Chapter 34 - Aku punya Motor Kok

"Kamu baik-baik saja Sya???" Adith curiga melihat gaya jalan Alisya yang tak karuan keluar dari toilet.

"Aku sedikit pusing Dith, tapi sepertinya nggak apa-apa! " Jawab Alisya lembut.

"Ya sudah hari ini sampai disini saja dulu, aku akan memberikan beberapa materi yang bisa kamu pelajari saat jam malam" jelas Adith membiarkan Alisya menenangkan dirinya sebelum berjalan.

"Terimakasih Dith! " suara Alisya lirih.

Adith mendengar bunyi jam tangan Alisya yang makin cepat membuatnya khawatir terhadap kondisi Aliaya. Dengan lembut ia menaikkan rambut Alisya dan melingkarkan kebelakang telinganya lalu mengatur alat yang berada ditelinga Alisya.

"Aku akan atur agar kamu merasa nyaman!" Jelas Adith sambil terus mengatur Alat yang berada di kedua telinga Alisya.

Karena terlalu lemas, Alisya tak punya kekuatan untuk melawan sehingga membiarkan Adith begitu saja. Wajah Adith yang tampak serius mengatur alat pendengar ditelinganya membuat Alisya terpesona dengan ketampanan Adith. Saat Adith mendekatkan wajahnya dan Nafasnya dengan lembut meniup Rambut Alisya, jantung Alisya berdetak dengan kencang membuat kepala nya semakin berdenyut sakit dan jam tangannya berbunyi kencang.

"kamu beneran nggak kenapa-napa??" Tanya Adith kaget melihat wajah Alisya yang memerah.

"Aku baik-baik saja! " jawab Alisya dengan kesal menjauhkan tubuhnya.

"Tapi wajah kamu merah begitu. kamu demam" Adith dengan cepat menaikkan tangannya di kepala Alisya untuk memeriksa suhu tubuh Alisya.

Alisya tidak menjawab Adith dan langsung pergi tanpa memperdulikan Adith.

Mereka berdua berjalan menuju taman belakang rumah Adith dengan posisi Adith sedikit di belakang Alisya karena menghawatirkan kondisinya. Adith takut kalau sewaktu-waktu Alisya akan pingsan.

"Tante,,, saya pamit pulang dulu yah? sepertinya saya kurang enak badan! " Alisya pamit menyalami orang tua Adith.

"Kamu sakit? " tanya AYAH Adith.

"Kalau gitu kamu biar istrahat aja dikamar! " Pinta Ibu Adith.

"Nggak apa-apa kok tante! aku cumab pusing saja" Jawab Alisya sopan

"Aku antar Sya.."jawab Adith mengkhawatirkan Alisya.

"Nggakkk!!! " tegas Alisya.

"Kondisimu mengkhawatirkan tau! " suara Adith tak kalah tegas.

"Tapi aku nggak bisa naik mobil Dith! " Suara Alisya lemah.

"Aku punya motor kok!" terang Adith.

"Iya Sya, kamu sama Adith saja. Biar motor aku dibawa sama Yogi" Pinta Karin lembut.

"Kami pamit dulu yah tante, Om" setelah menyalami keduanya mereka segera pamit pulang.

"Maaf tante, lain kali lagi kami main kesini" Karin berpamit sopan.

"Sering - sering datang yah! Soalnya tante kesepian dirumah sendirian" Pinta ibu Adith.

"Iya tante,, tentu saja" ucap Rinto

Karin pulang diantar oleh Yogi menggunakan motor Karin sedangkan Rinto mengikuti keduanya sehingga Yogi bisa balik bersamanya nanti.

"Sya, kalau kamu duduk dengan posisi seperti itu kamu bisa jatuh! " Adith mengingatkan Alisya yang duduk terlalu menjauh dari tubuhnya terlebih lagi karena tinggi motor Ducati yang di pakai Adith.

"Aku nggak papa kok Dith, cuman pusing dikit saja". Alisya menepuk pundak kiri Adith dengan sedikit mendekat agar suaranya bisa terdengar oleh Adith.

Moment yang sangat pas dengan cepat Adith mengambil tangan Alisya dan melingkarkannya di tubuhnya dengan begitu Adith bisa menjaga Alisya untuk tidak jatuh.

"Kalau begitu biarkan aku memegang tanganmu agar kau tidak terjatuh. Setidaknya dengan begini aku tidak khawatir" Tubuh Alisya yang kini cukup dekat dengan Adith membuat Alisya sulit untuk bergerak bebas. Untuk menjaga jarak tubuhnya Alisya menyenderkan kepalanya dibelakang Adith.

Adith sengaja mengantung helem Alisya agar dia bisa lebih nyaman karena kepalanya yang sakit dan hanya dia saja yang mengenakan helem Standar berwarna hitam.

"Hush hushhh, pergi pergi... pergi pergi.. " Ali mengusir kawanan Anjing yang mengonggong ke arah anak kecil yang terluka di dalam Gang.

"Mengapa kamu disini? " Tanya anak itu.

"Aku melihatmu berlari dikejar anjing-anjing ini jadi mengikutimu kesini" Ucap Ali gemetar ketakutan.

"Bodoh!!! kamu bisa dalam bahaya. " Anak itu memaki Ali.

"Kamu bisa berdiri??? " Ali bertanya lagi setelah berhasil sedikit menjauhkan anjing-anjing itu namun mereka masih menatap tajam keduaanya.

