Chapter 83 - Rumus Helmotz

"Wowww,,, Alisya kau hebat! tak ku sangka kau ternyata sangat cerdas!" puji Yogi yang membuat Alisya melirik tajam ke arah Karin.

Rinto terbatuk canggung, ia ingin bertnya tapi ragu namun rasa penasarannya sangat tinggi membuatnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Lalu apa yang terjadi? kenapa Alisya tidak bersekolah sebelumnya? aku cukup penasaran! sedangkan yang aku ketahui Alisya adalah siswi yang sangat ditakuti sewaktu SMP karena kemampuannya dalam berkelahi. Bahkan saat pertama kali bertemu dia menghajarku habis-habisan!"

"Apakah ini ada hubungannya dengan Black Falcon???" Adith memandang Alisya dengan sangat serius.

Mendengar pertanyaan Adith, Alisya seketika menutup bukunya dan mengengganya dengan erat.

"Black Falkon? apa itu?" tanya Yogi bingung.

"Sepertinya aku pernah mendengarnya!" tambah Rinto.

Karin terpaku dengan pertanyaan Adith. Ia langsung melirik ke arah Alisya dan merasakan aura Alisya yang berubah menjadi waspada.

"Dari mana kau mendengarnya?" Alisya merasa tak pernah membahas hal ini bersama Adith.

"Kau pernah mengatakannya sewaktu kau berbicara dengan ayah Miya!" tegas Adith.

Alisya lupa kalau ternyata ia memang pernah mengatakan hal itu sewaktu memperkenalkan dirinya kepada Ayah Miya. Alisya tak menyangka kalau Adith akan memperdulikan apa yang dia katakan saat itu. Nama yang harusnya tidak dengan mudah ia ungkapkan, tapi mengetahui kemampuan Adith. Alisya yakin bahwa Adith pasti telah mengetahui informasi mengenai organisasi tersebut.

****

Adith berjalan gontai dengan fikiran penuh mengenai Alisya. Adith merasa banyak hal yang masih harus ia selidiki mengenai Black Falcon ini, Adith takut jika suatu saat organisasi ini akan mengincar Alisya kembali.

"Berhenti!!!" cegat Karin tepat sebelum ia melewati koridor yang sedikit sepi karena sebagian siswa sudah memasuki ruangan mereka.

"Karin, ada apa?" tanya Adith bingung terhadap Karin yang berada di kompleks elit.

"Apa yang akan kau lakulan sekarang?" Karin memandang Adith dengan tatapan tajam.

Adith tidak menjawab dan hanya mengerutkan keningnya yang tebal dan hitam.

"Aku yakin kau paham apa yang aku katakan. Dari cara mu memeluk Alisya malam itu dan hari ini, aku berkesimpulan bahwa kau sudah mengetahui siapa Alisya sebenarnya." Karin melipat kedua tangannya di depan Adith menantikan tanggapannya.

"Jadi kau juga sudah mengetahui mengenai aku dan Alisya? pantas saja Karan menanyakan hal yang sama tepat seperti yang kau lakukan saat ini!" Adith tak menyangka kalau dua kakak beradik ini akan bereaksi se posesif ini terhadap Alisya.

"Kamu tentu sudah mencari tahu lebih banyak mengenai apa yang sudah kau tanyakan kepada Alisya tadi, dan kau paham betapa besar resikonya yang harus dihadapi oleh Alisya begitupula dengan dirimu. Untuk itu aku kesini untuk memperingatkanmu Dith, Black Falcon adalah organisasi hitam yang saat ini sedang dalam tahap penyelidikan Ayah Alisya dan kau harus berhati-hati terhadap keduanya." Karin menepuk lembut pundak Adith dan berlalu pergi memberikan Adith kebebasan untuk berpikir dan menyesapi setiap kalimatnya.

****

Alisya terus memikirkan pertanyaan Adith sehingga tak menyadari guru Fisika sudah memanggil namanya berkali-kali.

Setengah menunduk Karin menguncangkan tubuh Alisya.

"Alisya... Alisya,,, Alisya!!!" suara Karin semakin keras ketika Alisya masih larut dalam pikirannya.

