Chapter 54 - Si Terbaik yang Hilang

Alisya tak bisa berkomentar apapun lagi, ia dipenuhi banyak pertanyaan sejak kapan Adith bisa melakukan beberapa gerakan halus yang bisa membutnya menghindari semua pukulan Alisya. Meskipun pukulannya tidak mematikan, tetapi pukulan Alisya bukanlah pukulan yang bisa dengan mudah di hindari. Alisya berpikir bahwa mungkin saja selama ini ia belum terlalu mengenal siapa Adith sebenanrnya.

Adith memacu motornya dengan sangat laju agar Alisya tidak ketinggalan banyak matapelajaran. untunglah ketika mereka sampai lewat gerbang belakang sekolah, Jam kedua baru saja dimulai sehingga mereka hanya ketinggalan 1 mata pelajaran saja.

"Bagimana kamu bisa merekam itu semua?" serang Karin begitu melihat Alisya masuk kedalam kelas.

"Aku juga tidak tau bagaimana, aku hanya menjawab panggilan videomu yang ternyata terhubung dengan apa yang aku lihat dan langsung terekam olehnya" Alisya juga tidak begitu mengerti bagaimana itu bisa terjadi. Sebelumnya alat yang digunakannya hanyalah alat peredam dengan tekhnologi canggih yang bisa terhubung pada panggilan telepon.

Alisya kemudian membuka alat yang berada ditelinga sebelah kirinya sembari menutup cepat dengan sebelah tangannya karena tak ingin mendengar suara berisik lainnya. Alat itu ditaruhnya di atas meja membuat semua yang melihat Alisya terkejut dan kebingungan.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Rinto panik.

"Apa kau tidak apa-apa melepas alatmu begitu saja?" tambah Yogi juga sama paniknya.

Beberapa dari mereka yang tak mengerti hanya bisa melihat dan menyimak ketiganya. Beni memandang serius kewajah panik Yogi dan Rinto sedang Adora, Feby dan Emi saling berpandangan satu sama lain.

"Apa ada yang salam dengan alat ini?" Karin bertanya karena ekspresi serius Alisya.

"Adith sudah mengganti alat ini dan menambah beberapa vitur tertentu di dalamnya" Ucap Alisya setelah yakin bahwa itu bukanlah alat yang sebelumnya. Tapi Alisya tidak mengingat kapan dan dimana Adith memasangkannya.

"Ahhhhh,,," Teriakan Alisya membuat semua orang terkejut. Alisya mengingat Adith memasangkan kembali Alat yang dilepasnya sewaktu semalam ia sengaja memusatkan pendengarannya.

"Kamu kenapa sih???" cubit Karin kesal yang hanya dibalas cengengesan Alisya yang malu.

"Jangan tertawa, kamu harusnya meminta maaf kepada kami semua karena sudah berbohong dan mempermainkan kamj soal Adith yang menghilang" gerutu Karin masih kesal.

"Iya, Iya, aku minta maaf.. itu aku lakukan karena Adith bisa menghalangi kemunculan orang itu karena dia terus berada disekitarku!" Jelas Alisya.

"Jadi semua ini adalah perbuatan Miya?" tanya Adora jengkel.

"Iya, dan sepertinya dia akan mendapat balasannya sekarang!" senyum Alisya dengan ekspresi jahat mengingat warna wajah Miya.

"Dia memamg harus mendapat pelajaran karena sudah semena-mena!" sungut Emi.

****

"Halo, paman Dimas, bagaimana hasilnya??" tanya Adith cepat begitu mengangkat panggilan pam Dimas. Adith sudah menceritakan apa yang didengarnya dan segera menelpon pak Dimas sesaat sebelum dia masuk kedalam kelas.

"Mungkin kamu akan sedikit terkejut mendengarnya!" Pak Adimas sudah tidak menggil Adith dengan sebutan Tuan sejak terakhir kali dia memanggil pak Adimas dengan sebutan Paman. Adith merasa kurang sopan hanya karena dia adalah atasan. Baginya pak Dimas sudah lebih dari keluarga karena telah lama dan setia bersamanya. sehingga dia menyarankan untuk pak Dimas bersikap biasa saja.

