Chapter 37 - Lebay Amat!!!

Alisya yang meronta turun dari punggung orang itu tapi genggaman tangannya begitu kuat membuat paha Alisya sangat sakit.

"Diamlah!!!" Suaranya membentak marah.

"A,, adith??? kamu ngapain disini? kok kamu bisa disini? " Alisya merasakan nada amarah dalam suara Adith membuatnya sedikit gugup.

"Aku sudah memperhatikanmu semenjak kamu meninggalkan sekolah. Aku mengikutimu sampai kesini. " Adith masih meninggikan suaranya.

"Kamu melihat semuanya? bisa turunkan aku? aku malu sekali.. " Suara Alisya lirih membuat Adith menghentikan langkahnya dan mendudukkan Alisya di tempat duduk dekat supermarket.

"Tunggu disini" Aura jahat Adith membuat Alisya tak berkutik dan hanya mengikuti arahan Adith. Alisya sebenarnya bingung apa yang membuat Adith begitu marah. namun untuk saat ini sebaiknya dia tidak menyulut emosi Adith lebih dalam.

Setelah beberapa saat Alisya menunggu, Adith datang membawa sebotol alkohol, betadine dan kain kasa untuk mengobati lukanya. Alisya hanya membiarkan dan mengamati apa yang dilakukan oleh Adith.

Malam semakin gelap membuat apa yang dilakukan oleh Adith tidak begitu jelas dilihat orang sehingga mereka tidak menarik banyak perhatian.

"Adith, aku baik-baik saja! kenapa kamu begitu marah? " Alisya membuka suara setelah hampir setengah jam suasan mereka sunyi senyap.

"Jika bukan karenamu aku mungkin akan menghancurkan rumah Audora! " Adith membuang botol dan sisa kain kasa ke dalam tong dengan kasar.

Mendengar itu Alisya akhirnya paham. Adith sangat marah terhadap perlakuan kedua orang tua Adora yang membuat Alisya terluka.

"Hmmm... Aku hanya terluka kecil, terimakasih sudah mengkhawatirkan aku Dith! " Alisya berdiri semampunya memegang pundak Adith untuk menenangkannya.

"Apa yang kamu lakukan sebenarnya? kamu bukan tipe orang yang membiarkan orang lain menginjak-injak dirimu! " Adith berbalik menceranahi Alisya.

"Aku punya alasan dibalik semua ini, bisakah kali ini aku melakukannya sendiri??? " Alisya tau betul jika sebenanrnya dengan bantuan Adith akan lebih mudah namun Alisya tidak ingin terus mempersulit dan membebani Adith.

"Baiklah, kalau begitu aku ingin tau permasalahannya! " Adith memandang Alisya serius.

"Tapi kamu percaya padaku kan? kau akan membiarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri iya kan? " Alisya mengingatkan Adith.

"Oke! " ucapnya setelah beberapa saat.

Alisya menceritakan semua permasalahan yang sedang diselidikinya dengan nada suara yang lembut agar Adith bisa mendengarkan dengan tenang dan bisa mempercayai Alisya.

Setelah semua jelas Adith mengangguk pelan dan memberikan Alisya kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Sikap Adith membuat Alisya sedikit bingung dengan perlakuannya. Adith tidak bisa membawa Alisya menaiki mobilnya tapi juga tidak bisa membiarkan Alisya pulang berjalan kaki dengan lututnya yang terluka.

"Yog, sorry, aku bisa minta tolong kamu bawain motor nggak?? nanti kamu bawa pulang mobil ku saja! " Adith menelpon Yogi yang masih berada di jam pelajaran malam.

Tidak butuh waktu lama, Yogi sudah berada ditempat yang di minta oleh Adith. Yogi kaget melihat kaki Alisya yang dibalut oleh kain kasa.

"Kamu kecelakaan Sya? " Tanya ny khawatir.

"Nggak kok cuman luka aja karena jatoh! " Jawab Alisya pelan.

"Mobil aku ada disebelah sana. ini kuncinya" Adith menunjukkan tempat ia memarkir mobilnya.

"Parah amat lukanya sampe di kasa gitu! " Ucap Yogi setelah menerima kunci dari Adith dan melihat kearah yang ditunjuk oleh Adith.

"Sebenannya sih enggak, tapi tuh... " Alisya menunjuk Adith dengan bibirnya yang mungil.

"Lebay amat!!! " Yogi berbisik kepada Alisya yang sengaja ia perbesar agar didengar oleh Adith.

"Udah pergi sana!!! " Adith yang malu langsung mengusir Yogi.

"Iya, iya, siap bos!!! Kalian hati-hati yah, aku harus balik lagi kesekolah" Yogi melambai sambil memutar mutar kunci mobil.

"Ayo, aku antar pulang! " Ajak Adith menaiki motor Yogi.

Alisya berjalan mendekati Adith. Ia kesusahan menaiki motor Thunder milik Yogi yang cukup tinggi karena lukanya yang sudah mengering sempurna sehingga ia tidak bisa melipat lututnya dengan baik.

Melihat Alisya yang kesusahan, Adith dengan cepat menggendong Alisya dan menaikkanya ke Atas motor. Alisya yang kaget berusaha mengatur nafasnya agar detak jantungnya tak terdengar oleh Adith. Setelah posisi duduk Alisya sudah benar, Adith kemudian memakaikan helem kepada Alisya.

