Chapter 67 - Terimakasih Tante

"Apa yang kau lakukan disini?" Adith kaget melihat Aurelia berada didapur rumahnya.

"Hai Dith,, oh.. itu aku.." Aurelia ragu dengan apa yang akan dikatakannya.

"Loh, Adith.. jadi kamu sudah tau kalau Aurelia sudah balik ke Indonesia? kok kamu nggak kasi tau mama sih..!" sela ibu Adith membawa nampan berisi buah segar.

"Oh nggak tante, Adith juga baru tau tadi pagi kok!" ucap Aurelia cepat mencoba untuk menyelamatkan Adith.

"Oh gitu.. mama pikir Adith udah lama tau! ya udah sayang, sana ajak Aurel main ke belakang yah.. nanti mama nyusul setelah nyuci buah ini" pinta ibu Adith lembut.

Adith tak bergeming dan berdiri dengan malas menatap dingin ke arah Aurelia.

"Emmm.. aku bantu aja yah tante!" Aurelia yang canggung mencari alasan.

"Sudah... nggak apa apa kok kamu biar sama Adith saja. kalian sudah lama kan tidak main sama sama!" jelas Ibu Adith menolak Aurel dengan lembut.

"Ummm.. kalau sama Adith bisa kapan aja kan tante? toh kita juga satu sekolah jadi biar Aurel sama tante saja! sudah lama saya nggak bantuin tante" terangnya mengambil alih mencuci buah dengan cekatan.

"Jadi kamu pindah disekolah yang sama dengan Adith? berati kalian sekelas dong??" Ibu Adith bertanya dengan semangat.

"Nggak tante, aku tidak begitu nyaman jika harus masuk kelas Elite! Selain itu kelas biasa jauh lebih baik dan menyenangkan." jelasnya sopan.

Ibu Adith memandangnya dengan penuh kasih sayang "Dari dulu kamu memang tidak suka menjadi pusat perhatian atau memperlihatkan kekayaan kedua orang tuamu dan selalu tampil dengan sederhana! Erna pasti sangat bangga memiliki anak seperti mu" Ibu Adith membelai lembut kepala Aurelia.

"Terimakasih tante!" Aurelia menunduk malu.

Adith segera meminta izin tidak memperdulikan kehadiran Aurelia disana.

"Aku pergi dulu yah ma, nanti makan saja! jangan tunggu Adith" Ucapnya sambil mencium kening ibunya.

Aurelia membelalakkan matanya melihat sikap Adith yang jauh berbeda dari sebelumnya yang tatapannya selalu dingin dan tidak begitu memperdulikan ibunya yang kini dipanggilnya dengan sebutan mama.

"Sejak kapan kamu memanggil tante dengan sebutan mama Dith???" tanya Aurelia dengan ekspresi yang sangat terkejut tak menduga.

Tidak menjawab pertanyaan Aurelia, Adith segera berjalan melewatinya menuju bagasi rumah lalu memacu motornya dengan cepat.

"Adith punya motor tante? Sejak kapan Adith punya motor tante, bukannya selama ini dia lebih suka kalau naik mobil??" tanya Aurelia begitu ia mendengar bunyi motor.

"Oh... dia bilang motor memberikannya suasana yang jauh berbeda dan lebih nyaman karena bisa merasakan angin secara langsung. Meski tante tau ada alasan lain" Ibu Adith tersenyum mengingat bahwa Alisya lah sebenarnya alasan Adith membeli motor.

"Alasan lain??? apa tante???" tanya nya lagi.

Ibu Adith hanya tersenyum sambil memotong motong buah-buahan yang sudah dikupas sebelumnya.

"Bukan apa-apa kok! jadi bagimana sekolahmu?" Ibu Adith mengalihkan pembahasan.

Aurelia merasa tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Ibu Adith namun ia lebih memilih untuk tak bertanya lebih lanjut lagi.

