yang mengandung konsep dari kematian itu sendiri, [ Azrael Reaper ].

Saat ini Amera terlihat sedang duduk ditempat biasanya, Amera adalah seorang wanita yang sangat cantik, dengan rambut ungu tua, dan mata yang sangat unik, yaitu mata biru dengan cincin berwarna pelangi yang sangat indah, tubuhnya sangat menggairahkan bagi orang yang melihatnya.

Ia memakai latex ketat berwarna Hitam dengan masker yang menutupi mulutnya, namun, saat ini ia terlihat memakai Jubah hitam saat mata bosannya membaca koran yang ia pegang.

Namun, tiba-tiba suasana tenang disekitar portal berubah, Amera yang menyadari itu, berdiri dari kursinya dan menaruh koran di mejanya.

Ia lalu berjalan mengecek Keadaan Portal, yang tiba-tiba saja memunculkan Riak mencekam dan mengerikan.

Saat ia telah sampai didepan Portal, Amera melihat itu, Seseorang muncul dari dalam Portal, tapi dari aura orang itu, Amera tahu jika dia bukanlah manusia, namun Monster yang bersembunyi dibalik kulit manusia.

Orang itu lalu berhasil keluar sepenuhnya dari portal, dan seperti menggerak gerakan bahunya, dia berbicara dengan senyum dan mata sipit.

" Aiya, Udara di dunia manusia memang yang terbaik. " Ucap Orang itu, lalu ia tiba tiba menyadari bahwa ia tidak sendirian disini, dia lalu tersenyum dan berbicara kepada orang yang ia rasakan ada diatasnya, yaitu Amera.

" Oya ? Manusia ? Tapi Auramu sangat luar biasa, aku sangat kagum dengan itu. " Ucap Orang itu, Amera yang mendengar itu lalu memanggil senjatanya yang seketika muncul ditangan kanannya.

Senjata itu merupakan Phantasm Amera, Azrael Reaper, sebuah Phantasm tipe Hereditatem, dengan bentuk Sabit besar dan berwarna hitam pekat dengan aura merah disekelilingnya.

" Kau, Monster, Sekali menginjakan kaki didunia manusia melewati portal ini, Kau sudah mati. " Ucap Amera dengan dingin dibalik maskernya.

Orang itu, yang mendengar pernyataan Amera, berhenti tersenyum dan membuka matanya.

" Hoo~ Kita Lihat Siapa yang akan Mati disini, kau atau aku. "