Chapter 85 - Sayang

"Kalian serius kita masuk kesini???" mereka semua kaget melihat butik megah milik ibu Gina dan Gani yang penuh dengan banyak sekali pakaian-pakaian yang tampak mahal dan berkelas.

"Jangan khawatir, ibu sudah tau kalau kita akan datang. Baju didaerah ini memiliki harga yang cukup terjangkau sehingga kalian tidak perlu merogoh kocek yang banyak. selain itu ibu juga bisa sekalian menjadikan kalian model butiknya dengan tidak secara langsung dapat mempromosikan mereknya!" Jelas Gani dan Gina bergantian.

"Kalian bisa memilih apa saja yang ingin kalian gunakan, pakaian untuk Pria berada di bagian sebelah kanan sedangkan Wanita berada disebelah kiri" Ibu Gani dan Gina datang menghampiri dan langsung menunjukkan tempat kepada semuanya yang mendapat sambutan hangat dari mereka.

"Terimakasih banyak tante, maaf sudah merepotkan!" Alisya menyalami dengan sopan.

"Kamu Alisya kan, Gani dan Gina sudah banyak menceritakanmu! Gani dan Gina selalu bersemangat bercerita tentang mu dan mereka bilang kamu banyak membantu mereka sekarang!" Ibu Gani dan Gina tersenyum hangat mengelus rambut Alisya lembut.

"Ah, tidak tante. mereka hanya melebih-lebihkan saja!" Alisya malu karena perlakuan hangat ibu Gani dan Gina.

Ibu Gani dan Gina melihat Karin lalu memegang pipi Karin hangat membuat Karin merona.

"Terimakasih juga kepada ketua kelas yang baik hati" Pujinya kepada Karin.

Didampingi oleh Ibu sikembar dan dibanru oleh Gani dan Gina, mereka semua dengan cepat mengganti seragam mereka ke pakaian santai yang lebih nyaman sesuai selera masing-masing.

Banyak waktu telah mereka habiskan dengan penuh canda tawa karena mereka mencoba satu persatu pakaian yang ada yang tampak seolah-olah sedang ada acara peragaan busana oleh model muda-mudi yang tak kalah heboh. Jumlah mereka yang sebanyak 20 orang lebih membuat butik ibu Gani dan Gina penuh dan tumpah ruah.

Sontak saja mereka menjadi pusat perhatian semua orang sehingga Gani dan Gina mengajak beberapa dari mereka untuk langsung melakukan peragaan busana didepan butik ibunya. Para pengunjung tertarik dengan pertunjukan mereka karena Gani adalah pemuda yang tak kalah tampan dengan cara berpakaiannya yang sangat keren dan populer serta Gina yang tak kalah Cantiknya. Selain itu diantara mereka semua Karin dan Alisya lah yang paling menarik perhatian mereka.

"Kamu yakin bisa berada diruang karaoke?" Karin mengkhawatirkan kesensitifan Alisya terhadap suara meski sebenarnya Alisya sudah memiliki kondisi yang lebih baik sejak ia memakai alat yang diberikan oleh Adith.

"Tenang saja. jika memang aku tak bisa, aku bisa keluar!" tepuk Alisya di bahu Karin untuk menenangkannya.

"Baiklah, aku juga ingin sekali-kali kau bisa merasakan hal yang dilakukan oleh anak-anak pada umumnya!" Goda Karin kepada Alisya yang terbilang retro karena selama ini ia selalu mengurung dan terkurung.

"Oke, karena kau sudah bilang seperti itu maka kau harus menemaniku hari ini!" senyum Alisya licik membuat Karin bergidik ngery.

"Waahhh... tempatnya luas dan mewah sekali, ini cukup untuk kita semua!" Teriak Adora memasuki ruang karaoke yang sangat luas dengan layar yang sangat besar dan kerlap kerlip khas tempat karaoke pada umumnya.

"Saatnya memilih lagguuuuu..." Beni langsung menyerbu kearah layar monitor yang menampilkan ribuan menu lagu yang siap untuk diputarkan.

Semuanya dengan semangat mengambil beberapa alat tambahan serta berbagai macam hiasan yang bisa mereka gunakan dalam memperindah suasana dan meningkatkan semangat. Beni dan Yogi dengan semangat berduet menyanyikan lagu dangdut "Gadis atau Janda" yang seharusnya dinyanyikan bersama perempuan membuat mereka tertawa heboh karena acting keduanya.

