Chapter 39 - Tentu Saja Tidak

Setelah sekitar satu jam lebih mereka menunggu didalam kelas yang kini telah sunnyi dengan penuh cemas, Alisya muncul dengan wajah ceria dan tersenyum lembut.

"Alisya???" Adora berteriak melihat Alisya yang berjalan masuk.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Rinto bangkit dari duduknya.

"Ba,,, bagaimana hasilnya?" Yogi tergagap.

"Kamu mendapat nilai tertinggi se Indo nggak? terus gimana dengan kakek Takahashi?" Serang Karin mendekati Alisya.

"Semua aman!!!" Alisya tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih sambil mengangkat tangan kanannya membentuk tanda V.

Adith tak berkata apapun dan hanya memeluk Alisya dari belakang dan melingkarkan tangannya si kepala Alisya.

"Sepertinya aku mulai terbiasa dengan kemunculanmu yang selalu mendadak!" Alisya berbalik melepaskan dengan lembut pelukan Adith karena malu.

"Kau tak pernah berhenti membuatku khawatir" ucap Adith sambil membelai kepala Alisya.

"Adith, berkat kamu aku sudah berhasil menyelesaikan tantangan kakek dengan baik, untuk itu akan menepati janjiku!" Ucap Alisya menundukkan kepalanya menatap berat kearah Adith.

"Tidak perlu, aku percaya padamu! kamu bisa menceritakan kepadaku kapanpun kamu siap!" Adith berusah mengurangi kegundahan hati Alisya.

Alisya tersenyum menatap Adith berbinar-binar tak percaya kalau Adith bisa dengan sabar dan tenang seperti itu.

"Adith, aku mendapatkan nilai tertinggi se Indonesia. itu berati aku mengalahkanmu?" Mata Alisya membara berharap bisa mengalahkan Adith dalam hal ini.

"Tentu saja tidak!!!" Alisy bingung dengan ucapan Adith.

Karena dirinya yang mendapatkan nilai tertinggi seindonesia, sudah tentu Alisya telah mengalahkan Adith. Namun Adith hanya tersenyum sembari menyodorkan kertas hasil ujiannya. Kertas miliknya sedikut berbeda dengan kertas yang mereka miliki. Kertas Adith terlihat berkelas dan sedikit tebal.

"Kamu mendapat nilai tertinggi di seluruh siswa tingkat SMA se Internasional???" Alisya tak percaya membaca kertas hasil ujian tersebut. "Otak kamu kumpulan dari para Ahli yang jenius yah?" Alisya menatap Adith dengan takjub.

Reaksi Alisya yang polos dan menggemaskan membuat Adith mencubit lembut pipi Alisya dan tersenyum mengambil kertas miliknya dengam bangga.

"Ehemmm... sampai kapan kita harus melihat kemesraan ini??" Karin membuka suara tidak tahan dengan suasana romantis dihadapan mereka.

"Mataku,, aduh mataku sakit banget liatnya!" Ejek Yogi.

"Sepertinya mual aku kambuh lagi" Beni berlari menuju ke arah jendela untuk mendapatkan angin segar.

Sedangkan yang lainnya hanya bisa tersenyum-senyum merasakan kebahagiaan.

"Alisya, terimakasih banyak berkat dirimu dan Adith kami bisa mendapatkan nilai yang lebih baik" Ucap Adora lembut.

"Terimakasih juga karena kalian sudah memberikanku kesempatan dan mempercayai aku!" Alisya menatap mereka semua secara bergantian.

"Sebenanrnya, kami juga tidak tau bagaimana awal mulanya tapi orangtua kami bilang mereka semua dipecat dikarenakan oleh orang suruhanmu!" Feby menjelaskan dengan yakin

"Benar Alisya, mereka juga mengancam kami untuk jangan dekat-dekat denganmu ataupun berbicara denganmu!" Tambah Adora.

"Mereka bahkan memberikan teror kepada kami jika berani mendekatimu!" suara emi bergetar takut.

"Awalnya kami berpikir apa salah kami sampai kamu berbuat segitunya, tapi setelah melihat pengorbananmu kami jadi berpikir kembali bahwa tidak mungkin kamu bisa melakukan hal tersebut" Tambah Beni setelah mendapatkan angin segar.

"Terlebih lagi kamu tidak punya cukup kekuatan dan kekuasaan untuk melakukan itu, kecuali..." Adora tidak berani melanjutkan ucapanya.

"Kecuali Adith yang membantuku melakukannya, iya kan?" Alisya berbalik dan menatap Adith.

Adith hanya tersenyum nakal melihat tatapan Alisya yang menuju ke arahnya. Adith kagum dengan kemampuan Alisya dalam menebak pola pikir mereka yang sedikit picik karena permasalahan itu.

"Tapi kami tau Adith bukanlah orang yang akan menggigit orang lain jika orang itu tidak memulai serangannya!" Tegas Beni.

"Dan kami semua serta yang lainnya adalah orang-orang yang jangankan untuk menyerang, menyebut nama Adith saja adalah hal yang cukup menakutkan bagi kami" Jelas Feby.

"Tenanglah aku punya cara untuk bisa memancing orang itu keluar!" Terang Alisya tersenyum tipis.

Semuanya saling menatap bingung dan hanya Adith yang tertawa melihat keyakinan Alisya.

"Alisya, orang yang kamu lawan bukanlah orang biasa!" Rinto mengingatkan.

"Orang ini dengan gampangnya memecat beberapa petinggi sebuah perusahaan yang bisa dibilang merekalah yang paling senior dan paling berpengalaman dibidangnya. Jadi orang ini bukanlah orang biasa!" Tambah Yogi meyakinkan Alisya.