"Apa yang kau pikirkan??? kenapa kau tidak memperhatikan pelajaran saya?maju kedepan dan selesaikan soal ini!!!" guru Fisika marah dan memberikan Alisya soal turunan rumus yang cukup sulit untuk menghukumnya.

"Maaf pak, saya kurang fokus tadi!" Alisya meminta maaf dan menurut maju kedepan kelas untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

"Pak guru tega sekali, kenapa memberikan soal sesulit itu?" bisik Adora kepada Febi yang berada disebelahnya.

"Aku bahkan tak tahu rumus apa yang sedang dia gunakan!" Yogi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Bukankah itu seharusnya materi untuk mahasiswa?" tanya Gina ragu.

"Aku rasa iya, bahkan setelah membuka internet pun aku tak menemukan jawabannya!" lanjut Yana.

Alisya hanya terdiam dan terus mengerjakannya dengan lancar.

"Sudah pak!" Alisya meletakkan spidolnya dan berlalu duduk.

Sang guru hanya melirik ke arah Alisya dan tersenyum meremehkan kemampuannya, mustahil baginya untuk menyelesaikan soal yang bahkan dirinya saja belum bisa menyelesaikannya. Sejak awal dia tidak yakin kalau Alisya takkan bisa menyelesaikan soal tersebut sehingga dia tidak memperhatikan Alisya dan hanya mengutak atik handphonenya.

"Waaahhh.. yang kamu tulis cukup ringkas dan aku bisa mngerti kenapa bisa mendapat hasil seperti itu! Teriak Beni setelah melihat catatannya dan papan tulis.

"Benar, aku tak menyangka kalau soal itu bisa semudah itu diselesaikan! bahkan aku bisa memahaminya dengan baik." tambah Emi tak kalah takjub.

"Jangan bercanda kalian, mana mungkin dia bisa menyelesaikan soal yang aku saja tidak bisa!" pak guru Fisika mencoba bangkit dari kursinya untuk melihat jawaban Alisya.

"Jawabannya 100 persen benar!" ucap Karin membenarkan jawaban Alisya.

"Ya betul, sedari tadi kami berusaha mencari contoh soal yang sama dan tak disangka kalau soal yang digunakan adalah rumus Helmoltz yang sedang menggegerkan dunia baru-baru ini! Soal pemecahan rumus ini sedang dikerjakan oleh seorang mahasiswa Strata 3." terang Adora setelah lama berselancar didunia internet. Matanya memerah karena menahan diri untuk berkedip saking fokusnya ia mencari jawaban mengenai soal yang ada dipapan tulis.

"Bagimana kau bisa menyelesaikan persaman ini dan mengetahui mengenai rumus Helmoltz?" tantang pak guru Fisika yang merasa harga dirinya sedikit terluka.

Alisya berdiri kembali ditempat duduknya lalu menepian rambutnya degan lembut.

"Saya menggunakan persamaan matematika karena persamaan matematika dalam bentuk diferensial mampu memecahkan rumus Helmholtz, hal itu adalah pengubahan persamaan yang menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu dikerjakan dengan teliti kemudian tahap berikutnya adalah penyelesaian dengan metode direct atau iterasi." terang Alisya dengan yakin.

"Tapi memang soal itu masih belum ditemukan jawabannya maka saya hanya bisa menyelesaikan sampai disitu saja!" tambah Alisya kembali duduk dikursinya.

Semua orang tertegun mendengar penjelasan Alisya baru kali ini mereka bisa melihat sisi Alisya yang begitu keren dalam menyelesaikan sebuah soal dipapan tulis, selama ini ia selalu saja berusaha tak menarik perhatian sehingga para guru pun tidak terlalu memperhatikan dia ataupun menyuruhnya untuk menyelesaikan sebuah soal.

"Aku tak menyangka kalau Alisya bisa secerdas ini!" Gina berdehem keras bertepuk tangan mengagumi sosok Alisya yang membuat seisi kelas bersorak riuh dengan tepuk tangan yang cukup keras.

"Alisya keren..." teriak Yogi memecahkan tenggorokannya sehingga ia terbatuk-batuk dengan sangat hebat.

"Aku pikir ada seseorang yang menginjak leher bebekku!!!" Teriak Rinto yang membuat semua orang tertawa melihat ekspresi menyedihkan Yogi yang meringis memegang lehernya.