Chapter 51 - Kelelahan???

Melihat Alisya yang seolah sudah terbiasa dengan perlakuan Karan, Adith mengepalkan tangannya namun tetap berdiri tenang dengan ekspresi sedingin Es. Karin yang merasa merinding langsung memperingatkan Alisya yang linglung.

"Sya, kamu pulang saja. Biar disini teman-teman yang lain yang mengurusnya! Kakak Karan akan mengantarmu, tapi sepertinya dia membawa mobil..." Karin sengaja untuk memancing inisiatif Adith.

"Aku akan mengantarnya, aku membawa motor!" Tegas Adith cepat.

Karin tersenyum melihat tingkah Adith. Sijenius yang akan melunak jika sudah berhadapan dengan Alisya.

Senyum Karin membuat Karan paham akan maksudnya.

"Aku lebih nyaman berjalan kaki Kar, biar bisa menikmati udara segar! Aku ingin menghindari jalan Raya..." Alisya berdiri dengan malas.

"Nggak Sya, tidak dengan kondisi kamu yang..." Karin mencoba mencegah Alisya.

"Karin, aku pengen sendiri. Kak Karan Makasih yah aku balik deluan" Alisya menepuk pundak Karan melewati Adith.

"Alisya tidak baik jika seorang perempuan pulang sendiri" Karan memasang ekspresi serius.

"Sejak kapan sih kak aku pulang sendiri?" Alisya tersenyum nakal.

Alisya tau betul kalau ia memang berjalan sendirian namun sebenarnya ia tidak betul-betul sendiri. Selama ini neneknya selalu memantau Alisya entah dari mana tapi begitu tiba dirumah neneknya akan mengomentari tingkah Alisya selama di perjalanan pulang. Alisya tak paham bagaimana neneknya masih memiliki ketajaman seorang prajurit sejati di usianya yang sudah renta. Namun fisik dan Insting neneknya Alisya jadi sudah terbiasa.

"Alisya, keberadaanmu sekarang bukan rahasia lagi, dan itu akan..." Karan terus membujuk Alisya.

"Kak, keberadaannya itu juga yang membuat Alisya semakin di perketat!" Karin mengingatkan Karan mengenai Ayah dan Kakek Alisya yang tentu saja kini sudah mengetahui Alisya.

Setelah mendengar ucapan Karin, Karan hanya menghela nafas pasrah. Alisya adalah tipe orang yang takkan mundur jika bujukannya memiliki alasan yang lemah. Adith hanya terdiam menyaksikan perdebatan mereka. Tak disangka pertahanan mereka yang longgar membuat Adith semakin banyak menganalisa situasi yang ada.

Alisya berjalan pulang dengan langkah yang pelan dan nafas yang berat. Otaknya terus memflash back kemunculan Adith dan kejadian di atas panggung yang heboh dengan ratusan pasang mata yang menatapnya. Dengan itu Alisya berhenti menggetarkan tubuhnya merinding.

Adith yang sudah berganti pakaian dengan lebih nyaman berjalan mengikuti langkah Alisya. Adith memang sudah mendengar semua percakapan mereka yang mungkin saja Alisya tetap akan di Awasi selama dia pulang tapi Adith tidak akan membiarkan Alisya pulang sendirian.

Adith tak menyangka kalau jalan yang akan dilalui oleh Alisya adalah lorong-lorong rumah dengan kondisi penerangan jalan yang sedikit remang-remang.

Melihat langkah Alisya yang pelan lalu terhenti dan menggetarkan tubuhnya Adith mengernyitkan kening. Ia tak tahan lagi harus berjalan melihat Alisya terus mengeluarkan nafas berat. Adith yang berjalan cukup jauh dari Alisya kini mempercepat langkahnya.

Alisya sudaj berada dekat dengan rumahnya. Melihat rumahnya yang tamanya kini sudah terang di penuhi lampu-lampu taman, Alisya berhenti menyaksikan pemandangan itu dari luar rumah.

"Tak ku sangka taman rumah indah seperti ini, ditambah dengan lampu-lampu taman itu! Kapan nenek membuatnya?" Alisya berbisik pelan.

Tanpa disadari Alisya, Adith secara perlahan mendekati Alisya dan memasangkannya Jacket tebal yang cukup hangat.

"Kenapa masih berdiri disini? tidak dingin?" Adith memandangi wajah Alisya lembut.

