Chapter 96 - Pertandingan

"Lihat, Zein bahkan bisa melakukannya dengan baik dari pada dirimu!" Alisya sengaja mengambil Zein sebagai bahan perbandingan untuk memanas-manasi Adith.

"Kau akan menyesal karena sudah menyebut namanya!" senyum Adith licik tak menyangka kalau Alisya akan menyebut nama Zein dengan lembut.

Adith kemudian melakukan sit up sebanyak 50 kali dengan gerakan yang cukup halus sehingga Alisya bahkan tak perlu menggunakan kekuatannya untuk menahan kaki Adith. Setelah selesai ia bangkit dan pergi meninggalkan Alisya dengan ekspresi datar tanpa menoleh.

Adith kesal saat mendengar Alisya menyebut nama Zein yang teringiang-ngiang ditelinganya ditambah dengan ingatanya akan Zein yang terang-terangan mengatakan kalau ia menyukai Alisya. Sedang Adith, ia yakin akan perasaanya kepada Alisya tapi ia masih belum yakin untuk mengungkapkannya karena takut jika Alisya akan terluka olehnya.

Alisya hanya menatap punggung Adith bingung karena perubahan ekspresinya yang sangat cepat. Kepergian Adith membuatnya berpikir bahwa akhirnya ia bisa terlepas dari Adith yang selalu saja menggodanya namun kemudian Alisya merasa seolah ada sesuatu dari dirinya yang juga ikut pergi bersama kepergian Adith.

"Ada apa? kenapa dia pergi dengan ekspresi wajah yang kelam seperti itu?" tanya Karin mengagetkan Alisya dari lamunannya.

"Entahlah.. tapi sepertinya dengan begitu dia tidak akan mengangguku lagi" jawab Alisya dingin.

"Apa sekarang lagi main tarik ulur?" gumam Karin yang sengaja ia perbesar suaranya agar lebih jelas didengar oleh Alisya.

"hummm.. kau sepertinya sedang menikmati sebuah pertunjukan atau sedang melarikan diri dari sebuah pertunjukan hahh???" goda Alisya mengingat Karin yang sempat berpasangan dengan Riyan.

"Apa yang kau maksudkan?? senyuman licikmu itu selalu saja mejadi teror utama saat aku tertidur di malam hari" ketus Karin melihat senyum Alisya yang sangat licik.

"Benarkah? terimakasih! aku tak menyangka kalau itu akan sangat menarik, apa harus aku lakukan tiap saat?" Alisya tak peduli dengan ucapan Karin yang terdengar sedang mengejeknya. Baginya Karin sedang memujinya dengan tulus.

"Dasar Maniak!!!" ketus Karin langsung berlari sebagai bagian dari pemanasan Akhir mereka.

Setelah berlari mereka semua akhirnya diarahkan menuju ke gedung olah raga yang memiliki fasilitas lebih lengkap untuk pembelajaran yang diberikan oleh pak Anto.

"Baiklah, sesuai dengan pasangan yang sebelumnya kalian akan melakukan...." pak Anto terhenti saat melihat Adith sedang mengangkat tangannya.

"Maaf pak.." Adith maju kedepan untuk bisa berbicara dengan nyaman kepada pak Anto.

"Ada apa Adith, kenapa kau mengangkat tanganmu? ada yang ingin kau tanyakan atau kau ingin meminta izin?" tanya Pak Anto bingung melihat tindakan Adith yang tiba-tiba.

"Oh tidak pak, saya hanya ingin memberikan saran. Daripada berpasangan bagaimana kalau kita lakukan pertandingan antara kelompok dari kelas Mia1 melawan kelompok dari kelas Mia2? bukankah itu akan lebih menyenangkan ketimbang harus melakukan pembelajaran yang cukup membosankan karena rutinitas yang hampir sama?" Adith sengaja memancing pak Anto.

"Sepertinya tidak buruk, dengan sebuah pertandingan tentu kalian akan bisa menjadi lebih akrab satu sama lainnya sehingga dengan begitu kalian tidak akan bersikap kaku satu sama lainnya. Terlebih karena imej para elite yang lebih mementingkan tingkat sosial dan pelajaran ketimbang bersenang-senang sebagaimana anak SMA pada umumnga. Aku rasa dengan ini semangat kompetitif kalian bisa lebih ditingkatkan." terang pak Anto menyukai saran yang diberikan oleh Adith.

"Apa yang sedang direncanakannya?" Rinto berbisik ketelinga Yogi.

"Aku juga tak yakin, Adith biasanya tidak begitu peduli terhadap orang lain kenapa merepotkan masalah minat orang lain?" Yogi menatap Adith tak mengerti.

"Apa yang sedang dipikirkannya? aku kira dia lebih suka jika dipasangkan dengan Alisya ketimbang harus melawannya!" Zein bergumam merasa ada yang aneh dengan sikap Adith.

"Kalau aku sih tidak masalah, dengan begitu aku bisa memperlihatkan kemampuanku dihadapan mereka!" Riyan sudah tak sabar ingin memperlihatkan kehebatannya dalam bidang olah raga dihadapan Karin.

"itu anak serius??? jika dibidang akademik mungkin kelas kita akan kalah melawan para kaum elite yang mendominasi dengan adanya 10 orang tingkat atas ditambah dengan si jenius Adith, tapi jika dalam bidang Olah raga, aku rasa kita bukanlah tanding seimbang mereka yang banyak menghabiskan waktu didalam ruangan empuk mereka!" Karin bersuara pelan menatap Alisya dalam menunggu pendapatnya.

"Jangan remehkan mereka, kita tak tau kenapa julukan elite diberikan kepada mereka khususnya 10 orang yang mana beberapa diantaranya berada dikelas Mia1 itu. Tidakkah kau lihat bagaimana mereka sedang membara melihat kesini? entah apa yang sudah dikatakan oleh Adith kepada mereka sampai sorot mata mereka berubah drastis dari sebelumnya" Alisya mengingatkan Karin agar waspada dengan tidak terlalu meremehkan para siswa yang berada di kelas Mia1.

"Kita akan lakukan pertandingan pada 10 cabang olah raga. Untuk yang pertama, pertandingan lomba lari 100 meter untuk para putra kemudian dilanjutkan para putri. Poin dari kecepatan kalian akan muncul dilayar begitu kalian melewati garis finish. Poin yang ada akan dikumpulkan dengan poin yang lainnya untuk kemudian akan langsung bisa disaksikan kelompok pemenang pada setiap cabang yang akan kita pertandingkan nanti." jelas pak Anto memulai pertandingan dengan penuh semangat.