"Lumayan tante, aku kan sudah sekitar 3 bulan disana jadi sudah punya banyak teman! mereka semua juga cukup ramah terhadapku.." Terangnya dengan wajah ceria.

"Syukurlah, semoga kamu bisa betah dan menetap disini. Apa ayahmu masih di Jepang sekarang?" Ibu Adith duduk menghadap Aurelia di meja dapur.

"Ayah mungkin masih akan menyelesaikan beberapa hal sebelum mengambil perusahaan yang ada di Indonesia tapi katanya akan kembali dalam waktu dekat karena pekerjaanya sudah hampir rampung." jelas Aurelia sopan.

"Baguslah dengan begitu kamu bisa sering-sering mengunjungiku. Tante kadang bosan dirumah sendirian!" Ibu Adith mengambil segelas jus yang diberikan kepada Aurelia.

"Tentu saja tante, ummm... Adith kemana yah tante? aku pikir dia tidak begitu suka jalan disore hari dan selalu berada dikamar belajar sendirian atau bersama dengan Om mempelajari seluruh hal yang berkaitan dengan perusahaan!" Aurelia masih belum bisa menghilangkan rasa penasarannya dan bertanya dengan suara yang sedikit ragu.

"Jika menggunakan motor maka dia akan menuju ke rumah temannya. sejak kemunculan temannya Adith menjadi lebih hangat dan bergaul dengan baik. Bahkan karena temannya itu pula dia akhirnya memanggilku kembali dengan sebutan mama yang sudah lama tidak ku dengar!" Mata Ibu Adith terlihat berkaca-kaca penuh rasa syukur dan bahagia.

"Teman yang tante maksud itu apa Alisya?" tanya Aurel cepat.

"Kamu mengenalnya? oh iya Alisya berada dikelas biasa! apa kamu sekelas dengan dia?" Ibu Adith bertanya dengan penuh antusias.

"Nggak tante, aku dan Alisya berbeda kelas. Alisya berada dikelas Mia 2 sedangkan aku berada dikelas Mia 3!" geleng Aurel cepat.

"Ketika kamu menyebut namanya aku pikir kalian kenal dekat!" suara Ibu Adith terdengar kecewa.

"Ummm.. itu, tadi pagi aku melihat sikap Adith kepada Alisya dan tatapan yang dia berikan kepadanya hampir sama seperti apa yang aku lihat Dia memperlakukan tante!" terang Aurel lembut.

"Kamu pasti bingung kenapa Adith bisa memperlakukan Alisya seperti itu kan??" tanya Ibu Adith penuh antusias.

"Iya tante, sebelumnya Adith tidak pernah memperlakukan Aku seperti apa yang ia lakukan kepada Alisya. Bahkan sekarang perlakuan dia kepadaku jauh lebih dingin dari sebelumnya. Aku memang salah karena sudah menolaknya dan menepis tangannya sewaktu menghentikanku untuk pergi ke Jepang. Tapi karena itu aku kembali tante... Aku menyesal sudah meninggalkan Adith dulu" Aurel tersedu menangis menyesali perbuatannya.

"Sudahlah Aurelia, jangan menangis! Baik kau maupun Adith masih terlalu muda untuk memahami permasalahan hidup. Kalian masih belum bisa mengendalikan emosi dengan baik jadi tidak perlu dipikirkan lagi apa yang sudah berlalu. Sekarang yang paling penting adalah bagaimana kalian menghadapi hari esok dan memperbaiki semuanya dengan lebih baik!" Ibu Adith mencoba menenangkan Aurelia.

"Iya Tante, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk meminta maaf kepada Adith dan mendapatkan hati Adith kembali" Aurelia berseru dengan suara serak.

Ibu Adith hanya tersenyum kecut tak tau bagaiamana menanggapi kalimat Aurelia. Ia hanya bisa membelai-belai lembut kepala Aurelia untuk menenangkannya.