Chapter 35 - Pemimpin Upacara

Terbangun dari tidurnya Alisya kaget melihat jam yang hampir menunjukkan pukul 6.00 Tanpa basa basi lagi ia melompat dari atas kasurnya dan bersiap untuk segera mandi. Setelah berpakaian cukup rapi karena hari itu adalah hari senin, Alisya tergesa-gesa karena akan terlambat. Apalagi dia harus berjalan kaki.

"Nekkk,,,, nenek kok nggak bagunin aku sih?? Alisya jadi telat nih.. " Alisya keluar dari kamarnya melihat Adith yang sedang memegang gelas ditangannya. Karena kaget ia kembali masuk dan menutup pintu kamarnya.

"Oke!!! Ini bukan dejavu atau mimpi, tapi itu Adith? " Alisya tak percaya kalau wajah yang pertamakali ia lihat setelah bangun pagi adalah wajah Adith yang tersenyum manis dihadapannya.

Karena penasaran Alisya membuka pintunya lagi namun sudah tak menemukan Adith yang berdiri disana tadi.

"Ya ampun,,, Alisya.. masih pagi tapi kamu sudah menghalu ria!!! mana mungkin sih Adith ada disini sepagi ini" Alisya memukul kepalanya untuk menyadarkan dirinya.

Saat ia akan memukul kepalanya untuk yang ketiga kalinya tangannya dihentikan dari belakang.

"Buat kamu semua hal aku mungkinkan, jangan pukul lagi" Bisik Adith pelan di belakang Alisya.

"Adith???? kamu kok bisa ada disini? " Alisya terlonjak kaget begitu menoleh ternyata memang benar itu dia. Dia langsung terhuyung kebelakang untunglah ada dinding sehingga ia tak terjatuh.

Adith melangkah mendekati Alisya perlahan-lahan hingga wajah keduanya sangat dekat. Alisya menutup matanya karena tak bisa menatap wajah Adith yang begitu menyilaukan dan mempesona. Jantung Alisya mau copot rasanya.

"Adith kamu mau ngapain sih?? " Alisya bertanya kesal masih dengan mata tertutup. Karena Adith yang tidak langsung menjawab Alisya membuka matanya.

"Kamu bisa jatuh kalau tali sepatumu tidak kau ikat dengan benar!" Adith yang sudah setengah berjongkok merapikan tali sepatu yang dikenakan Alisya.

Wajah Alisya kembali memerah karena malu atas apa yang dipikirkannya. Ia mengira kalau Adith akan menciumnya sehingga ia menutup matanya karena takut.

"Kalian sudah siap? sarapannya aku masukkan saja kedalam kotak bekal biar nggak telat! " Nenek Alisya memasukan kotak makanan khas jepang yang biasa disebut dengan bento.

"Nenek sempat buat bento tapi nggak sempat bangunin aku???" Alisya merengek secepat kilat menghilang dibelakang neneknya menutupi rasa malunya.

"Sudah kalian kesekolah sana! udah telat kan? " Neneknya segera menepuk pundak Adith tersenyum penuh arti.

Setelah menyalami neneknya, keduanya segera berangkat kesekolah menggunakan motor Triumph Tiger Explorer yang cukup besar dan keren. Gaya Adith saat menaiki motornya sangat menawan dan keren membuat Alisya menatap tak berkedip.

"Kamu mau upacara disitu? " Adith tersenyum licik.

"Kenapa pake acara jemput??? " Alisya tetap duduk meski sedikit risih dengan perlakuan Adith.

"Nenek kamu yang nelpon, dia yakin kalau kamu akan telat bangunnya jadi aku datang pagi-pagi sekali" jawabnya sembari menoleh kebelakang untuk memakaikan Alisya helem.

Alisya yang gugup tal bisa berkutik dan memasang jarak yang cukup jauh dari Adith. Dari belakang sebuah truck besar membuat kaget Alisya dengan klaksonnya yang cukup menggelegar. Telinga terasa sakit dan tanpa sadar tangannya sudah memegang pinggang Adith.

"Jangan dilepas, kamu bisa jatuh kalau kaget lagi nanti" Adith langsung memegang tangan Alisya yang ingin melepaskan genggamannya dari pinggangnya.

Karena cukup malu Alisya hanya memegang erat kantong jacket Adith membuat Adith tersenyum gemas dengan tingkah Alisya. Adith sengaja masuk melalu pintu darurat sekolah yang digunakan sebagai pintu evakuasi jika terjadi bencana untuk menghindari banyak perhatian.

"Aku sebenanrnya ingin masuk dari pintu depan. Tapi aku tidak ingin membuat kamu jadi pusat perhatian yang bisa membuat kamu kerepotan nantinya" ucap Adith begitu Alisya turun dari motornya.

"Terimakasih! " Alisya yang malu langsung beranjak pergi.

"Mau upacara menggunakan helem? bukannya topi? " Adith mengingatkan.

"Oh ini,,,, " Alisya lupa kalau ia masih menggunakan helem.

Adith segera turun dari motornya. sambil tersenyum ia melepaskan helem Alisya dan menaruhnya dispion motor. selanjutnya merapikan rambut Alisya yang terangkat oleh helem tadi.

"Dasimu agak longgar!" Adith lalu membenarkan posisi dasi Alisya.

"A aku pergi dulu! " Alisya langsung beranjak pergi karena sudah tak bisa menahan diri lagi.

"Adith kenapa sih? masih pagi udah buat orang jadi panas dingin gini. " Alisya menaruh tasnya dengan kasar.