"Aku keluar dulu ke kamar kecil" Teriak Alisya di telinga Karin. Karin yang khawatir dan ingin ikut dihalangi oleh Alisya.

Alisya sebenarnya tidak berniat ke kamar mandi, tetapi karena ia sudah tidak sanggup bertahan mengendalikan rasa sakit yang menderanya selama berada didalam. Alat yang ia gunakan tidak cukup untuk meredam suara heboh dan keras yang mereka ciptakan terlebih karena ruang karaoke yang kedap suara meredam semua kebisingan itu didalam sana. Sungguh keajaiban yang dirasakan Alisya karena mampu bertahan setidaknya 30 menit.

Alisya duduk tidak jauh dari kantin tempat karaoke tersebut sehingga membuatnya bisa menikmati secangkir kopi mocha yang hangat. Alisya duduk menghadap jendela dimana saat itu hujan menghantam dengan deras.

"Alisya,,," seseorang berdiri disampingnya dengan pandangan heran.

"Oh,, Zein.." Alisya berdiri begitu mengenali orang tersebut.

"Hai Alisya,,, kau juga ada disini ternyata?" Riyan menyapa dengan ramah.

Alisya hanya tersenyum canggung.

"Kau sendiri???" tanya Rinto karena tidak melihat Karin atapun yang lainnya disekitar Alisya.

"Ummm, tidak. Aku bersama Karin dan yang lainnya. Mereka ada di kamar no 5!" Alisya menunjuk ruangan yang berada paling ujung.

"Benarkah? lalu apa yang kamu lakukan disini sendirian?" Zein sekali lagi memeriksa sekitar yang tampak tak seorang pun dikenalinya.

"Aku hanya...." Alisya berhenti karena tubuhnya tiba-tiba saja sudah dibalut Jas tebal yang hangat.

"Kamu sudah lama menunggu??? Maaf diluar hujan deras sekali!" Adith mengarahkan Alisya untuk duduk kembali.

"Jadi kamu bersama Adith?" ucap Riyan bingung karena tak biasanya Adith akan berada ditempat seperti itu.

"Kau kesini karena Alisya? seperti apa sebenarnya hubungan kalian?" pancing Zein karena tau betul bagaimana sifat Adith. Adith selalu saja menolak setiap kali mereka mengajaknya untuk berkumpul dan kali ini hanya karena Alisya, Adith menerobos hujan deras yang selama ini Zein tau betul kalau Adith tidak begitu menyukai air hujan dimalam hari.

"Seperti apa itu tidak ada hubungannya denganmu!" tatap Adith tajam. Alisya hanya tersenyum melihat wajah posesif Adith yang tampak sedang menahan emosi karena cemburu.

"Oke,,, oke,, aku paham! tapi jika kalian tidak memiliki hubungan apapun, itu artinya aku memiliki kesempatan!" Senyum Zein sembari berlalu pergi.

Adith mengepalkan tangannya karena kesal.

"Sepertinya ada yang cemburu!!" goda Alisya sambil membenarkan posisi jas dengan nyaman.

"Dan sepertinya kau menikmatinya!" Adith memajukan wajahnya dan tersenyum manis. Alisya langsung merona kaget melihat perubahan ekspresi Adith yang sangat drastis.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Alisya mengalihkan pembicaraan.

"Sayang,,, kau tega sekali bersenang-senang tanpa diriku!" Adith menyentuh kedua pipi Alisya membuat wajah Alisya membengkak menggemaskan.

"Apa sih, hentikan panggilanmu itu!" tepis Alisya menjauhkan tangan Adith. Alisya sedikit merasa risih dengan sikap Adith yang ambigu.

"Sikapmu ini yang membuatku semakin menginginkanmu!" Adith membelai lembut rambut Alisya dan mengalungkannya di telinganya.

Alisya menjadi panas dingin dibuatnya. Saat ia ingin menepis tangan Adith karena malu, tangan Adith sudah terlebih dahulu mengeluarkan Alat ditelinganya dan memasukkan alat yang baru. Alisya mengerutkan keningnya bingung.