Chapter 72 - Hanya Kau yang Dibutuhkannya

"Dimana Alisya???" Adith berlari kecil menghampiri Rinto dan Yogi yang sudah bersiap pulang di parkiran motor.

"Dia sudah pulang sendirian tadi!" Ucap Karin yang berjalan dibelakang Adith.

"Kenapa dia selalu pulang sendirian?" keluh Adith.

"Kau belum pulang?" tanya Rinto melihat Adith yang masih berdiri ditempat itu tak bergeming.

"Huhhh... sia-sia aku bawa motor!" Adith menarik nafas dalam.

"Eh??? jadi kamu bawa motor? sejak kapan?" tanya Rinto heran.

"Sejak dia tahu Alisya lebih suka naik motor dari pada mobil" Ucap Karin dan Yogi hampir bersamaan.

Rinto tersenyum simpul seolah memahami kondisinya.

"Kamu mau kemana?" tanya Aurelia dengan suara lembut mengehentikan Adith.

"Bukan urusanmu!" jawab Adith dingin.

"Kamu masih marah? harus dengan cara apa kamu memaafkanku? aku sudah berusaha sebaik mungkin dengan terus meminta maaf kepadamu setiap saat dan kau selalu saja menghindariku!" Aurelia berkata dengan gusar sambil terus menghetikan gerakan Adith.

"Tidakkah kau merasa bahwa kau terlalu berlebihan? bukankah sudah ku katakan jika itu sudah tidak ada hubungannya lagi?" Adith mulai tak sabar menghadapi Aurelia.

"Lalu kenapa kau terus menghindariku? kenapa kau tak bisa bersikap seperti sebelumnya kepadaku?" tanya Aurelia dengan suara tinggi.

"Karena semua tak seperti dulu lagi, ingatkan apa yang aku katakan dulu? jika semua takkan bisa sama lagi jika suatu saat kau akan kembali dan kau tidak mendengarkanku lalu pergi begitu saja!" jelas Adith kesal.

"Tapi bukankah kau mencintaiku?" Aurelia menurunkan nada suaranya dengan lembut.

"Maaf Aurelia, aku sudah tidak memiliki perasaan itu sekarang! berhentilah menggangguku!" Adith membunyikan motornya kembali.

"Apa semua ini karena Alisya?" Teriak Aurelia karena bunyi motor Adith yang cukup besar.

"Benar, Alisya!!!" ucapnya tersenyum dan dengan satu tarikan Gas Adith pergi meninggalkan Aurelia sendirian.

Aurelia menitikkan air matanya. Ia tak pernah melihat Adith memperlihatkan ekspresi seperti itu sebelumnya. Mata Adith saat menyebut nama Alisya sungguh sangat berbeda seolah matanya menggambarkan sebuah danau biru yang luas dimana hanya ada Alisya yang dapat berenang didalamnya dan tak ada tempat baginya karena itu hanya ada untuk Alisya saja.

Tidak butuh waktu lama, Adith sudah berada didepan rumah Alisya.

"Siang nek, Alisya sudah pulang?" tanya Adith begitu neneknya membuka pintu.

"Harusnya sih sudah, tapi nenek juga heran kenapa dari tadi dia belum pulang yah?" ucap neneknya memastikan jam yang ada ditangannya.

"Oh gitu, ya sudah nek.. kalau gitu aku coba cek dijalan sekali lagi, siapa tau dia masih dijalan!" Adith langsung berpamitan lalu pergi menyusuri jalan serta tempat yang biasanya dikunjungi oleh Alisya sewaktu berjalan pulang namun tidak ditemukannya.

"Ahh,,, kamu kemana sya??? kenapa kamu mematikan alat yang ada ditelingamu lagi???" gumam Adith yang frustasi tak menemukan Alisya karena sudah sekitar 2 jam mencarinya. Putus asa, Adith menghubungi Karin dan yang lainnya namun mereka tak mengetahui keberadaan Alisya.

Sejam kemudian Karin menelpon Adith yang masih terus berada di atas motor.

"Kau masih mencari Alisya?. Sebaiknya kamu pulang saja dulu, Karan sedang bersama Alisya sekarang!" Terang Karin agar Adith menghentikan pencariannya.

"Kenapa Alisya bisa bersama Karan???" Adith bertanya dengan nada dingin.

