Chapter 45 - Dasar Laki-laki

"Silahkan mampir ke Stand Elite" Tunjuk Dinar kearah stand mereka yang cukup mewah dan elegan.

Stand para elite tampak sangat mencolok dengan gaya barat dan kostum ala kelas atas yang mereka tampilkan membuat mereka terlihat jelas dari kalangan atas. Sehingga tak sedikit banyak dari kelas atas dan juga beberapa artis jakarta tampak beekunjung. Terlihat juga dari pagar yang memakan halaman cukup besar serta para bodyguard yang berdiri sepanjang pagar untuk mengamankan setiap kalangan atas lainnya yang datang berkunjung.

Pria itu terus memperhatikan stand milik para kalangan elit dan berdecak kagum dengan interior mahal yang mereka sajikan.

"Tempatmu keren dan lumayan!" Ucapnya melihat kesekeliling stand.

"Ayo, kami akan mengantarmu kesana!" Dinar segera menarik tangan pria itu.

"Kami yakin tempat itu cocok buatmu!" tambah Cecil.

Pria itu dengan santai mengikuti langkah mereka dan tetap melihat kesekeling stand-stand lain.

Adora dan Emi terkejut begitu menyadari bahwa orang itu adalah orang yang sangat dikenalnya. Bertatapan mata dengan pria tersebut, mereka tersenyum canggung.

Melihat senyuman itu Dinar melangkah kedepan si Pria"Berhentilah menggoda, dia adalah tamu special kami"

Dinar tidak suka dengan senyuman manis Adora dan Emi. Ini membuat dia berpikir adalah suatu kesempatan besar baginya untuk menjatuhkan para siswa biasa dihadapan banyak orang. Dinar berpikir bahwa Pria itu akan jijik dengan gaya menggoda Adora dan Emi.

Adora kesal dengan perkataan Dinar yang tiba-tiba. "Dia bahkan tak berkomentar apapun mengapa kau begitu marah?"

"Heh,,, kau pikir dia akan suka jika kau menggodanya?" Balas Cecil tak kalah ketus dari Dinar.

"Oh ya? dari mana kalian bisa tau?" tambah emi.

"Lihat saja penampilannya,, dia adalah kalangan atas yang tak sepantasnya bisa kalian dekati apa lagi kalian lihat dengan mata!!! Dinar maju memeragakan 2 jarinya seolah ingin menusuk mata Adora.

"orang biasa seperti kalian lebih cocok dengan sesama kalian saja, sampah!!!" lanjut Cecil

Perkataan Dinar dan Cecil langsung saja mengundang perhatian orang banyak. mereka yang semula juga ingin mendekati pria itu mengurungkan niatnya karena mereka sadar bahwa orang itu berada di level tinggi yang sebaiknya tak perlu disentuh.

Mereka menertawakan Adora dan Emi yang dengan bodohnya memercikkan air ke arah platinum yang tidak sebanding. mereka mencemooh sikap tak tau diri Adora dan Emi. Adora dan Emi malu dengan desas desus dibelakangnya yang terdengar mulai tak normal.

"Aku baru tau kalau kalian beralih profesi jadi seorang peramal!" Karin muncul ditengah kerumunan dengan kostum kelincinya yang cukup besar.

Tingkah Karin yang seperti seorang pahlawan membuat semua orang tertawa sini dan menusuk. Lingkaran penuh mengelilingi mereka menyaksikan kejadian yang cukup menarik.

"Pfffttt,,, lihatlah dirimu! kau terlihat cocok untuk jadi seorang badut!" Cemooh Dinar.

"Datang lagi si penyelamat sampah! kau tau kalau kau bukanlah siapa-siapa!" tambah Cecil mendorong tubuh Karin dengan kasar.

"Kalian adalah orang hina yang tak mampu memberi perhatian! Tapi wajah kalian cukup laku jika oplas 70%!" Dinar dan Cecil tertawa dengan semangat.

Si Pria hanya terdiam mendengar pertunjukkan yang menurutnya cukup menarik itu. Ia melipat tangannya sedang serius melihat adegan demi adegan.

Tampilan Karin saat itu memang sangat lusuh dan dekil dikarenakan ia harus menggunakan kost yang begitu tebal sembari berkeliling menyebar brosur dihari yang cukup terik. Adora dan Emi pun tak kalah biasanya pakaian yang mereka kenakan.

"Aku rasa penampilanku ini cukup membuat Pria itu tersenyum dan terpesona!" Karin menoleh ke arah pria yang tampak terdiam namun terpancing oleh ucapan Karin sehingga ia tersenyum gemas.

Melihat Karin yang terlalu percaya diri membuat Dinar kembali tertawa dengan nada menghina.

"Sebenarnya aku tak ingin mengatakan ini di hadapan banyak orang, Kostummu tercium seperti Septiktank! aku hampir muntah dari tadi" Dinar sengaja mengatakannya dengan cukup keras agar di dengar oleh semua orang.

Beberapa dari mereka yang berada dibelakang dan sebelah karin refleks mundur sembari menutup hidundung.

"Aku pernah mendengar anjingku mengentutkan hal yang lebih pintar dari itu!" Balas Karin merendahkan Dinar.

