Chapter 61 - Minggir Paman

Berdasarkan kamera pengawas, para pengawal yang melihat dari monitor segera berkumpul secepat kilat tepat sebelum kedatangan pak Azwar dan Adith sehingga mereka hanya terdiam membatu tepat dihadapan Alisya.

Dengan tangan yang gemetar beberapa pengawal dengan cepat memberi Alisya serbet untuk mengeringkan rambut dan wajah Alisya yang basah namun dia hanya mengabaikan mereka semua.

"Hei apa yang kalian lakukan??? aku lagi jatuh disini,, kenapa kalian malah memperhatikan dia??" Jenni masih belum menyadari situasi dan membentak dengan meringis sakit.

"Alisya kamu baik-baik saja?" pak Azwar langsung bertanya dengan kaku. Ia takut kalau Alisya akan sangat marah.

"Paman,, perempuan jala** ini sudah mencelakaiku paman" Jenni dengan cepat merayu pak Azwar yang merupakan pamannya.

Alisya sontak menatap tajam ke arah Jenni memancarkan aura membunuh yang dahsyat yang membuat para pengawal memundurkan langkah mereka dan pak Azwar langsung berdiri membelakangi Jenni yang gemetar ketakutan saat dia dan Alisya beradu mata. Jenni bisa menyadari akan amarah yang sangat mendalam dimatanya yang mampu menghancurkan siapapun dihadapannya saat ini.

Semua orang yang melihat dari jauh hanya bisa melihat kalau Alisya menatap marah kepada Jenni tanpa mengetahui bahwa tatapan yang ditujukan adalah tatapan yang biasanya dikeluarkan oleh seorang pembunuh profesional.

Adith terdiam terpaku melihat kemarahan Alisya, berbeda dengan yang lainnya. Adith bisa merasakan besarnya tekanan yang diciptakan oleh Alisya. Aura yang dikeluarkannya bahkan cukup pekat untuk bisa menaklukkan seekor harimau hanya dengan tatapannya. Untuk beberapa alasan dia hanya berdiri dibelakang sambil terus memperhatikan.

Dalam keadaan takut, karena merasa dilindungi oleh pamannya ia jadi sedikit angkuh lagi untuk memfitnah "Pa,, paman,,, perempuan itu tidak punya sopa..."

"Diam kau!!!! minta maaflah cepat!!" Pamanya dengan cepat menghentikan celotehan Jenni melihat amarah Alisya.

semua orang yang melihatnya dengan tatapan jijik membuatnya marah dan berkata dengan keras. "Tidak!! aku tidak salah.. buat apa aku minta maaf kepada anak ingusan sepertinya???"

"Minggir paman!!!" Alisya membuat satu lagkah pasti yang dengan cepat dihentikan oleh ibu Yul. pak Azwar bergetar tetapi berusaha tetap tenang.

"Alisya, Ibu baik-baik saja, terlalu banyak orang yang melihat!" Ibu Yul berusaha menenangkan Alisya dengan mengusap lengannya lembut

"Tidak Ibu Yul, dia harus diberi pelajaran karena kesombongannya itu!" Alisya menggertakkan giginya untuk tetap berbicara dengan sopan kepada ibu Yul.

"Memberiku pelajaran??? memangnya kau siapa?" Jenni tidak tahan dengan tingkah Alisya yang merasa seolah-olah bisa melakukan apa saja kepadanya. Dia adalah manager perusahaan sekaligus keponakan dari sekretaris penting tangan kanan direktur sedang Alisya hanyalah seorang Cleaning service rendahan dimatanya.

"Bukankah sudah ku ingatkan kau untuk menghilangkan kesombonganmu itu!!! Segeralah minta maaflah sekarang juga sebelum terlambat!!!!" pak Azwar membentak sangat tajam.

Jenni yang sangat takut pada pamannya bergetar hebat namun ia tetap mempertahankan harga dirinya dihadapan semua orang lalu dengan santai berkata.

"Aku akan meminta maaf, setelah dia juga meminta maaf padaku! dia pikir siapa dirinya bersikap seperti itu??? kenapa paman terus membelanya?" meski dengan nada gemetar ia tetap saja bersikeras. Jenni berpikir bahwa jika seorang Cleaning service bisa melawannya dengan mudah seperti itu maka kedepannya akan banyak yang melakukan hal tersebut sehingga ia masih tetap mempertahankan diri.