"Alisya meminta Karan untuk menemaninya. Hari ini adalah hari dimana ibunya meninggal sehingga dia pergi menziarahi kubur Ibunya dan ditemani oleh Karan!" Adith segera menghentikan laju motornya mendengar perkataan Karin.

"Alisya tidak mengajakku karena aku akan selalu menangis setiap kali kesana dan hari ini aku benar-benar lupa. untunglah Karan mengingatnya dan menggantikanku menemani Alisya kesana!" lanjut Karin.

"Baiklah,, terimakasih infonya Karin!" suara Adith lemah.

"Iya sama-sama! pulanglah dan beristirahatlah" tegas Karin mengingatkan lalu kemudian mematikan telponnya.

Adith memukul setirnya dengan keras menyesali kebodohannya karena tak mengetahui hal tersebut. Dengan hati yang sangat berat, Adith kembali ke rumah Alisya dan menemukan Karan yang sedang berpamitan kepada nenek Alisya.

"Kau disini??? masuklah dan temui Alisya tapi jangan membangunkannya. Dia masih tertidur saat ini tapi sepertinya kehadiranmu akan membuatnya tenang!" Ucap Karan begitu berpapasan dengan Adith.

"Terimakasih karena sudah menemani Alisya!" Suara Adith terdengar lemah namun tulus.

"Hanya kau yang dibutuhkannya sekarang!" bisik Karan.

"Maksud kamu???" Adith bertanya dengan bingung tak mengerti maksud Karan.

"Masuklah,,, kau akan mengerti begitu masuk!" tujuk Karan kedalam kamar Alisya.

"Kau mengetahui sesuatu? apa ini ada hubungannya dengan masa lalu aku dan Alisya?" Adith menatap Karan dengan wajah serius.

Karan hanya terdiam menepuk pundak Adith lalu sekali lagi berpamitan kepada nenek Alisya dan Adith kemudian pergi.

Adith masuk kedalam kamar dengan sedikit berjalan perlahan agar tidak membangunkan Alisya. Alisya tertidur dengan mata sembab dan peluh yang mengalir disepanjang tubuhnya. Nafasnya berat seperti sedang dalam mimpi buruk karena ekspresi wajah Alisya syarat akan kesedihan yang mendalam. Hati Adith terasa sakit dan sesak melihat ekspresi wajah Alisya.

Dengan perlahan-lahan Adith mengambil tisu untuk mengelap keringat Alisya dan berusaha untuk tidak membangunkannya. Gerakan lembut Adith membuat Alisya menangkap memegang tangan Adith. Adith terkejut karena ia pikir sudah membangunkan Alisya tapi ternyata mata Alisya masih dalam keadaan tertutup.

Secara perlahan, nafas Alisya semakin teratur dan genggaman Alisya ditangan Adithpun juga semakin erat. Tidak ingin membangunkannya, Adith tetap duduk disisinya dengan posisi tangan berada dalam dekapan Alisya tepat di pipi sebelah kanannya untuk waktu yang cukup lama. setelah dirasanya cukup aman, Adith perlahan-lahan melepaskan genggamannya dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 1 malam.

"Butuh waktu 5 jam untuknya melepas genggamannya, 5 menit lagi keadaanya akan sangat berbahaya karena aku akan jatuh tertidur!" bisik Adith sambil memandang wajah Alisya yang kini jauh lebih tenang.

Ia kemudian berdiri untuk segera berpamitan kepada nenek Alisya yang sedang berjaga diluar karena terus memastikan kondisi Alisya. Namun sesaat ia akan keluar dari kamar Alisya, tepat di atas meja Adith melihat foto dengan wajah yang sangat Familiar baginya, wajah itu adalah wajah yang sangat dikenalinya dimasa lalu.

"Kenapa foto tuan Ali ada disini??? apa hubungannya Alisya dengan tuan Ali???" Adith berbicara dalam keheningan dengan suara yang tertahan.

Adith mengambil foto itu tanpa pikir panjang lalu keluar dari kamar Alisya dan tetap membiarkan kamarnya setengah terbuka.

Adith pulang dengan pikiran yang campur Aduk, bagaimana mungkin ia melupakan hal terpenting yang selama ini dia cari. Hari ini terlalu banyak kesalahan yang ia lakukan sehingga kepalanya terasa berat dan dadanya terasa sesak.

Sesampainya dirumah, ia tertidur dengan wajah lelah dipenuhi oleh banyak beban pemikiran.