Kalimat karin seolah menyulut emosi Dinar karena menganggap dinar tidak lebih pintar dari anjingnya. Pria itu mulai terdengar tertawa dengan keras.

"Ada apa ini?" Miya datang dengan sinis tetapi anggun.

Mata Pria itu sejurus menatap miya dengan pandangan dalam yang terpesona.

"Dasar laki-laki, lihat yang bening langsung goyang ekornya!" Sungut Karin menatap si Pria.

"Mereka menggoda dan mencoba mengambil pelanggan sepecial kami Miya!" Dinar menjelaskan situasinya.

Miya melirik ke arah pria yang dimaksud dan menemukan bahwa pria ini adalah seorang yang dikenalnya. pria ini adalah orang yang sangat di idolakanya.

"Pergilah, tempatnya bukanlah di stand kotor kalian" Miya menekan kata kotor mengingatkan Karin.

"Tempat kalian juga tak lebih layak dari kumpulan para iblis!" Adora mulai tak sabar dengan semua cemoohan para Elit.

"Hei,, Miya mencoba meperingatkanmu dengan baik!" bantah Cecil.

"Sepertinya kalian perlu disadarkan yah... Apa kalian tau dia siapa???" Tanya Miya dengan sinis.

"Apa pedulimu kami tau dia siapa???" tantang Karin.

"Puffft,,, dia adalah orang yang takkan bisa berdiri sejajar dengan kalian. kalian bahkan hanyalah sampah. Dia adalah seorang dokter muda yang masuk sampul majalah forbes edisi terbatas dan juga merupakan seorang kepala rumah sakit ternama di jakarta! Mana pantas dia duduk di tempat kumuh dan berada di tengah-tengah sampah seperti kalian". Cemooh Miya.

Kalimat Miya membuat semua orang semakin ribut dibelakang menghina Karin dan yang lainnya yang terlalu lancang untuk mengajak seorang yang ternama yang pada akhirnya hanya membuat mereka semakin merendahkan diri mereka sendiri.

Alisya yang sedari tadi tidak melihat Adora dan Emi kembali memutuskan untuk mencari mereka dan melihat kerumunan dimana dari jauh Alisya bisa melihat telinga kelinci milik Karin.

Dengan lincahnya ia masuk ketengah kerumunan dan mendapati Miya yang sedang menatap Karin dengan tatapan yang sangat merendahkan. Kalimat Miya membuat Alisya cukup panas dan menerobos masuk.

"Sedih sekali melihat kamu mencoba dan menyusun seluruh kosa kata kamu dalam satu kalimat. kamu sangat dangkal dan tak berguna" Alisya datang memandangi Miya dengan pandangan yang tak kalah menghina dan menirukan getar tubuhnya yang jijik.

Pria itu maju dengan senyuman menggoda dan terpesona sepenuhnya dengan kedatangan Alisya yang menggenakan baju Maid sedikit seksi dan telinga kelincinya yang menggemaskan.

"Sayang, kamu cantik sekali memakai ini" Puji pria itu.

"Mati saja kau!!!" bentak Alisya.

"Kejam amat sih... tapi aku suka!" godanya.

"Ini semua gara kau!!!" Karin menendang betis pria tersebut.

"Dasar perempuan bar-bar kamu sadar tidak apa yang kamu lakukan?" Suara Dinar benar-benar terdengar keras membentak Karin.

"Kalian tidak tau sedang berhadapan dengan siapa??? dia adalah Karan Reynand!!!" Wajah Miya merah padam setengah membentak Karin dan Alisya.

Kali ini Adora dan Emi tak mampu menahan tawa mereka. mereka tertawa dengan keras akibat kekonyolan yang telah diciptakan oleh para Elit yang terkenal dengan kecerdasan mereka. Tak disangka EQ mereka benar-benar telah merendahkan mereka dengan sangat baik.

Miya semakin kesal melihat adora dan emi yang tertawa terbahak-bahak.

huh, huh,, huh,," Adora mencoba mengatur nafasnya.

"IQ kalin bisa disebut sebut memiliki tingkat kalangan atas" Alisya menyunggingkar bibirnya tersenyum sinis.

"Tidak di sangka EQ kalian tidak lebih baik dari keledai" tambah Karin.

Miya melayangkan tangannya ingin menampar Karin namun dicegah oleh Karan.

"Apa kalian tau siapa yang akan kamu tampar???" Wajah Karan tak kalah bengis melirik ke arah Miya.

"Apa maksudmu????" Miya meringis kesakitan karena cengkraman Karan.

"Dia adalah Karin Reynand! Adikku..." Melempar tangan Miya dengan kasar.

Mata Dinar, Cecil dan Miya melebar tak percaya. Orang-orang yang semula mencemooh Karin kini memasang jarak takut dan segan sembari menutup wajah mereka dengan berbagai alat yang dipegangnnya.

Karan memajukan wajahnya tepat berada didepan wajah Miya yang gemetar ketakutan."Aku rasa mereka jauh bermartabat dibanding para elit yang sesunghuhnya! Selain itu mulut kalian benar-benar berbau seperti neraka!" Senyumnya dingin.

Alisya dan Karin sudah tak peduli dengan mereka dan berlalu dengan akuh tanpa menatap Miya yang membuat kerumunan membukakakn jalan dengan sangat patuh.