Chapter 98 - Lari Estafet

"Kau baik-baik saja?" Karin khawatir karena keadaan gedung sudah lebih ribut dibanding sebelumnya!

"Ya tentu saja, ini tidak seberapa dibanding kegilaan kalian saat diruang karaoke!" tawa Alisya mengingat kegilaan yang sangat heboh sewaktu mereka berada diruang karaoke lalu.

"Syukurlah kalau begitu!" Karin sekarang mengalihkan pandangannya ke arah pak Anto yang bertindak sebagai juri sekaligus wasit pertandingan hari itu.

"Pertandingan selanjutnya adalah Estafet, tiap kelas terdiri atas 6 orang dengan 3 cowok dan 3 cewek sebagai perwakilan!" pak Anto mengintruksikan dibantu dengan beberapa siswa yang membawa 2 tongkat estafet.

"Bagaimana? apa kau akan ikutan?" Zein bertanya kepada Adith yang menatap tajam kearahnya.

"Tentu saja!" senyum Adith licik.

"Sepertinya Adith akan ikutan lagi Sya, apa yang akan kau lakukan?" tanya Karin melihat Adith sudah bersiap-siap.

"Kali ini aku ikutan, biar aku yang melawannya kali ini!" tegas Alisya tak sabar bersaing bersama Adith.

"Kau yakin ingin melawan Adith? bukankah lebih baik jika aku yang melakukannya?" Rinto menawarkan diri dengan yakin.

"Tidak, aku ingin kamu menghadapi Zein di garis start. Dia lawan yang cukup kuat. Dan untuk Yogi, kau bisa melawan Elsa. Jangan kau remehkan kemampuan larinya." Alisya mengarahkan teman-temannya dengan serius.

"Sisanya biar kami yang tangani" ucap Karin memandang Adora dengan wajah tersenyum.

"Sepertinya akan sangat sengit kali ini" Adora memijit-mijit tangannya siap.

"Semua keposisi masing-masing!" pak Anto siap memberikan intruksi lebih lanjut.

Rinto dan yang lainnya sudah mengambil posisi seperti apa yang telah dikatakan Alisya yang ternyata benar seperti apa yang telah diprediksikan oleh Adith sebelumnya.

"Alisya melawan Adith untuk mencapai garis finish??? hahahaha apa dia yakin bisa menang melawan kecepatan pria?" seorang siswa dari penonton tertawa meremehkan.

"Kepercayaan diri yang sembrono! Adith takkan mungkin berbaik hati meski Alisya hanyalah seorang perempuan!" celoteh yang lainnya.

"Dasar pencari perhatian! Dari mana datangnya harga dirinya itu?" tambah seorang yang lain.

"Mereka akan kalah dengan mudah, kemampuan Zein hampir sebanding dengan kemampuan Adith! Mia 2 tak memiliki seseorang yang sesuai dengan kemampuan mereka!" ketus yang lainnya lagi.

Keputusan Alisya seperti itu membuat semua penonton berseru meremehkan membuat Rinto dan yang lainnya hanya tertawa pelan.

"Kalian akan lihat siapa sebenarnya Alisya sekarang!" senyum Emi licik sambil terus menyemangati teman-temannya.

"Jangan remehkan Alisya!" Feby menatap dengan tatapan sinis kesemua kalangan elite.

"Tenanglah, bukan hanya Alisya. Disana juga ada Karin, mereka akan kaget melihat kalau ternyata kita memiliki 2 kartu As yang sangat sempurna!" Gina dengan semangat berseru menenangkan Feby yang sudah panas mendengar kalangan elite meremehkan mereka.

Suasana riuh memenuhi seluruh gedung dimana tampak semua siswa serta kepala sekolah sudah mengambil posisi dimana kamera gedung serta monitor besar telah dinyalakan untuk memantau seluruh aktifitas pertandingan mereka.

"Aku tau kalau kau akan berdiri disini melawanku!" Adith memandang Alisya dengan senyuman menggoda.

"Tentu saja, karena diantara mereka akulah lawan yang sesuai denganmu!" ketus Alisya jengkel melihat senyuman nakal Adith.

"Aku tak menyangka kalau kau akan melawanku, tapi maaf aku takkan mengalah meski kau adalah seorang perempuan!" Goda Riyan kepada Karin.

"Oh tentu, aku justru ingin kamu mengerahkan semua kemampuanmu!" tantang Karin dengan senyuman tipis.

Darah Riyan seketika mendidih saat ia melihat senyum tipis Karin, senyumannya mampu membuat jantung Riyan seketika berdebar kencang. Riyan tak bisa menyembunyikan wajahnya yang begitu tertarik menatap senyuman Karin.

"pufffttt... apa yang dipikirkan oleh Alisya dengan dia melawan Adith sedang kau harus berhadapan denganku?" Elsa menatap remeh kearah Yogi.

"Sebaiknya lihat dan perhatikan apa yang akan terjadi nanti" balas Yogi acuh tak acuh.

"Bersedia... siap,,, priiittttttt!!!!" pak Anto meniup keras peluitnya memulai pertandingan.

Rinto dan Zein yang berada di garis start tiba pada orang kedua hampir bersamaan. Karin menangkap tongkat yang diberikan oleh Rinto dengan satu langkah yang detik kemudian telah melesat cepat. Riyan kaget melihat Karin yang sudah berlari melewatinya dengan cepat. Karenanya Riyan mengeluarkan tenaga yang cukup besar untuk bisa menyamakan posisinya dengan Karin sehingga mereka tiba dengan jarak yang sangat tipis.

"Kauhhh.... he... bat ju gah!" Riyan kehabisan nafas saat berhenti pada orang ketiga dan menyerahkan tongkatnya pada Chaca.

Karin hanya tersenyum tak memperdulikan Riyan dan terus menyaksikan Beni yang mencoba melawan Chaca. Chaca yang bertubuh atletis dan juga tinggi ternyata bukanlah lawan yang mudah bagi Beni.

"Riyan bisa dikalahkan dengan mudah oleh Karin? bagaimana bisa?" seorang penonton kaget melihat pertandingan itu.

"Karin hebat juga ternyata!" tambah yang lainnya takjub.

Beni kalah beberapa detik dari Chaca saat menyerahkan tongkatnya kepada Adora. Riyana yang berlari lebih dahulu menyisakan jarak yang cukup lebar diantara mereka namun Adora tak mau kalah dengan menggertakkan giginya untuk bisa mengejar Riyana sehingga jarak mereka sangat tipis saat Adora menyerahkan tongkatnya kepada Yogi.