Chapter 36 - Mau Kemana Kamu?

Jam pelajaran malam sudah dimulai tetapi Alisya dan yang lainnya memilih untuk berada di dalam perpustakaan untuk mendiskusikan hasil penyelidikan mereka hari ini.

"Aku tak mendapatkan hasil apapun, Emi, Feby dan Nina menolak untuk bertemu dengan kami berdua" Jelas Alisya mendesah.

"Bahkan orangtuanya tampak marah kepada Alisya dengan berkata bahws Alisya tak tahu malu dengan memberanikan diri untuk datang kerumah mereka! "Tambah Karin dengan suara lemah.

"Aku juga sama! mereka juga menolak untuk menemui kami! Jelas Yogi menatap wajah lesu Karin.

"Tapi Beni memberanikan diri untuk menemuiku. Dia memperingtkan aku untuk menjauh dari Alisya jika aku tidak ingin berada dalam masalah! " Terang Rinto melipat kedua tangannya.

"Alisya, sepertinya ada seseorang yang memfitnahmu dengan melibatkan mereka. Hal ini cukup aneh karena seminggu yang lalu mereka sangat menyukaimu namun seminggu kemudian mereka kembali membencimu lebih besar dari sebelumnya!" Karin menganalisa segala kemungkinan yang bisa terjadi.

"Benar apa kata Karin, aku rasa ada seseorang dibalik ini semua! " Tambah Rinto.

"Aku tidak peduli mengenai mereka yang ingin menyerang atau mencelakaiku, tapi aku hanya tak ingin orang lain dirugikan karena diriku. Untuk itu besok aku akan cari cara bagaimana meyakinkan mereka setidaknya mereka harus mengikuti UAS kali ini" Alisya menatap tajam yakin akan apa yang akan di lakukannya.

"Kami akan membantumu!" Jelas Rinto menatap Alisya yakin.

"Tentu saja, tapi bukan dengan meyakinkan mereka, kalian bisa membantuku dengan cara lain" Senyum Alisya membuat bingung ketiganya.

"Tolonglah Sya,,, senyuman licikmu membuat bulu kudukku merinding!" Karin menjauhkan posisi duduknya dari Alisya.

"Ayo kita pulang! aku akan membantumu mencukur seluruh bulu itu agar kau baik-baik saja! " Wajah Karin seketika suram mendengar kalimat Alisya yang terderngar menyeramkan. Karin mencubit pipi Alisya dan memonyongkannya membuat Rinto dan Yogi tertawa.

"Jadi dengan cara apa kami bisa membantumu?? " Rinto berusaha mengendalikan dirinya.

"Kalian harus tetap berada disekolah dan mencatat dobel setiap mata pelajaran yang dilewatkan mereka lalu memperbanyaknya. Itu akan aku gunakan untuk menyakinkan mereka. Selain itu materi yang diberikan oleh Adith dapat kita jadikan kartu As lain untuk membujuk mereka" Alisya menjelaskan kembali setelah membenarkan posisi wajahnya yang diperas dengan gemas oleh Karin.

"Baiklah, itu masalah gampang buat kami. tapi bagaimana denganmu? Apa kau yakin bisa menanganinya sendiri? " Tanya Yogi bukan ragu melainkan ia khawatir dengan keselamatan Alisya.

"Tenang saja,,, aku akan baik-baik saja! Ujian tersisa 3 hari lagi itupun jika kumasukkan dengan hari minggu, oleh karena itu aku harus bergerak cepat! masalah si pembuat kekacauan akan aku urus belakangan setelah perjanjian aku dan kakekku selesai" Jelas Alisya melirik jamnya.

"Alisya benar, dengan menang taruhan dari kakeknya maka Alisya bisa melakukan apapun yang dia mau" Tambah Karin sambil membereskan buku-bukunya.

"Seberkuasa apakah kakek Alisya? " Rinto berbisik pelan kepada Karin.

"Kau akan tau begitu semua ini selesai, persiapkan saja mentalmu agar kau tak mengalami shock yang luar biasa" Senyum Karin berjalan mengikuti Alisya yang mencoba menggunakan sedikit waktu untuk mengikuti kelas malam.

Rinto dan Yogi yang masih saling menatap bingungpun mengikuti langkah keduanya. Dari belakang Rinto dengan jelas memperhatikan pundak Alisya yang jalan dengan santainya seolah tak memiliki beban apapun dengan sejuta kemisteriusan yang dimilikinya. Ia tak menyangka kalau dikehidupan nyata yang di alaminya bisa berhadapan dengan sosok Alisya yang memiliki karakter bak tokoh dunia komik dengan Autor super jenius dan terampil dalam menciptakan karakter Alisya yang sangat misterius itu.

Bahkan Yogi yang belakangan ini mengetahui bahwa Alisya adalah seorang yang dikenalnya sejak dulu pun masih tak dapaf dibacanya meski juga telah melakukan banyak hal untuk menggali informasi seputar Alisya yang hanya seorang anak SMA biasa di Indonesia.

"To,,, akhir-akhir ini, kita lagi syuting drama Indosiar ya??? " Yogi berbisik kearah Rinto dengan wajah Serius.

"Kamu tanya aja sama autor yang bikin novel ini!" Jawab Rinto tak kalah serius.

"Nggak ah, aku masih mau ada sampai tamat!!! " Wajah Yogi suram mendengar saran Rinto.