"Apa kamu punya cukup kuasa?" Beni bertanya dengan kaku dan ragu.

"Dia punya kartu As,,, Kartu kuasa yang sangat berbahaya!" Karin memandang Alisya Licik.

"Kalian tidak perlu khawatir, pulanglah..." Pinta Alisya lembut.

"Kau tak pernah berheni membuatku terkejut!" Adith tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya yang dalam dan menggoda.

"Kita akan lihat besok, apa yang akan terjadi" Karin sudah tak sabar melihat orang itu panik dan meminta maaf kepada Alisya.

"To, besok kan minggu kita mau kesekolah lagi yah?" Yogi bertanya dengan setengah berbisik.

"Besoknya orang jawa Yog.. yang artinya itu bisa berarti besok-besok!!!" Rinto menggertakkan giginya kesal membuat suasana kembali riuh dan hangat.

"Ya sudah kalau begitu kami pulang dulu yah? aku sudah tidak sabar memberitahukan hasil ujian kami" Emi dan Feby juga Adora saling berpandangan memberi tanda untuk keluar bersama-sama.

"Aku juga deluan,, ini harus dirayakan bersama orang tuaku! Aku penasaran dengan wajah terkejut ibuku! tambah Rinto yang melambaikan tangan keluar kelas diikuti oleh Emi, Feby dan Adora sambil tersenyum manis ke arah Alisya.

"Sepertinya mereka tidak berterimakasih kepadaku! Padahal aku kan yang sudah memberikan tips dalam membuat ringkasan materi itu!" Adith setengah berteriak membuat keempat orang yang masih berada di depan pintu mengerem langkah mereka dan terdiam membatu.

Sejurus kemudian badan mereka kaku dan tidak bisa melangkah maju sehingga Beni dengan cepat berbalik menyalami tangan Adith dan mengayunkannya dengan cepat sambil mengucap terimakasih. Ketiga wanita itupun tak mau ketinggalan.

"Laki-laki ini benar-benar menakutkan" Ucap Yogi melirik ke arah Adith.

"Dia sangat licik" tambah Karin

"No comment" lirih Rinto.

"Dasar Jenius yang Nakal! Dia paling suka berbuat seenaknya" Lanjut Alisya.

"Aku bisa mendengar semuanya!!!" Aditg menatap tajam mereka.

"Ahhh,,, maaf!!!" mereka kompak mengucapkannya tapi dengan nada mengejek yang kaku.

"Kalau begitu kita juga sudah bisa pulang!" Karin bersiap melangkah pergi.

"Mau kemana kau? kau masih punya urusan denganku!" Alisya menangkap kerah baju Karin dari arah belakang membuat Karin sedikit tercekik karenanya.

"Dasar wanita bar-bar" Karin terbatuk-batuk menghadap Alisya.

Adith kembali terduduk di lemari kelas menghadap mereka seolah sedang menonton sebuah pertunjukkan drama remaja kolosal.

"Aku tidak ingin ikut-ikutan yah!" Ucap Rinto melangkah keluar.

"Aku punya urusan mendadak jadi..." Yogi juga melangkah secepat kilat.

"Sebaiknya kalian berdua tetap disini!" Alisya menatap tajam keduanya membuat mereka seketika membeku.

Adith tertawa melihat tingkah konyol Rinto dan Yogi.

Karin tidak yakin bagaimana harus membuka mulutnya terlebih lagi karena ada Adith disana.

"Pertama jelaskan mengenai penculikan yang di alami Rinto" Tegas Alisya mantap.

Mendengar namanya disebutkan, Rinto berbalik dan berdiri disamping Karin.

"Itu terjadi karena aku yang marah dan malu telah dikalahkan olehmu berusaha untuk mencelakaimu dengan memukulmu dr bgaian belakang! Namun tepat sebelum aku melancarkan Aksiku padamu seseorang berpakai serba hitam telah berhasil menangkapku dan memberiku pelajaran" Jelas Rinto dengan suara gentar.

"Pada akhirnya mereka melepaskan Rinto dan memberikan tugas kepadaa Rinto untuk mengawasi setiap gerakanmu Sya"Tambah Karin.

"Baiklah aku mengerti itulah kenapa sekarang kakek dan ayah akhirnya menemukan keberadaanku!" Ucap Alisya lemah.

"Kamu tidak bisa terus-terusan menghindari mereka Sya," Karin berdiri menatap Alisya khawatir.

"Aku tau Karin, tapi aku tak ingin nenek, kamu dan orang d sekitarku!" Tegas Alisya.

"Tapi..."Alisya langsung memotong Karin.

"Tidak usah khawatir, kali ini aku akan menghadapi mereka secara langsung dan tidak melarikan diri lagi" Alisya mengusap lembut rambut sahabatnya yang sangat disayanginya tersebut.

"Alisya...." Karin dihentikan oleh gelengan kepala Alisya. Karin hanya menunduk tak berdaya.

"Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada Miska dan kenapa itu berhubungan denganku?"

"Itu karena mereka mencelakaiku dan mengurungku digudang kemudian mengancammu!" Suara Karin serak memperhatikan Alisya khawatir.

Alisya terdiam beberapa saat dan mencoba memgingat. Nafas Alisya memburu dan ia terdorong kebelakang. Kakinya lemas mengingat kondisi Karin yang terikat dikursi didalam gudang, tempat yang paling menakutkan bagi Alisya.

Adith bereaksi dan dengan segera menangkap tubuh Alisya yang lemas. Wajah Alisya pucat pasih dan tubuhnya bergetar hebat dengan telinga yang berdengung kuat. Alisya memegang erat telinganya yang meronta dalam diam. Adith memeluknya dan melepaskan genggaman Alisya lalu kemudian ia pingsan di hadapan Adith.