Chapter 47 - Kamu Cantik Hari Ini

Alisya melempar kembali tomat dan timun serta beberapa daun cemangi ke arah karan yang tidak melihat arah lemparan Alisya dan sibuk untuk terus menyiapkan bahan-bahan di atas meja. Sedang Karin melempar pisau yang lebih kecil dan menancap sempurna di atas meja. Karan mencabutnya yang dengan cepat memotong dan mengukir bahan-bahan tersebut lalu menyediakannya di atas meja.

Sebelum musik berakhir, Karan memutar tubuh bertukar Posisi dengan Alisya. Akan tetapi keduanya malah hampir bertubrukan dengan wajah Alisya berada tepat berjarak 1 jengkal dengan wajah Karan. penonton yang melihat itu bukannya melihatnya sebagai sebuah kesalahan, malah berseru dan mengira bahwa itu adalah sebuah kegagalan yang romantis.

Karan menepuk kepala Alisya dan bergerak ke arah samping lalu berbisik tepat setelah musiknya berakhir.

"Kamu cantik hari ini Sya!!!" hembusan nafas lembut Karan membuat Alisya memerah merona dan sedikit sulit untuk menyembunyikan dan mengendalikan ekspresi itu.

Penonton yang tidak mendengar ucapan Karan hanya melihat Alisya yang malu karena ia hampir saja melakukan kesalahan yang manis itu. Mereka sangat menikmati pertunjukan yang dibawakan oleh ketinganya.

Setelah mereka dibuat terpesona oleh pertunjukan ketiganya, tanpa mereka sadari Aroma Nasi goreng yang dibuat oleh Karan begitu menggugah selera yang baunya sangat sedap membuat perut mereka spontan berbunyi. Semua penonton langsung berbondong-bondong datang untuk makan dan sebagian lainnya mengantri karena tak kebagian tempat. sedangkan sebagian lain terpaksa harus meminta untuk dibungkuskan saja.

Berkat pertunjukan mereka, stand mereka yang semula tak begitu ramai namun masih tetap memiliki pengunjung itu kini membludak ramai dan berisik yang mengharuskan Karan dan Rinto bekerja sama sebagai koki dan seluruh penghuni kelas turun tangan ikut membantu yang tanpa mereka sadari Ibu Arni juga ikut membantu mereka menjaga Kasir.

Hari itu mereka selesai hampir larut sekali dan semuanyabterduduk karena kelelahan. Mereka tak menyangka kalau hari pertama stand mereka akan seramai itu.

"Kalian telah bekerja keras sampai hanya sempat memakan buah untuk mengganjal perut kalian" Karan tersenyum melihat mereka semua yang berpencar mengambil tempat ternyaman untuk merebahkan diri.

"Penghasilan kalian hari ini luar biasa!" Ibu Arni semangat meski suaranya juga serak karena kelelahan.

"Aku tak menyangka hari ini bisa sampai seramai itu!" Adora berkata dengan malas.

Yogi membalik badannya menatap Karan.

"Kau hebat! Karin juga, Alisya, Alisya.." Yogi melemas kembali setelah menaikkan dua jempolnya yang tampak lusuh dan kapalan.

"Yang lain kemana? bukannya seluruh isi kelas ikut membantu tadi?" Rinto bertanya begitu melihat beberapa dari mereka sudah tidak berada ditempat tersebut.

"Mereka mengikuti lomba karaoke dangdut dan pop, sedangkan yang lainnya mewakili kami untuk mendukung!" Jelas Zizi salah satu teman sekelas mereka yang meringkuk di atas meja.

"Sebentar lagi mereka akan kembali, mereka sudah selesai tampil. Meski cukup kelelahan setelah seharian ikut olah raga dan membantu disini, mereka tetap berusaha menampilkan yang terbaik" Yana datang dengan gontai dan wajah lemas.

"Apa sudah selarut ini sampai mereka sudah selesai tampil secepat itu..." Adora melirik tangannya yang tidak berjam tangan dan melenguh lemah karena lupa.

"Gani dan Gina berduet menyanyikan lagu dangdut dengan sangat merdu dan lincah" terang Dino yang berada dibelakang Yana.

"Gani dan Gina???" tanya Karin belum menghafal wajah semua teman sekelasnya tersebut karena belum lama pindah.

"Si kembar imut yang satu laki-laki dan satu perempuan yang selalu berdebat di papan tulis" suara Khair lemas berusaha mengingatkan Karin.

Karin mengangguk setelah mengingat kedua orang kembar yang selalu berdebat namun saling memperhatikan satu sama lain tersebut. Dari kejauhan Beni datang bersama beberapa temannya dengan wajah lesu yang sama-sama mengisyaratkan kelelahan. Tapi cukup profesional dengan tampil energik dalam pentas seni malam itu.

"Oke semuanya, karena kalian sudah bekerja keras dan sangat kompak hari ini. aku akan buatkan menu spesial untuk kalian semua!" Karan segera menuju kedapur membuat warna wajah semua orang yang datang dan yang terbaring berseru dengan semangat.

"Aku juga akan mengambil daging sapi yang sengaja aku siapkan buat kalian. aku akan membantu kak Karan menyiapkan panggangan" Rinto bangkit menuju ke belakang.