Meski mereka menyisakan satu mata pelajaran malam, mereka tetap mengikutinya dengan serius dan berusaha untuk bisa memahami setiap materi pelajaran yang masuk dan meringkas seluruh materi dengan rapi dan mudah dimengerti sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Adith bagaimana cara meringkas catatan dengan baik.

Esok harinya hanya terdapat 5 siswa dan siswi termasuk didalamnya Karin, Rinto dan Yogi. Ketiganya semakin merasa aneh begitu memasuki kelas yang semakin sunyi dan tak berpenghuni itu.

"To salah masuk kayaknya! sepertinya ini kuburan!" Yogi berbalik ingin pergi.

"Mau kemana kamu? Nda liat ibu Arni sudah di depan? " Tunjuk Rinto setelah menarik kerah belakang Yogi.

"Maaf bu, kami akan berusaha sebaik mungkin" Karin menatap Ibu Arni dengan mata sendu.

"Tak apa Karin! Aku percaya sama kalian" Ibu Arni seolah paham maksud dan tujuan perkatannya yang pasti saja berhubungan dengan suasana didalam kelasnya.

"Terimakasih bu! " Alisya menunduk pelan mengirmati kebijakan ibu Arni.

"Alisya mana? " Tidak melihat Alisya membuatnya bingung.

"Alisya memiliki sesuatu yang harus dikerjakan, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya saat menelpon ibu semalam" Jelas Karin meyakinkan Ibu Arni.

Ibu Arni sudah mengerti semua rencana dan niat baik yang akan dilakukan oleh keempat siswanya tersebut dan memberi dukungan penuh terhadap tindakan mereka.

****

"Kamu masih berani kembali kesini? belum puas kamu buat keluarga om berantakan???? " ayah Adora membentak Alisya dan mendorongnya dengan keras.

Alisya yang terluka berusaha bangkit dan meyakinkan ayah Adora dengan suara yang tetap sopan.

"Maaf om, tapi saya benar-benar tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Karena saya juga tidak mengetahui permasalahannya apa. Namun demikian saya kesini mau meminta maaf dengan tulus" Alisya memasang wajah serius akan apa yang dikatakanya.

"Pergilah,,, maafmu bahkan takkan merubah apapun sekarang!" Ayah Adora membentak Alisya keras.

"Om,, bisakah om menjelaskan semuanya?? Ayah Emi dan Feby juga mengatakan hal yang sama padaku! Adora sudah sangat baik padaku Om, setidaknya jelaskan apa yang terjadi" Alisya memohon dengan lembut.

"Lalu jika kami menjelaskan semuanya apakah kamu bisa mengembalikan semua yang sudah terjadi pada kami??? kamu yang hanya seorang anak SMA biasa bisa apa??? hahhhh??? " Ibu Adora mulai melampiaskan emosinya kepada Alisya.

"Saat ini aku mungkin bisa melakukan apa-apa, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin tante. Tolong biarkan saya membahasnya dulu bersama Adora! Tolonglah.. " Alisya memegang kedua tangan ibu Adora.

"Pulanglah... Adora bahkan tak ingin melihat wajahmu! Jangan buat hidup kami lebih susah dari ini... pergilah... " Ibu Adora mendorong Alisya dengan cukup keras.

"Baiklah tante, saya akan pulang. tapi tolong berikan ini pada Adora. Ini adalah catatan materi pelajaran yang sudah kami rangkum untuk mengejar ketinggalannya" Alisya berdiri dengan lutut yang memerah.

Ayah dan Ibu Adora masih memandang wajah Alisya dengan penuh amarah. Alisya yakin pasti ada alasan mengapa mereka begitu marah dan membencinya. Seperti kata pepatah, tak mungkin ada api jika tak ada Asap.

Alisya akan terus berusaha membuktikan dirinya bahwa dia tak bersalah dan akan memperbaiki semua yang sudah terjadi seperti sedia kala. Dari ayah Adora, Alisya akhirnya bisa tau bahwa atasannya telah memecat Ayah Alisya dengan cara yang tidak hormat tanpa memberikan sedikitpun gaji yang seharusnya bisa terimanya selama 1 tahun.

Berkat Ayah Adora, Alisya memiliki rencana tersendiri dalam menyelesaikan masalah ini, tapi untuk itu ia harus membuat semua orang yang dirugikan olehnya untuk setidaknya menjalani UAS terlebih dahulu sebelum rencannya bisa terealisasikan dengan baik. Alisya berpikir jika sekali dia belum mendapatkan hasil, maka pantang baginya untuk mundur tanpa mencoba untuk yang kedua, ketiga atau sampai puluhan kali.

"Aku takkan menyerah dengan mudah hari ini mungkin aku tak bisa, tapi hati manusia gampang luluh dengan kegigihan dan ketulusan!" Alisya meyakinkan dirinya.

Alisya pulang dengan lututnya yang terluka. Butuh waktu lama ia berjalan karena lukanya yang sudah mengering tertiup angin. Kedua lutunya lebam dan rok sekolahnya yang kotor membuat orang-orang memperhatikan Alisya dengan khawatir.

"Uwaaah... hei kalo berhenti jangan mendadak dong! " Alisya menabrak seseorang yang duduk membelakang bertopi hitam dengan pakaian casual serba hitam dan sepatu putih.

Karena lututnya yang terluka Alisya tidak bisa mempertahankan keseimbangannya dan dengan santainya orang itu sudah membopong Alisya dibelakangnya.