"A,,, Adith??" Alisya kaget melihat Adith ada di sekitar itu dan dia tak menyadarinya sama sekali. Spontan saja ia melihat kesekelilingnya.

"Tenang saja, nenek mu sudah menelponku ketika dia melihatku mengikutimu dan menyuruhku untuk menemanimu dulu selama dia pergi berbelanja sebentar." Senyum Adith manis menarik tangan Alisya masuk kedalam rumah.

Alisya menoleh kebelakang memastikan apa yang dikatakan Adith dengan melepas sejenak alat ditelinganya untuk memastikan. Beruntunglah malam itu sudah cukup larut hingga ia tidak akan begitu tersiksa dan bisa mendengarkan dengan baik.

"Masuklah, nenek sudah menyingkirkan mereka. nenek akan kembali begitu selesai berbelanja" Alisya bisa mendengar suara neneknya meski bercampur dengan bunyi-bunyi yang ada disekitar.

Alisya kaget dan menarik tangannya membuat Adith juga ikut terkejut.

"Ada apa???" Adith bertanya heran.

"Ahh,, tidak... aku..." Alisya memegang telinga kirinya sakit karena suara motor yang lewat.

Adith melihat alatnya yang terjatuh di tanah.

"Mengapa kamu melepaskan alatmu?" Adith dengan cepat memungut Alat kecil itu dan segera memasangkannya ke telinga Alisya setelah membersihkannya.

"Sebentar...." Alisya memegang tangan Adith untuk memastikan.

"Kamu kenapa sih?" Adith kebingungan.

"Diam dulu..."Alisya membungkam mulut Adith dengan wajah serius.

Adith terdiam melihat ekspresi serius diwajah Alisya, dia dengan sopan menuruti reaksi Alisya dan terdiam membatu. Adith berdiri bagaikan patung dengan jantung yang berdetak hebat. Adith menggenggam erat Alat yang dipakai Alisya.

Alisya terus memusatkan pendengarannyan lalu mendengar suara detakan jantung Adith yang berdegum hebat di hadapannya. Dengan cepat dan malu Alisya melepaskan tangannya dan masuk kedalam rumah.

Adith melongo tak mengerti. Ia kemudian teringat akan alat yang masih berada ditangannya kemudian mengejar Alisya masuk kedalam rumah.

Didalam rumah Alisya masih berusaha membuka sepatunya dengan terburu-buru membuat tali sepatunya semakin kusut dan semakin erat mengikat sepatunya.

Adith duduk dihadapan Alisya yang terlihat panik dan dengan santainya ia membuka tali sepatunya yang sudah terlilit tak karuan.

Setelah itu ia berdiri memasangkan alat yang ada ditangannya ketelinga kiri Alisya. Alisya malu berbalik badan ingin menghindari Adith namun dengan cepat dicegah oleh Adith.

Adith memeluk Alisya dari belakang sambil menutup matanya.

"Adith, kamu apa-apan sih?" Alisya berusaha menolak dengan keras.

"Aku sangat merindukanmu Sya, sangat! aku sangat ingin menemuimu beberapa hari ini" Suara Adith lemah.

"Lepasin nggak!" tegas Alisya.

"Tolong biarkan aku seperti ini 5 menit, cukup 5 menit saja!"Suara lemah Adith membuat Alisya terdiam. mereka terdiam cukup lama dengan suara nafas Adith yang terdengar lebih berat dan teratur dibanding sebelumnya.

Alisya menoleh mendapati Adith telah jatuh dalam lelap. Alisya membalik badan untuk menangkap tubuh Adith yang gontai berbarengan dengan neneknya yang masuk kedalam rumah.

"Adith.. kamu kenapa??" suara Alisya terdengar panik.

Melihat itu neneknya langsung meletakkan barang belanjaanya dan membantu Alisya menahan tubuh Adith.

"Tidak usah khawatir, dia sepertinya tertidur karena kelelahan!" Ucap nenek Alisya menenagkan Alisya.

"Kelelahan?" Alisya heran tak percaya tapi setelah ia memperhatikan wajah Adith yang tertidur barulah ia sadar bahwa raut wajahnya begitu lemah dan pucat.

"Ayo, kita angkat dan tidurkan dia diatas sofa biar dia bisa beristirahat dengan nyaman" Neneknya berusaha menarik lengan Adith di bantu Alisya. Mereka berusaha untuk bisa membopong tubuh Adith dan tidak menjatuhkannya.