"Aku,, aku terlalu takut jadi tidak bisa berdiri! selain itu kakiku sepertinya terkilir" Jawabnya lemas.

"Lihat aku jika kamu takut" Ali mengambil tangan anak itu dan membantunya berdiri.

Anak itu berusaha bediri meski ia tau bahwa anak yang ada didepannya juga merasakan ketakutan yang sama besarnya. Namun ia kagum karena anak itu bisa menyembunyikan ketakutannya meski suaranya terdengar bergetar karena rasa takut.

"Tuan Ali,,, tuan baik-baik saja? " Sekumpulan pria berjas hitam dengan cepat mengusir para Anjing dan menyelamatkan mereka berdua.

"Paman.... hikk,,, paman kenapa lama sekali??? " Ali langsung menangis begitu melihat Pria berjas hitam tersebut.

Melihat Ali yang menangis, anak disampingnyapun ikut menangis hebat. Ia merasa kalau posisinya sudah cukup aman sekarang. Beberapa saat kemudian orang tua anak itu datang dan langsung memeluk anak yang meringis sakit karena terluka pada bagian kakinya. Ali hanya terdiam sesaat lalu kemudian menagis lagi tak kalah hebat.

"Ahhh...." Alisya tersadar.

"Kamu hampir terjatuh!" Adith berusaha menahan tubuh Alisya yang kini kedua tangannya telah melingkar sempurna di tubuh Adith. Suara Adith membangunkan Alisya dari tidurnya.

"Sudah berapa lama aku tidur? " Alisya segera melepaskan tangannya dan kaget karena hari sudah mulai gelap. Ia sudah berada di depan pintu rumah neneknya.

"Sekitar 3 jam! " Jawab Adith sambil membenarkan dan merenggangkan posisi tubuhnya yang pegal.

"3 jam??? " Alisya turun dari motor Adith dengan terkejut.

Adith hanya mengangguk pelan.

"Kamu kenapa nggak bangunin aku? aku kok nggak sadar! " Alisya mengomel jengkel.

"Aku lihat kamu tidurnya nyenyak jadi aku nggak berani mengganggumu! kepalamu gimana masih sakit nggak? " tanya Adith kemudian.

"Kamu bodoh ya?? kenapa masih mengkhawatirkan aku? " Alisya memaki dengan kesal.

"Apa sih bukan bilang terimakasih juga!" suara Adith ketus.

"Ya,, itu karena... " Adith langsung memotong kalimat Alisya.

"Karena hari ini kamu cantik sekali jadi aku nggak tega! " Adith mencodongkan wajahnya ke wajah Alisya. Ia Gemas melihat tingkah Alisya yang marah-marah dihadapannya.

"hah kau.... " perkataan Alisya terhenti karena bibir Adith telah menyentuh dahinya dengan Hangat dan tangannya yang lembut memegang pipi Alisya.

"Aku balik yah! Titi salam buat nenek maaf nggak masuk! " Adith melesat pergi meninggalkan Alisya yang terdiam membatu.

Alisya terdiam beberapa saat dihadapan pintu gerbang rumah neneknya yang memancarkan cahaya temaram menelaah apa yang baru saja terjadi. Mukanya memerah padam lalu berlari masuk kedalam rumah.

"Wahhhh,,, romantis banget yah? " Nenek Alisya langsung menggoda Alisya yang baru masuk.

"Nenek dari tadi liatin??? kok malah dibiarin sih? " Alisya kesal dan merengek.

"Mau lihat sekalian nguji itu anak! nggak nyangka juga kalau dia bisa bertahan dari kepalamu yang besar itu selama 3 jam" neneknya berlalu pergi.

"Nenek apa-apan sih!!! nenek kok tega sih sama Alisya" Alisya mengikuti neneknya dari belakang.

"hmmmm... sebenarnya Nenek juga mau membangunkan kamu, tapi begitu melihat wajahmu yang begitu nyenyak ya sudah.... nenek biarin deh" Neneknya membuka tudung makanan di atas meja. mengajak Alisya untuk makan malam.

"Tapi kan kasian Adith nek, masa iya dia bertahan sampai 3 jam sih" Alisya duduk dihadapan neneknya.

"Soalnya sudah lama nenek melihat kamu bisa tidur begitu nyenyak sejak kepergian ibu kamu Alisya" Nada suara neneknya lembut menenangkan hati Alisya.

"Maaf yah nek, sudah buat nenek khawatir selama ini! " Alisya tertunduk sedih.

"Nggak Sya, ini semua karena nenek sayang sama kamu. "Nenek Alisya berdiri memeluk kepala Alisya dan membelai lembut rambut Alisya.

Mereka larut dalam haru sendu dan makan dalam suasana diam. Alisya tidak terlalu bersemangat untuk makan meski kelezatan masakan neneknya adalah penarik besar nafsu makannya. Alisya terbaring setelah sebelumnya ia mandi menggunakan air panas untuk menyegatkan tubuhnya.

Pikirannya larut dalam menelaah mimpinya tadi, ia tidak mengingat siapa dan bagimana bisa ia bertemu dengan anak itu. Mimpi yang sama terus berulang dan kali ini semakin nyata. Pikirannya terus melayang hingga ia tak sadarkan diri dan tertidur dalam lelap.