Chapter 50 - Tidak Buruk

"Alisya???" Karin berteriak tak percaya akan apa yang dilihatnya.

"Bagaimana bisa dia berada disana?" Karan juga tak kalah kagetnya.

"Apa ini perbuatan Adith?" pikir Rinto.

"Anak itu!!! Aku sudah mengkhawatirkannya dan dia malah.... " Karin tak tau kalimat apa lagi yang bisa dia ucapkan. Dia kesal khawatir tanpa alasan yang jelas karena ternyata Alisya baik baik saja dan dia malah dengan senyum manis dan begitu mempesona tampil di atas panggung ditemani Adith. Karin bingung apakah harus menangis atau tertawa bahagia.

"Adith... " Karan mengepalkan tangannya dalam diam.

Karin langsung pergi ke belakang panggung masih dengan wajah kesal di ikuti oleh Rinto dan Karan. Disana mereka bertiga bertemu dengan Ibu Arni, Beni, Gina, Yana dan Gani yang menonton dengan ekpresi yang sangat membara.

"Karin, ibu tadi mencarimu karena kamu sudah tidak ada di kamar begitu ibu kembali dari toilet" Ibu Arni menghampiri Karin cepat begitu melihat Karin yang datang mendekat.

"Maaf bu, karena tidak melihat siapapun di UKS aku langsung keluar menuju stand" jelas Karin menenangkan ibu Arni.

"Gimana kondisimu?" tanya Gani sopan.

"Aku baik-baik saja!" jawab Karin lembut.

"Kalian dari mana saja?" tanya Beni.

"Kamu sudah lihat Alisya??? dia cantik sekali kan? terlebih lagi ketika dia berdiri disamping Adith! mereka seperti sudah ditakdirkan untuk berjodoh" Gina begitu semangat.

"Mereka sangat cocok!!! aku tak menyangka Adith yang sibuk bisa hadir mendampingi Alisya." tambah Yana.

"Bagaimana dia bisa berada disana?" Karin tak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.

"Karena kami melihat kamu yang pingsan dan terlihat sangat lemah, kami jadi membujuk Alisya untuk mau tampil menggantikan kamu!" Jelas Ibu Arni memegang lembut tangan Karin.

"Awalnya dia menolak karena tidak yakin, tapi karena melihatmu yang terbaring karena sudah berjuang keras, Alisya akhirnya mau menggantikan dirimu setelah kami yakinkan!" Tambah Beni.

Karin mendesah mengerti akan situasinya kini, pantas saja baginya untuk tidak bisa menemukan Alisya ternyata semua itu karena dia sedang di dandani karena dirinya. Selain itu Alisya yang tidak suka keramaian pun berusaha keras tersenyum diatas panggung demi menggantikan dirinya agar kelas juga tidak mendapatkan pinalti.

Alisya dan Adith turun dari panggung menuju ke tempat mereka sedang berdiri dan berdiskusi.

"Kamu baik-baik saja? bukannya kamu..." Karin bertanya dengan serius begitu Alisya sampai.

"Dia baik-baik saja" tegas Adith.

Alisya tidak tahu harus berkata apa, dia masih belum bisa melepaskan rasa gugupnya karena keramaian di tambah dengan kehadiran Adith yang begitu mendadak.

"Selama dia baik-baik saja kita tidak perlu khawatir" Senyum Karan sambil memperhatikan Alisya yang tidak dapat dipungkiri olehnya kalau kala itu Alisya tampil mempesona meski dengan dandanan sederhana.

Alisya dan Karin saling memastikan kondisi satu sama lain sebelum akhirnya keduanya pergi menuju ke ruang ganti untuk bisa kembali berpakaian dengan nyaman.

"Bagaimana bisa Adith bersamamu di atas panggung?" Tanya Karin di dalam ruang ganti.

"Aku juga tidak tau bagaimana, aku seharusnya menggantikan kamu yang berarti aku akan berpasangan dengan Riyan tapi tak disangka Riyan menghilang dan ketika aku memilih untuk maju sendiri, Adith sudah berada tepat di sampingnku dan mengandengku di lengannya berjalan di atas panggung!" Jelas Alisya masih linglung.