Kelelahan mereka seketika luntur karena mendengar hidangan istimewa Karan dan Rinto yang sangat ahli memasak itu. seharian mereka sudah berusaha keras menahan diri untuk mencicipi masakan keduanya karena lebih mengutamakan pelanggan.

Melihat Karan dan Rinto yang semangat, mereka semua bangkit dan ikut membantu menyiapkan tempat sedang yang lainnya juga merapikan stand agar bisa lebih nyaman dan leluasa.

"Huuhhhh,,, seharian juga aku memandangi Stand elit tapi aku tak melihat Adith berada disana!" Karin bangkit melihat Alisya yang terus saja memandangi Stand para Elit.

"Apa yang kau katakan?" Alisya mengalihkan pandangannya berpura-pura.

"Aku sudah memperhatikanmu seharian selalu melirik kiri dan kanan berharap bisa melihat Adith! Aku juga tidak melihat Adith seharian ini,,," Karin menyilangkan tangannya .

"Apa begitu terlihat?" Alisya bertanya dengan wajah konyol.

Karin menepuk kepala Alisya lembut.

"Aku kan sahabatmu, aku bisa melihat perubahan ekspresimu dengan mudah" Karin mengajak Alisya duduk.

"Aku,, Kar..." Karan datang tepat sebelum Alisya mulai membuka mulutnya.

"Kenapa? kau mau mengungkap ke aku? wajah kamu serius gitu!" Karan menyela sembari menyodorkan makanan kesukaan Alisya.

"Nasi goreng sari laut???" Mata Alisya teralihkan oleh makanan yang di bawa oleh Karan.

"Yup, Nasi goreng berisi cumi dan udang serta super pedas kesukaanmu!" ucapnya sambil menaruhnya dihadapan Alisya.

"Kalau aku kak??" Karin bertanya dengan antusias.

"Tuh bagi dua ama Alisya!" tunjuknya ke piring Alisya yang hanya cukup untuk seorang saja.

Alisya yang semula senang kembali muram karena porsi kecil karan yang tidak cukup untuk mereka berdua.

"Dasar pria jahat!!! ku doakan kau jomblo semumur hidup" Kutuk Alisya dan Karin bersamaan.

"Gampang! aku akan mengguna gunai Alisya untuk menjadi istriku!" Karan cuek tak peduli sambil berlalu pergi.

"Kau,,,, jika dia kemari lagi bawa dengan sebungkus kopi" Alisya mencekik Karin melampiaskan rasa kesalnya.

"Diam kau! cepat makan atau aku yang akan menghabiskan semuanya! Karin melepaskan cekikan Alisya dan mengambil sendok.

"Ahhhhh,,,," Alisya membuka mulut protes dan dengan cepat Karin menutup mulut Alisya dengan satu suapan penuh.

Mereka tertawa sambil saling menyuapi satu sama lainnya.

"Tidak perlu khawatir, aku masih punya beberapa daging untuk membuat kalian kenyang!" Rinto datang dengan sepiring penuh daging.

"Tidak lengkap kalau tidak minum dengan ini..." Yogi mengangkat 2 botol besar minuman bersoda.

Teman-temannya juga ikut bersama mereka dengan membawa beberapa hidangan yang dalam seketika meja mereka penuh dengan berbagai jenis makanan.

Ibu Arni sangat terharu dan bahagia dengan suasana hangat mereka pada malam itu. mereka semua makan dan bercanda ria melepas seluruh penat dan lelah setelah bekerja seharian penuh.

Waktu sudah menunjukkan jam 11 malam sehingga lingkungan sekolah perlahan-lahan mulai gelap dan sunyi. semua orang sudah berberes beres dan beberapa temannya sudah mulai beranjak pulang satu persatu.

"Alisya, kami balik deluan yah..." Izin yang lainnya di balas lambaian oleh Alisya.

"Hati-hati di jalan" teriak Karin.

Karan yang belum beranjak pulang mendekati Alisya yang sedang membersihkan meja.

"Kau sudah tidak terpengaruh dengan suara bising lagi. Tak ku sangka perubahanmu bisa sebaik ini" Suara lembut Karan mengagetkan Alisya.

"Tidak kau salah, ini semua berkat Alat yang diberikan Adith kepadaku!" Alisya menunjukkan telinganya dengan gerakan halus dan senyuman manis yang sangat dalam akan makna.

Tanpa bertanya lagi Karan tau bahwa Alisya yang jarang memperlihatkan senyumnya itu menandakan bahwa Adith adalah orang yang sudah mengambil posisi penting dihati Alisya. Meski Alisya terlalu bodoh dan angkuh untuk mengakui perasaan milikinya.

"Aku rasa dia orang yang sangat hebat karena bisa menciptakan alat secanggih itu untukmu. Alat secanggih itu tentu saja memiliki biaya yang tidak sedikit tapi sepertinya itu sepadan dengan kegunaanya" Tetang Karan memandnag lekat wajah Alisya. Ia tidak ingin melewatkan sedetikpun ekspresi Alisya kali itu.

"Sering seringlah seperti itu!" tambah Karan.

Alisya "...." terdiam dengan wajah bingung.

" Kau sangat manis dengan wajah yang tersenyum!" Ucap Karan disamping telinga Alisya dengan hembusan nafas yang hangat.