"Benarkah? jelaskan paman..." pinta Adith penasaran.

"Aku akhirnya harus membobol sistem Informasi Indonesia setelah berhasil mengetahui bahwa ternyata Black Falcon merupakan sebuah daerah rahasia yang diciptakan oleh para teroris dalam mengembangkan para anggota mereka sebagai seorang ahli dalam pembunuhan. Black Falcon adalah tempat dimana pengembangan itu dilakukan kepada anak-anak hasil penculikan dari seluruh dunia yang kebanyakan mereka berumur antara 6 hingga 15 tahun dan selama bertahun-tahun mereka akan mendapat pelatihan keras yang pada akhirnya anak-anak tersebut yang tidak bertahan beguguran satu persatu menyisakan yang terbaik diantaranya!" Terang Pak Dimas antusias.

"Dan yang terbaik di antara semua itulah yang disebut sebagai Zero Alpha?" Tebak Adith.

"Benar! tapi faktanya adalah Zero Alpha merupakan sebutan bagi anak terbaik menghilang dalam tes bahkan lolos dari daerah Black Falcon yang bahkan tak diketahui lokasi keberadaanya. Tempat itu sangat rahasia dan seorang anak berusia 13 tahun bisa meloloskan diri dari sana itulah kenapa disebut sebagai Zero Alpha! "Si terbaik yang hilang"!!!" Terang Pak Dimas menjelaskan tebakan Adith yang sedikit meleset.

"Itu artinya anak itu kini sangat dilindungi oleh pemerintah Indonesia karena bisa menjadi Aset dalam sistem pertahanan Indonesia! Itulah kenapa identitas Alisya tidak bisa kita dapatkan dalam data base Indoensia" Ucap Adith setelah menganalisa semua informasi yang diberikan oleh pak Dimas.

Adith tak percaya dengan informasi yang kini ditemukannya, dan ini melebihi dari apa yang diperkirakannya. Ia tak menyangka bahwa Alisya telah banyak melewati penderitaan hebat yang tidak terbayangkan terlebih bagi dia yang berasal dari negara yang cukup damai ini. Disudut sana Adith merasa takjub dan masih tidak ingin mempercayainya namun kemudian ia paham dengan semua misteri yang terjadi disekitar anak itu. Adith merasakan kepedihan yang mendalam membayangkan bagimana Alisya berjuang untuk mempertahakan kehidupannya.

"Dan taukah kau apa yang terjadi pada semua anak-anak yang gugur dalam pengembangan itu???" suara pak Dimas lirih dan serak sarat akan kesedihan yang mendalam.

Adith terdiam tak mengerti maksud dari pertanyaan pak Dimas. Ia berpikir bahwa tentu saja mereka mati terbunuh dan dikuburkan.

"Mereka semua akan dimutilasi dengan bagian-bagian tubuh dan organ-organnya diperjual belikan!!!" terdengar nada marah yang pedih dalam suara pak Dimas.

Adith terkejut dan tak sengaja meneteskan air matanya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya penderitaan anak-anak itu dan bagaimana sedihnya orang tua mereka yang kehilangan anak-anaknya. Adith kemudian paham bagaimana informasi itu ditutupi dengan sangat rapat untuk menghindari duka mendalam kedua orang tua semua anak dan menghindari amarah dan gejolak yang lebib besar lagi.

"Paman,,, jika Black Falcon adalah sebuah tempat rahasia yang masih belum diketahui bahkan oleh dunia, bagimana bisa Indonesia mengetahui semua informasi ini? suara Adith serak karena menahan kesedihannya.

"Anak yang lolos dari Black Falcon itulah yang memberikan semua informasinya. Dengan kata lain Alisya..." pak Dimas tak sanggup menyebutkan nama Alisya mengingat bagaimana Alisya yang seorang perempuan bisa bertahan hidup dalam semua itu.

"Adith,,, apa kamu yakin Alisya menyebut dirinya Zero Alpha dari Black Falcon??" pak Dimas tidak meragukan Adith, melainkan ingin memastikannya sekali lagi.