"Bukan hanya mengagetkan seluruh sekolah, kalian juga berhasil memenangkan posisi Raja dan Ratu sekolah!" Karin menggelengkan kepalanya.

"Aku juga tak menyangka kalau aku bisa memenangkan posisi itu, aku hanya ingin tampil saja agar kelas kita tidak kena pinalti. Makanya aku menyuruh Gina mendandaniku se sederhana mungkin dan tidak mencolok. tapi tak kusangka aku malah memenangkan Ratu sekolah. Ini semua karena Adith dan gaun yang diberikannya." Alisya melihat ke arah Gaun indah yang tergeletak nyaman di atas kursi.

"Adith selalu penuh dengan kejutan bahkan aku pun tak bisa mengetahui apa yang dipikirkannya! Tambah Alisya lagi.

"Dia yang tidak pernah muncul bahkan menjawab panggilan telpon mu kini muncul dengan begitu mencolok" Karin melirik ke ara pintu dimana Adith dan Karan mungkin saja sedang berada disana menunggu mereka berdua keluar dari ruang ganti.

"Kar, aku mau balik deluan yah! kepalaku sedikit sakit, aku ingin mencari ketenangan" Alisya memijat pelipisnya yang berkedut sakit. Semua tekanan yang dirasakannya membuat dia mengeluarkan banyak energi. Karin dapat melihat bagaimana Alisya terlalu terburu-buru dalam membuat kemajuan sehingga tentu saja kini dia akan mengalami kelelahan.

****

"Aku Karan kakak Karin!" Karan menyalami Adith yang duduk bersandar di kursi ruang ganti.

Dengan sopan dan teguh Adith berdiri membalas salaman Karan.

"Aku Adith, senal berkenalan denganmu!" Senyum Adith sopan.

"Aku sudah mendengar banyak hal tentangmu dari Karin dan Alisya. Aku cukup terkejut orang nomor 1 di Indonesia ini ternyata seorang anak SMA" Tatapan Karan bukan merendahkan melainkan mengagumi sosok Adith yang tidak biasa untuk anak seumurannya.

"Aku juga terkesan denganmu yang masih muda tapi sudah memiliki karier cemerlang dengan menjadi seorang pemilik salah satu rumah sakit ternama Indonesia dan dokter spesialis yang sangat berbakat!" Balas Adith dengan suarany yang berat namun menghangatkan.

"Tidak buruk..." Karan tersenyum simpul. "Tak kusangka Alisya bisa berteman dengan orang penting sepertimu!" tambanya lagi.

"Karin tidak pernah memamerkan mengenasi siapa dirinya, begitu mengetahui betapa luar biasanya latar belakang yang dimilikinya. Harusnya dia bukanlah seorang siswa biasa. tapi apa yang membuat dia masuk sebagai siswa biasa? apakah ini karena ada hubungannya dengan Alisya? Alisya membuatku tertarik dalam banyak hal. Dia selalu menarik minatku untuk terus bersamanya dan pada akhirnya aku tak sadar sudah semakin dekat dengannya!" Jawab Adith menganalisa Karan.

Dari cara Karan menyebut nama Alisya, Adith bisa mengambil kesimpulan pasti untuk itu dia menyunggingkan senyumnya. Alisya selalu penuh dengan kejutan yang terus dan terus membuatnya ingin masuk lebih dalam.

Mendegar kalimat Adith yang terakhir Karan tertawa senang. Karan mengakui kejelian Adith dalam melihat situasi dan kondisi. Karan tak menyangka kalau Adith yang masih seorang anak SMA memiliki kejeniusan yang mumpuni.

Suara pintu terbuka, Alisya dan Karin berjalan keluar dengan wajah pucat dan lemas.

"Apa yang terjadi???" Karan melihat kondisi kedunya yang lemah.

"Sepertinya Alisya mengalami sedikit shock karena...." Karin tidak menyelesaikan kalimatnya karena Karan sudah mengangguk paham.

Karan dengan cepat mengambil tangan Alisya lalu membutnya duduk dengan nyaman untuk memastikan kondisinya. Dia memeriksa denyut nadinya dan pupilnya serta memegang telinga Alisya untuk memastikan suhu tubuhnya baik-baik saja.