"Panas dingin mana dengan aku yang nunggu kamu kelamaan karena kamu yang jadi pemimpin upacaranya??? " Karin berbisik horor dibelakang Alisya dengan tatapan tajam.

"Astaghfriullah hal adzim, audzubillahi minasyaitoni rojim... Karin!!! apa-apan sih!!!! " Alisya beristighfr keras dan membentak Karin.

"Lagian, kamu di cari'in sama bu Arni tuh! buruan upacaranya udah mau mulai nih. Hari ini kan tugas kelas kita yang jadi pelaksana upacara!" Karin mengambil tangan Alisya dan menuntunnya ke lapangan.

"Kok aku sih yang jadi pemimpin upacaranya? " tanya Alisya heran.

"Loh kan ibu Arni yang udah nunjuk! Aku, Rinto ama Yogi jadi Pengirik benderanya. Masa lupa sih! " Karin kesal karena sikap pelupa Alisya.

"Aduh ya ampun! iya aku lupa" Alisya mengikuti Karin dengan cepat untuk segera ke lapangan upacara.

Upacara yang dilaksanakan oleh kelas MIA 2 berlangsung penuh hikmad dan sukses tanpa kesalahan apapun. Ibu Arni bangga mereka bisa melaksanaknnya dengan baik meski tanpa latihan sebelumnya.

Gaya Alisya memimpin upacarapun tak kalah kerennya dari seorang laki-laki. Suaranya lantang dan tegas menggema di seluruh lapangan upacara. Melihat anak perwaliannya yang tampak keren membuat ibu Arni mengambil kesempatan untuk memotret mereka. Terutama Alisya yang mempin upacara dengan sangat baik.

"Kamu keren Sya! " Puji Yogi begitu selesai upacara.

"Kita hampir kekurangan orang! ada apa? yang lain kemana? " Alisya bertanya karena kelas mereka tak sebanyak biasanya.

"Aku juga tidak tau, beberapa dari mereka berhalangan masuk karena sakit!" Ucap Karin memeriksa absennya.

"Ada yang aneh karena terlalu bersamaan! " tambah Rinto memperhatikan seisi kelas.

"Karin, temani aku ke ruang wali kelas! " Karin mengangguk mengikuti langkah Alisya.

"Aku akan bertanya ke teman-teman yang lain! " Ringgo dengan segera menghampiri teman sekelasnya.

Sepanjang perjalanan Alisya merasa semakin kurang nyaman dengan tatapan kebencian yang dilayangkan kepadanya. Untuk beberapa alasan Alisya mulai peduli dengan maksud dari tatapan mereka.

"Aku merasa ada yang nggak beres!" Ucap Alisya memegang tangan Karin.

Karin melangkah cepat mengikuti langkah Alisya yang tampak gusar. Setelah sampai diruang guru Alisya segera menanyakan keberadaan teman-temannya namun ibu Arni juga hanya mengetahui kalau mereka tidak masuk karena sakit.

"Bagaimana? kamu dapat info nggak? " tanya Rinto begitu melihat Alisya dan Karin kembali ke kelas.

"Nggak, ibu Arni juga bilang kalau mereka semua sakit! " Ucap Karin ragu.

"Ini terlalu bersamaan! kamu dapat info dari teman-teman yang lain??? " Alisya bertanya sambil menatap kelas yang terlihat sedikit kosong.

"Tidak, mereka juga mengatakan hal yang sama! " Rinto menyandarkan pinggulnya ke meja.

"Ada yang aneh dengan sikap mereka ketika kita bertanya tadi" Ucap Yogi sambil bepikir.

"Aneh gimana? " Karin penasaran.

"Mereka seperti ketakutan dan menyembunyikan sesuatu!" Jawab Rinto.

"Ya, mereka tak berani menatap sewaktu aku dan Rinto bertanya!" tambah Yogi kemudian.

"Kalau begitu aku akan menyelidiki lebih lanjut permasalahannya! "Alisya tampak berpikir serius.

"Aku punya daftar no Handphone dan alamat mereka! " Ucap karin sambil menyodorkan map berisi kontak dan alamat seluruh siswa/i dikelasanya.

"Apa kamu mau menghubungi mereka?" Rinto melihat daftar kontak siswa yang tidak hadir.

"Sepertinya akan lebih baik jika kita langsung mendatangi alamat mereka saja! " Alisya mulai menghitung jumlah siswa yang tidak hadir.

"Ya betul, kita bisa sekalian menjenguk mereka dan memastikannya! " Karin mengangguk yakin.

"Ujian tinggal beberapa hari lagi, aku khawatir kalau mereka tidak bisa ikut" Yogi menambahkan.

"Kita bisa membagi kelompok agar lebih efisien dan cepat!" Rinto memandang Alisya serius.

"Ya, aku dan karin akan mengunjungi para siswi sedang kamu dan Yogi akan mengunjungi para siswa! " Tegas Alisya.

"Kita bisa mulai sebentar sore dengan melewatkan jam pelajaran malam!" tambah Rinto.

"Aku akan meminta izin kepada Ibu Arni dan berkoordinasi dengannya agar lebih mudah" Karin dengan cepat memasukkan beberapa kontak siswi yang tidak hadir.

Mereka mengikuti pelajaran dengan lebih serius dan fokus. mereka tidak ingin melewatkan satu materipun dan menyalin beberapa kopian yang bisa mereka gunakan untuk diberikan kepada teman-temannya yang tidak sempat hadir pada hari itu.