*****

"Gimana Sya kemarin??? " Karin yang baru masuk kelas langsung datang bertanya dengan tatapan menggoda.

"Ekspresimu masih pagi udah menjijikkan kayak gitu sih? " Alisya hanya mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya.

"Sial,,, hhh.. kemarin aku dengar kamu terluka dan Adith yang nolongin kamu! " Jelas Karin mendesah.

"Yogi ember amat sih! " celetuk Alisya.

"Kalau soal kalian berdua, kita emang suka kepo!" jelas Karin.

"Alisya, aku dengar kamu terluka? " Rinto yang baru datang langsung menyerang Alisya.

"Cuma luka kecil kok! " Jawab Alisya pelan.

"Jadi bagaimana hasilnya kemarin? " tanya Yogi dari belakang Rinto.

"Aku belum dapat info yang banyak tapi sebentar aku akan datang lagi. catatannya sudah kalian siapkan? " Alisya memandang serius ketiganya.

"Sudah dong,,, Rinto juga sudah memberikan kepada siswa yang tidak hadir!" Jelas Karin dengan wajah sombong.

"Bagus, terimakasih banyak! " Alisya memandang haru.

"Nggak usah acting! " Ucap Karin memegang Wajah Alisya gemes.

Alisya hanya tertawa menghindari tangan Karin. Karin melihat Alisya dengan seksama. Ia tak menyangka sahabat yang selama ini hanya memiliki wajah suram dengan pandangan kosong mulai bisa tertawa dengan riuh dan wajah yang berseri.

Karin membalikkan badannya sewaktu air matanya akan mengalir jatuh. Ia merasa terharu karena Alisya akhirnya tampak seperti hidup.

Alisya tak pernah menyerah untuk terus meyakinkan kedua orang tua Adora, Emi dan Feby agar mereka bisa hadir pada hari senin untuk mengikuti UAS.

ketika hari senin telah tiba Alisya sudah berada didepan gerbang pagi sekali untuk menunggu kedatangan Adora, Emi dan Feby. Begitupula dengan Rinto yang menunggu kedatangan Beni. Karin dan Yogi juga melakukan hal yang sama. Ujian akan dimulai dalam waktu 10 menit lagi tapi tidak satupun dari mereka yang muncul. Ibu Arni sudah datang memperingati mereka untuk segera masuk ke kelas.

"Sya, aku akan menjemput Beni. Kalian tunggulah disini sampai yang lainnya datang! " Rinto bergegas mengambil motornya.

Tak disangka ternyata Beni mengalami masalah karena jalan yang dilaluinya mengalami macet parah. Ia kemudian berlari sampai ke penyebrangan lampu merah beriktunya dan bertatap wajah dengan Rinto dari arah Sebrang. Melihat beni yang sudah Ngos-ngosan dengan waktu tersisa 5 menit lagi, Rinto mengambil ancang-ancang. Tepat setelah lampu hijau menyala, Rinto langsung menghampiri Beni. Beni melompat cepat dan dengan halus Rinto memutar balik arah motornya memasuki lorong-lorong rumah menghindari lampu merah.

Alisya memandang jalanan dengan putus asa karena tak satupun dari mereka yang muncul sampai akhirnya dari kejauhan motor Rinto yang memboncengi Beni terlihat.

Tepat semenit sebelum waktu ujian dimulai dan pintu gerbang ditutup keduanya telah masuk.

"Maaf,, pintu gerbangnya sudah harus ditutup karen ujian sudah akan dimulai!" Pak satpam mulai menekan tombol menutup gerbang.

"Pak tolong tunggu semenit saja lagi dong pak! teman saya belum datang... dia masih di jalan" Pinta Alisya menghalangi Satpam menekan tombol tutup.

"Tapi ini sudah aturan dek, bapak bisa dipecat kalau tidak menjalankan tugas dengan baik!" Ucap pak satpam menekan tombol tutup.

Perlahan-lahan pintu gerbang mulai tertutup lalu seseorng tiba-tiba saja menerobos masuk disela-sela gerbang yang belum tertutup sempurna di ikuti dua orang lainnya.

"Emi, Adora, Feby??? syukrulah kalian datang!!! " Karin berteriak membuat Alisya menoleh kaget.

"Bukan waktunya bengong ayo cepat kita masuk kekelas! " Mereka semua berlari secepat yang mereka bisa menuju kekelas.

Ibu Arni yang melihat mereka dari jauh berusaha menahan pengawas memasuki kelas agar Alisya dan yang lainya bisa tiba terlebih dahulu.

Mereka menerobos masuk dari pintu belakang tepat beberapa detik sebelum pengawas masuk. Se isi kelas hanya bisa tersenyum dalam diam.

"Aku hampir menuju ke ruang kelas kita! " bisik Yogi kepada Rinto.

"Bodoh,,, ujiannya sekarang menggunakan komputer... bukan kertas pensil seperti dulu!" Rinto membalas dengan suara yang berat.

"Semua sudah siap??? komputernya juga sudah dinyalakan? " Ucap si pengawas setelah membenarkan posisi mejanya.

Alisya tak menyangka kalau teman-teman yang lain sudah menyalakan komputer yang akan dilakukan mereka sehingga mereka tidak ketahuan baru saja memasuki ruang kelas. karena jika itu diketahui maka bisa jadi poin mereka akan dikurangi atau tidak di ikutkan.

Mereka saling memandang dengan pandangan saling mendukung satu sama lain membuat Alisya menarik nafas dalam karena lega.