Chapter 64 - Rekomendasikan?

"Jadi siapa yang kamu rekomendasikan???" pancing Adora.

"Benar! meskipun banyak yang merekomendasikan kamu, kamu pasti merekomendasikan seseorang juga kan?" tambah Febi

"Rekomendasikan???" Alisya tampak berpikir lalu dengan cepat memandang Rinto dan Karin secara bergantian kemudian berkata "Aku akan memilih Karin!"

"Akan???" Rinto mengernyitkan dahinya.

"Kok Akan???" tanya Yogi.

"Kenapa akan???? Kamu tidak melihat papan rekomendasi yang ada didepan lobi gedung sebelum memasuki kelas yah?" Emi memandang serius Alisya

"hahahahahaha... Mana peduli dia akan hal seperti itu!". Karin tertawa melihat wajah Alisya yang polos.

"Maksudnya???" Adora tak mengerti.

"Alisya cenderung tidak memperdulikan apa yang sedang terjadi disekitarnya selama itu tidak mengusik dirinya. Selain itu ada dan tidaknya lobi sekolah selama ini Alisya tentu tau namun lebih memilih tidak memperdulikan wilayah yang selalu bising oleh banyaknya siswa yang selalu bekumpul untuk mendapatkan dan melihat berbagai macam informasi yang ditampilkan oleh layar LED lobi tersebut." Jelas Karin sambil memegang pundak Alisya.

Alisya tersenyum memahami kebingungan mereka.

"Maafkan aku! Tapi aku memang tak begitu tertarik untuk menjadi kandidat ketua Osis!" Tegas Alisya.

"Tapi nama kamu menduduki peringkat Atas papan pemilihan rekomendasi Sya" suara Adora terdengar tidak ikhlas setelah mendengar ucapan Alisya.

"Dan Nama Karin berada di Posisi kedua sedangkan Posisi ketiga di tempati oleh Aurelia dari kelas sebelah". Tambah Emi

"Dari mana kalian mengetahuinya?" tanya Karin bingung.

"Kamu tidak memperhatikan nama kamu sendiri???" tanya Yogi bingung.

"Dia hanya memperdulikan Alisya" tegas Rinto.

"Kalian berdua ini benar-benar hanya memperdulikan satu sama lainnya yah?" Senyum Feby.

Alisya dan Karin saling memandang dan tersenyum nakal. Mereka berdua memang sangat mehamami pikiran dan perasaan masing-masing.

"Sedari tadi kalian hanya membahas mengenai Calon Ketua Osis, bukankah biasanya pemilihan Ketua Osis akan dipasangkan dengan Wakil ketua Osis yang dalam artian kandidat Calon seharusnya akan berpasangan antara Ketua dan Wakil? Lalu apakah cara yang dilakukan oleh kelas biasa akan sama dengan para Elit?" Tanya Alisya masih belum memahami sistem sekolah.

"Tentu saja tidak sama!" Jelas Karin.

"Para Elit memiliki sistem yang sedikit berbeda, mereka tidak merekomendasikan calon melainkan langsung menentukan kandidat berdasarkan strata atau tingkat pada kelas Elit" Jelas Rinto.

"Yang pastinya 3 besar elitlah yang otomatis menjadi para kandidatnya" Tambah Adora.

"Kandidat pertama tentu saja Adith di ikuti Zein dan Riyan. Sedangkan untuk wakilnya, akan dipilih langsung oleh orang yang akan menjabat menjadi ketua Osis nantinya!" Terang Yogi.

"Jika seperti itu, bukankah berarti para elit akan dengan mudah memenangkan pemilihan nantinya?" ucap Alisya ragu.

"Kau masih belum mengerti juga yah???" Karin menepok jidatnya melihat Alisya.

"Kandidat dari kelas biasa bukanlah kandidat utama dalam pemilihan calon Ketua Osis, melainkan kandidat yang akan menjadi wakil dari ketua Osis!" Jelas Rinto setengah berbisik.

"lalu apa maksud kalian yang dari tadi mengatakan kami sebagai calon kandidat dari ketua Osis??" lanjut Alisya.

"Itu karena hanya sebagian besar orang saja yang mengetahui semua proses seleksi Ketua Osis ini" bisik Karin.

Alisya tidak begitu yakin namun ketika melihat ekspresi terkejut dari Adora, Emi dan Feby. Alisya akhirnya tertawa kecil.