Alisya sudah tidak bisa mentoleransi kebodohan wanita itu. Keangkuhan dan kesombongannya membuatnya lupa akan hati nuraninya dan kehilangan rasa malu demi mempertahankan harga dirinya dihadapan seluruh karyawan perusahaan meski ia salah. Kali ini Alisya dengan cepat mengambil sendok Garpu disamping mejanya dengan satu gerakan yang tidak diperhatikan oleh kebanyakan orang.

Adith bisa membaca gerakn tubuh Alisya lalu dengan cepat mendekatinya untuk mencegah Alisya memberikan pelajaran berharga yang tak bisa dilupakan oleh Jenni maupun semua orang. Adith melihat bahwa Alisya sudah cukup menahan diri dihadapan Ibu Yul dan semua orang. Kontrol emosi yang sangat baik dengan ketenangannya.

"Hai..." sapa Adith lembut memajukan wajahnya tepat di samping kiri telinga Alisya.

"A adithhh???? kamu ngapain ada disini???" Alisya sangat terkejut dengan kemunculan Adith. Lebih terkejut dibandingkan dengan kemunculannya yang sebelum-sebelumnya. terlebih lagi karena itu di perusahaan kakeknya.

Melihat reaksi Alisya terhadap Adith, pak Azwar menghela nafas lega. Tekanan yang diciptakan olehnya dengan cepat mereda dan menghilang membuatnya tenang lalu kemudian menatap tajam ponakan manjanya itu begitu pula dengan dua orang karyawan yang ikut membantu Jenni. Ia berpikir bahwa akan ada ganjaran berat yang sudah menanti mereka kedepannya. Tatapan pamannya itu dapat dengan mudah di mengerti oleh Jenni sehingga dia terdiam masih dengan wajah angkuhnya karena merasa tak bersalah.

"Kamu juga ngapain disini???" tanya Adith setengah mengejek melihat pakaian santai yang dikenakannya serta celemek dipinggannya yang belum dilepasnya. "pantas saja jika orang akan salah paham melihatnya, anak ini selalu saja dengan mudah membuat orang salah paham!" Batin Adith sembari tersenyum nakal.

Tatapan Adith ke arah pingangnya membuat Alisya sadar bahwa ia belum melepas celemek pembersihnya lalu dengan sedikit terburu-buru dia melepas ikatannya yang malah semakin kuat.

"Jika kau melepasnya seperti itu, kau akan memutuskan pinggangmu!!" ucap Adith langsung membantu Alisya melepas tali celemek yang mengikat pinggang Alisya dari arah depan namun tetap menjaga jarak aman.

Alisya memerah seketika dan gugup.

"Apa yang kau lakukan??? aku bisa melepasnya sendiri!!!" Alisya selalu saja tidak bisa memprediksi gerakan Adith sehingga selalu terjebak dihadapannya.

Pak Dimas tersenyum simpul melihat aksi Adith dalam menenangkan Alisya.

Pak Azwar terkejut meski tetap menyembunyikan ekspresinya dalam ketenangan. Ibu Yul merasa bahagia melihat mereka berdua dan tatapannya penuh dengan kasih sayang.

Semua karyawan membelalakkan matanya. bagaimana mungkin seorang karyawan rendahan bisa mendapatkan perlakuan special dari orang nomor satu di Indonesia itu. Diantara mereka diam-diam mengambil foto lalu dengan cepat menyebarkannya di Dumay. Sungguh ledakkan yang sangat hebat sedang terjadi saat ini terlebih karena Adith tidak pernah terlihat berdekatan dengan seorang perempuan selain tentang keseriusannya dalam sekolah dan perusahaanya.

"Adith,, kenapa kau bersikap seperti itu kepada karyawan rendahan yang tidak punya sopan santun sepertinya???" Nada sinis yang keluar dari mulut Jenni membuat Pak Azwar semakin murka. Jenni mengenal Adith lewat karena bisnis yang sebelumnya dia geluti jauh sebelum tawaran kontrak kerja dibuka.