"Alisya selamat.... kamu terpilih menjadi kandidat no 1 calon Ketua Osis!!! Luar biasa!!! Aku sangat terkejut begitu melihat nama dan wajahmu terpampang di monitor Lobi" Beni menerobos ditengah Rinto dan Yogi.

"Muncul lagi orang konyol berikutnya!!!" senyum Alisya kecut.

Mereka semua tertawa melihat ekspresi heboh Beni yang terlalu mengharu biru tanpa mengetahui apa-apa. Beni melemparkan padangannya kepada semua teman-temannya memasang ekspresi bingung dan tak bersalah yang sangat konyol membuat semua sahabatnya tertawa lebih hebat dari sebelumnya.

"Selamat!!! Kau adalah Kandidat utama calon Ketua Osis" Riyan berkata dengan penuh semangat kepada Adith.

"Aku tidak begitu peduli dengan hal-hal seperti itu! Aku sudah cukup banyak urusan terhadap perusahaan!" Terang Adith dengan suara malas.

"Meski Alisya adalah calon kandidat no 1?" pancing Zein yang datang menghampiri Adith dan Riyan.

Adith langsung membuka matanya dan memasang ekspresi serius.

"Alisya masuk sebagai Kandidat?" Tanya Adith kurang Yakin meski sebenarnya ia bisa menduga kemungkinan tersebut.

"Benar! Jika kamu tidak begitu berniat untuk mengikuti pemilihan Anggota Osis, Biarlah aku dan Zein yang ikut Andil! Jika aku menang tentu saja aku akan memilih Karin sebagai wakilku." tegas Riyan.

"Jika Aku menjadi ketuanya aku akan memilih Alisya sebagai Wakilku. Dan taukan kau jika apa yang terjadi jika dia menjadi wakilku???" panving Zein dengan wajah serius.

Tanpa menjawab pertanyaan dari keduanya Adith segera keluar dari kelas meninggalkan Riyan dan Zein yang saling pandang kaget dengan reaksi gerakan Adith yang begitu halus dan ringan melompati deretan Meja susun dan sudah berada di depan kelas dengan mantap.

"Sejak kapan dia bisa melakukan hal seperti itu???" Tanya Riyan penuh semangat mengagumi Adith yang kini sudah menghilang.

"Adith keren sekali,, dia sangat luar biasa!!!" teriak seorang siswi dibelakang Riyan dan Zein.

"Apa yang terjadi? Aku tak sempat melihatnya.." Histeris yang lain dengan memasang ekspresi sedih.

"Aku... Aku melihatnya!!! Dia seperti terbang melewati deretan meja dan kursi ini" Jelas yang lain.

"Apa kau bercanda??? Adith berada di deretan ke 5 dan ketinggian nya sekitar 10 meter!" Seru seorang siswa tak percaya.

"Diam kau!!! Jika kau tak melihatnya lebih baik tutup mulut" Ucap siswi yang hampir serentak membentaknya karena meremehkan Idola mereka.

"Apa yang sudah dilakukan oleh Adith sampai dia menjadi seperti itu??? Bukan hanya fisik tubuhnya yang kelihatan berbeda dari sebelumnya, Tapi Sorot mata Adith jauh berbeda dibanding pertama kali aku melihatnya disekolah ini" Tegas Zein memikirkan sosok Adith yang sudah tidak dilihatnya namun masih membekas bagaimana sosoknya yang kini sudah banyak berubah.

Begitu mendengar nama Alisya disebutkan, Adith dengan cepat menuju ke ruang Lobi gedung kelas biasa dan melihat wajah serta nama Alisya terpampang disana. Kedatangan Adith sontak saja membuat heboh para siswa yang berada disekitar sana namun mereka tetap memasang jarak aman mengingat kepribadian Adith yang membenci bau Parfum mereka.

"Apa yang dilakukannya disini???" tanyanya lagi polos.

"Tentu saja melihat siapa kandidat dari kelas-kelas kita!" tegas yang lain.

Adith sudah berlalu menghilang tanpa disadari oleh kerumunan para wanita yang berdebat karena kedatangannya. Mereka yang heboh tak menyangka Aura kedatangannya yang begitu pekat seketika menghilang ditengah keramaian dengan cepat membuat mereka yang tak menyadari kepergian Adith segera heboh mencarinya.